Kelompok 4 Pantai Tanjung Tinggi
Anggota: 1. Kanza Ayu Nadinia
2. Syarifatul Lami’ Zafira Humaida
3. Raka Naufal Dzaky Firmanto
4. Danish Rafie Purwantono
5. Vina Izzatul Fitriyah
6. Ibnu Fauzan Ananta
7. Tafadhillah Putra Sani
8. Faiz Agustian
9. Rizqi Nur Nayla Izaati
10. Nur Hayyu Azzahro
11. Muji Rahayu
UMKM PENGASAPAN IKAN
Pelaksanaan tugas akhir dari kegiatan Jalasena 2025, mahasiswa baru Teknologi Hasil
Perikanan melaksanakan kunjungan ke beberapa tempat UMKM yang berada di Kenjeran pada
Jumat, 19 September 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa baru bagaimana
proses dari pengolahan hasil perikanan. Kunjungan berupa wawancara yang tiap kelompok
dibagi ke beberapa jenis UMKM seperti pengasapan ikan, kerupuk ikan, dan ikan asin.
Kelompok 4 yakni Pantai Tanjung Tinggi ditugaskan di UMKM Pengasapan Ikan yang
melakukan wawancara secara langsung di tempat proses pengasapan ikan sendiri. Usaha
pengasapan ikan ini sudah berjalan setidaknya sekitar 10 tahun, bahkan merupakan usaha turun
temurun sejak generasi sebelumnya. Proses produksi dari pengasapan ikan dimulai dari
pengambilan ikan dari pemasok atau suplier maupun pasar nelayan. Jenis ikan yang biasa
diasap antara lain ikan tenggiri, ikan manyung, ikan kakap merah, ikan gurame, ikan patin, ikan
keting, pari, hingga ikan kerapu.
Setiap harinya, UMKM Pengasapan Ikan dapat mengolah satu kuintal ikan, bahkan
pada kondisi tertentu bisa mencapai dua kuintal per harinya. Proses pengasapan dilakukan
dengan menggunakan batok kelapa sebagai bahan bakar pengganti arang karena batok kelapa
dinilai lebih menghasilkan ikan asap yang bersih dan tidak hitam. Pengasapan biasanya dimulai
dini hari, sekitar pukul dua pagi, menyesuaikan banyaknya pengunjung dan kebutuhan pasar.
Lama pengasapan sekitar lima menit untuk tiap ikan dan hasilnya bisa bertahan hingga dua
hari.
Selain ikan utuh, pengasapan juga memanfaatkan bagian lain dari tubuh ikan, misalnya
lambung ikan manyung yang diolah menjadi kerupuk, sementara bagian ekor biasanya
dibuang. Ikan segar yang sudah dibersihkan bisa disimpan hingga satu minggu sebelum diasap.
Produk dijual langsung di depan rumah dengan harga eceran sekitar Rp30.000 per ekor,
sementara distributor mendapat harga lebih murah karena membeli dalam jumlah yang besar.
Pasar yang menjadi sasaran utama dari UMKM Pengasapan Ikan ini ialah rumah makan dan
masyarakat sekitar, meskipun terkadang juga dipasarkan ke luar daerah seperti Jakarta dan
Bali, meski tidak rutin.
Dalam perjalanan usaha tentunya memiliki tantangan yang dihadapi antara lain cuaca
di laut ketika angin kencang yang memengaruhi harga ikan untuk naik sehingga menganggu
proses produksi pengasapan ikan. Selain itu ada persaingan dalam memperoleh pasokan batok
kelapa sebagai bahan bakar karena batok kelapa juga diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan
besar yang membutuhkannya. Dari sisi ekonomi, usaha ini pernah mengalami gangguan dalam
pemasaran akibat adanya pandemi Covid-19 yang sempat marak terjadi beberapa tahun silam.
Produksi dan permintaan pasar menurun karena tempat sasaran yang dituju tutup akibat isolasi
dari kebijakan yang diterapkan pemerintah. Namun, hal ini tidak menutup semangat dalam
proses produksi pengasapan ikan karena secara rata-rata UMKM ini dapat menghasilkan
pendapatan mencapai Rp100.000 per kuintal
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI