Didasarkan pada salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh remaja, yaitu perasaan tidak puas dengan berat badan yang memberi perubahan pada bentuk tubuh mereka sehingga para remaja berusaha untuk melakukan perubahan bentuk tubuh agar terlihat lebih ideal. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui diet.
Terdapat beberapa kasus remaja yang terlanjur terobsesi terhadap berat badan ideal sehingga melakukan diet ekstrem agar mendapatkan berat badan ideal dalam waktu singkat. Hal Ini sangat tidak disarankan karena tindakan ini merupakan tindakan yang berbahaya untuk kesehatan tubuh.
Pada umumnya diet ini tidak hanya dilakukan pada usia remaja saja, banyak orang dewasa melakukan hal yang sama, namun jika dilihat dari cara remaja melakukan diet tersebut maka perlu kita telusuri lebih lanjut lagi.
Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa inilah pertumbuhan dan perkembangan mereka mengalami perubahan begitu pesat, baik fisik maupun mental. Sering kali kita jumpai remaja yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan cermin untuk menciptakan tampilan yang mereka anggap sempurna. Bahkan terkadang, beberapa remaja mencoba tampil dengan gaya yang unik atau aneh untuk menarik perhatian dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Mereka rela melakukan apapun demi terlihat sempurna di hadapan khalayak umum dan terkadang dianggap sebagai sikap yang ekstrem.
- Diet pada remaja
Diet merupakan pola makan yang direncanakan dengan tujuan menjaga kesehatan atau menurunkan berat badan. Namun, biasanya orang yang melakukan diet tidak hanya mengatur pola makannya saja tetapi juga menyeimbangkan dengan aktivitas sehari-hari serta berolahraga. Dalam menjalankan diet diperlukan program yang sesuai dengan usia dan kebutuhan tubuhnya. Program diet yang dilakukan orang lain tidak sama hasilnya dengan program diet yang dilakukan oleh orang yang melakukan diet yang sama. Maka dari itu, lebih baik sebelum melakukan diet tersebut perlu adanya konsultasi ke Ahli Gizi terkait kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh supaya memenuhi Angka Kebutuhan Gizi (AKG). Ketika sudah mengetahui jumlah AKG yang tepat maka akan diberikan rekomendasi makanan yang jumlah porsinya sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Faktor pemicu remaja melakukan diet berlebihan
Kepribadian individu terutama tingkat kepercayaan diri terhadap penampilan tubuh dan dapat mempengaruhi perilaku diet. Ketidaksesuaian antara citra tubuh yang dianggap ideal dan persepsi diri sendiri dapat menyebabkan citra tubuh yang negatif. Kurangnya kepercayaan diri terhadap penampilan tubuh dapat mendorong seseorang untuk menjalani program diet dengan harapan mencapai bentuk tubuh yang dianggap ideal. Banyaknya remaja perempuan terdorong untuk melakukan diet secara berlebihan karena adanya faktor pemicu. Salah satu faktor pemicunya adalah keinginan untuk terlihat ideal dan diterima oleh masyarakat.
Remaja perempuan sering kali terpengaruh oleh citra tubuh yang disampaikan oleh media dan norma-norma sosial yang menghargai tubuh kurus. Selain itu, tekanan dari teman sebaya dan perbandingan dengan orang lain juga dapat menjadi motif untuk berdiet. Terkadang remaja perempuan juga melakukan diet ketat seperti makan hanya satu hari sekali tanpa berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi karena mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa kurus dengan cepat dan mudah tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Diet yang tidak seimbang akan menghasilkan dampak negatif yang akan berpengaruh terhadap tubuhnya.
- Konsekuensi terhadap kesehatan
Menjalani diet secara berlebihan akan berpengaruh terhadap kesehatannya sehingga dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, menghambat pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Hal ini dapat berakibat menurunnya fungsi kekebalan tubuh, penurunan tingkat energi, dan gangguan fungsi kognitif. Selain itu, diet ekstrem dapat mengganggu keseimbangan hormon alami tubuh, mengakibatkan ketidakaturan siklus menstruasi pada perempuan muda dan meningkatkan risiko masalah kesuburan di masa depan.
