Mohon tunggu...
nayla salsyabila
nayla salsyabila Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Universitas Kebangsaan Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma dan Realitas: Kasus HIV/AIDS di Kalangan Mahasiswa Bandung

3 Januari 2025   18:04 Diperbarui: 3 Januari 2025   17:06 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi HIV (Foto: Getty Images/iStockphoto/InspirationGP)

HIV/AIDS merupakan salah satu isu kesehatan yang masih menjadi tantangan global, termasuk di Indonesia. Stigma tentang HIV/AIDS di kalangan mahasiswa, terutama di kota Bandung, sering kali menghalangi upaya pencegahan dan penanganan yang efektif. Stigma ini tidak hanya berdampak pada individu yang terinfeksi, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak mendukung bagi mereka yang berisiko. Dalam situasi ini, sangat penting untuk memahami faktor-faktor pendorong yang membuat mahasiswa berperilaku menyimpang, yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.

Kurangnya pendidikan dan pemahaman tentang kesehatan seksual merupakan faktor utama yang mendorong perilaku menyimpang di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang penularan HIV, cara mencegah penularan, dan pentingnya melakukan tes HIV.

Selain itu, kurangnya pemahaman mengenai sex education membuat mereka tidak siap menghadapi realitas kehidupan seksual yang kompleks. Ketidakpahaman ini dapat menyebabkan mahasiswa melakukan perilaku berisiko, tanpa menyadari konsekuensi yang mungkin mereka hadapi.

Faktor lingkungan sosial juga dapat memengaruhi perilaku mahasiswa. Di kalangan mahasiswa, terdapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang ada. Banyak mahasiswa merasa tertekan untuk menunjukkan citra tertentu, termasuk dalam hal hubungan seksual. Fenomena friend with benefits atau hubungan seksual tanpa komitmen menjadi semakin umum, dan sering kali diiringi dengan penggunaan narkoba atau alkohol. 

Dalam keadaan tersebut,  keputusan untuk berhubungan seksual tanpa perlindungan menjadi lebih mungkin terjadi. Mahasiswa merasa tidak perlu bertanggung jawab atas kesehatan seksual mereka karena lingkungan yang permisif ini mendorong perilaku berisiko.

Stigma terhadap HIV/AIDS menciptakan rasa malu dan ketakutan di kalangan mahasiswa yang terinfeksi atau berisiko. Banyak yang merasa bahwa mereka akan dihakimi atau dijauhi oleh orang-orang di sekitar mereka jika mereka diketahui memiliki HIV. Akibatnya, mereka cenderung menghindari tes HIV dan layanan kesehatan yang seharusnya membantu mereka. Selain itu, stigma membuat mereka enggan untuk berbicara tentang kesehatan seksual. Oleh karena itu, mereka mendapatkan informasi yang terbatas dan tidak akurat.

Kasus HIV/AIDS yang terjadi di kalangan mahasiswa Bandung menunjukkan masalah besar yang harus dihadapi masyarakat kita. Stigma sosial terhadap penyakit ini menghambat pencegahan dan memperburuk kondisi kesehatan individu. 

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran serta memberikan dukungan kepada pengidap HIV/AIDS. Hanya dengan cara ini kita bisa berharap untuk melihat perubahan positif dalam penanganan kasus HIV/AIDS di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun