Di sebuah rumah sederhana, hari-hari Bu Dian dimulai lebih awal dari kebanyakan orang. Bukan karena antrean panjang pelanggan, tetapi karena ia harus menyiapkan semuanya sendiri, seperti belanja bahan, mengolah bumbu, mengantar anak sekolah, hingga menyiapkan dagangan untuk kantin. Di tengah rutinitas itu, satu hal yang tak pernah padam adalah semangat seorang ibu yang ingin terus bertahan melalui apa yang ia bisa, yaitu memasak.
Tahun 2021 menjadi titik balik yang tidak akan pernah ia lupakan. Dalam kurun waktu yang nyaris bersamaan, suaminya berpulang. Ia kehilangan pasangan hidup sekaligus tulang punggung keluarga. Namun, satu hal yang ia ketahui adalah anak-anaknya tetap butuh makan. Maka dari itu ia memilih untuk tidak berhenti.
Bagaimana jika semua jalan terasa buntu, namun seorang ibu tetap memilih untuk bertahan? Jawabannya ada di setiap gigitan PREK-STEAK.
Sebelum PREK-STEAK, Bu Dian memiliki usaha"Face Food" yang merupakan usaha kuliner dengan menu yang bervariasi. Namun, seperti banyak usaha kecil lainnya, Face Food tidak bertahan lama. Apalagi saat pandemi datang dan tanggung jawab di rumah pun mulai menumpuk.
Saat mengikuti pelatihan UMKM dan lomba kewirausahaan, Bu Dian mendapat masukan yang sangat berarti dari mentornya yang mengatakan bahwa usahanya perlu difokuskan ke satu menu yang khas dan mudah dikenali. Dalam proses memikirkan ulang konsep usahanya, anaknya yang sedang kuliah ikut membantu.
Dari obrolan sederhana, kemudian terpikirlah nama "PRE-STEAK", yaitu gabungan dari kata"geprek" dan"steak" alias menu yang paling sering dibuat dan disukai pelanggan. Nama itu teras pas sehingga menjadi identitas baru yang dibawa Bu Dian dengan percaya diri.
Meski sudah memiliki nama dan konsep baru, perjalanan PREK-STEAK tidak serta merta menjadi mudah. Setelah warung lamanya tutup, ia sempat mencoba jualan lagi dari rumah, membawa nama PREK-STEAK untuk pertama kalinya. Ia masak dari dapur kecil, promosi lewat status WhatsApp, dan menerima pesanan seadanya.
Namun, hasilnya belum stabil. Lokasi rumah yang kurang strategis dan waktu yang terbatas membuat PREK-STEAK belum bisa berkembang. Saat itu, hampir semua dikerjakan sendiri, mulai dari belanja, masak, antar pesanan, hingga mencuci peralatan. Di tengah aktivitas itu, ada keinginan besar untuk tetap mencoba. Karena Bu Dian percaya, ras tidak akan pernah bohong dan yang tulus pasti akan sampai.
Kesempatan besar datang saat seorang teman menyarankan Bu Dian untuk mencoba mengajukan proposal berjualan di kantin sekolah. Ia tak berpikir panjang. Ia kemudian mengajukan PREK-STEAK ke pengelola kantin SMPIT-SMAIT Nururrahman Depok. Tak disangka, menu ayam geprek dan steak yang ia tawarkan justru menarik perhatian karena belum ada yang menjual menu seperti itu di kantin.
Dari sinilah PREK-STEAK mulai tumbuh, di sebuah kantin kecil menjadi awalan yang berarti. Setiap pagi, Bu Dian membawa 70-80 porsi dari rumah dan hampir selalu habis sebelum jam sekolah usai. Meskipun hanya berjualan dari hari Selasa hingga Jum'at, konsistensinya membuat para siswa dan guru mulai mengenal nama PREK-STEAK. Mereka mulai memiliki sambal favorit, ada yang setia pada sambal matah, ada yang nekat cobain sambal jontor, dan tak sedikit yang ketagihan sambal kacau.
Kini PREK-STEAK siap menyapa lebih banyak orang melalui partisipasinya pada bazaar Vokhumfest 2025 pada tanggal23 Mei di RTH Vokasi UI. Tak hanya membawa menu spesial ayam geprek mozza dan geprek mentai, PREK-STEAK juga menyiapkan berbagai kegiatan yang pastinya seru dan menarik.