Dampak negatif juga dapat dirasakan pada kesehatan tulang, dengan peningkatan risiko osteoporosis di kemudian hari. Tidak hanya itu, diet yang berlebihan dapat menjadi pemicu munculnya gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa. Gangguan ini dapat menimbulkan konsekuensi fisik dan psikologis yang serius, termasuk kerusakan organ tubuh, ketidakseimbangan elektrolit, depresi, dan kecemasan.
- Dampak psikologis
Tubuh yang tidak mendapatkan cukup kalori dan kekurangan energi dapat mempengaruhi kondisi psikologis. Seseorang merasa stress dan mudah tersinggung saat merasa lapar akibat diet yang ketat. Bahkan, dalam tingkat yang lebih lanjut dapat menyebabkan depresi yang parah. Terlebih lagi, apabila dalam proses diet penurunan berat badan tidak sesuai dengan harapan atau tidak lancar. Hal ini akan memicu timbulnya stres, depresi, cemas atau rasa tidak sabar, kompensasi perasaan tersebut umumnya dengan berhenti berdiet dan menjadi obesitas. Bahkan ada beberapa remaja yang melakukan diet kronis yang diikuti dengan puasa atau perilaku purging.
- Dampak sosial
Remaja juga akan merasakan dampak yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan sekitar 88.78% remaja putri yang sedang berdiet akan meningkatkan seseorang mengalami gangguan kebiasaan makan dan hal tersebut akan berisiko timbulnya kejadian perilaku makan yang menyimpang.
Orang tua dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terhadap pola makan dan bentuk tubuh yang ada di masyarakat dan media. Menyediakan makanan yang sehat yang memenuhi kebutuhan nutrisi remaja dan menghindari memprioritaskan bentuk tubuh mereka adalah tindakan penting untuk mendukung dan mendorong hubungan sehat.
Pentingnya peran keluarga khususnya orang tua untuk mendorong anaknya melakukan hal yang tidak membahayakan dirinya. Dalam hal ini, mereka perlu memberikan dukungan emosional dan pendampingan yang sesuai, termasuk menyediakan makanan yang sehat sesuai dengan kebutuhan gizi remaja dan menghindari memberikan penilaian terhadap bentuk tubuh mereka. Selain itu, memberikan konseling mengenai citra tubuh positif juga menjadi langkah krusial untuk mencegah perilaku diet yang tidak sehat. Pendekatan ini dapat membantu membangun hubungan yang sehat dengan makanan dan penampilan fisik, mengurangi risiko gangguan makan, dan mempromosikan citra tubuh yang positif.
Mereka juga memiliki peran dalam menyediakan informasi mengenai pola makan yang baik dan seimbang, secara berkala memberikan sosialisasi kepada remaja guna meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya pola diet yang sehat dalam mendukung tumbuh kembang dan status gizi. Selain itu, pendidik di sekolah dapat berperan dalam deteksi dan pemantauan status gizi remaja secara rutin, mencegah potensi masalah gizi yang mungkin timbul akibat kesalahan pola diet. Dengan pendekatan holistik ini, remaja dapat dibimbing menuju pola makan yang sehat, menjauhi risiko gangguan makan, dan memastikan kesejahteraan fisik dan mental mereka.
Pemberian semangat bagi remaja-remaja yang sedang melakukan diet juga diperlukan untuk menjaga kondisi psikologi mereka. Dengan solusi ini, remaja diharapkan dapat lebih paham mengenai diet dan implementasinya di kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat melakukan diet dengan cara yang lebih sehat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melakukan diet secara berlebihan pada usia remaja 15-19 tahun sangat tidak dianjurkan karena dapat membahayakan kesehatan tubuhnya. Perlu adanya konsultasi terlebih dahulu terkait Angka Kebutuhan Gizi (AKG) mereka kepada Ahli Gizi sebelum melakukan diet. Tidak hanya itu, dukungan serta dorongan keluarga, orang tua, maupun lingkungan sekitarnya juga sangat mempengaruhi remaja untuk tidak melakukan diet secara berlebihan.
REFERENSI :