Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memilih Pemimpin dengan Akal sehat

10 Agustus 2018   08:33 Diperbarui: 10 Agustus 2018   10:51 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat santai dipagi hari bagi sebagian orang ditemani dengan kopi berasap beraroma khas, khas kopi tentunya, ya iya lah masak aroma yang lain ? he he he. 

Ketika otak butuh inspirasi sebagian orang membuat kepanjangan sendiri tentang kopi tapi bagiku kopi tetaplah kopi, tak perlu lah dianalogikan sesuai selera, boleh sih, tapi kasian kopinya terlalu sering difilosofikan maka hadirnya dia didunia ini sebagai teman manusia berdiskusi dan sebagainaya akan hilang maknanya, maka bagiku mari menempatkan kopi sesuai fitrahnya dia ada, dengan akal sehat tak perlu terbawa perasaan fiosof-filosof he he he.

Tiba-tiba aku jadi berfikir lain, gara-gara semalam habis begadang menunggu riuhnya deklarasi capres dan cawapres, aku pikir sudah seharusnya kita memilih pemimpin dengan akal sehat bukan kebawa selera atau perasaan, argument di pikiranku ini juga berlaku bagi para pemimpin yang berlaga agar menyiapkan diri sesuai akal sehat, agar para pemilih benar-benar memahami secara akal sehat bahwa pemimpin yang dipilihnya memang akan bekerja sesuai akal sehat, baikdari sisi politik, ekonomi, hukum, sosial budaya bahkan hingga mistis bin ghaib versi akal sehat sekalipun.

Menurutku sih, poin penting dalam menatap kemudian mengamati seterusnya menerawang lalu mendekati serta menyentuh dan bahkan ikut mengintervensi giat politik negara sebagaimana telah telah diketahui amanah dalam undang undang mengisyaratkan kepada kita untuk memenuhi kewajiban menggunakan hak pilih kita, untuk memilih wakil dan pemimpin kita. 

Memilih pemimpin jangan disamakan memilih makanan diwarung warung makan, sebab jika disamakan maka ukuran memilihnya pasti dengan pendekatan sesuai selera semata  bukan dengan akal sehat. 

Dan jika disamakan konsekuensinya pilihan tersebut syarat dengan praktek transaksional baik dengan rupiah sebagai ganti kepuasan maupun dengan yang lainnya sebagai alat tukar kepuasan.

Yang lebih ironis lagi jika kita memilih secara membabi buta hanya dengan pendekatan like and dislike semata. Yang penting Si-A apapun yang terjadi, sampai langit runtuhpun tetap pilih dia, karena dia satu marga dengan ku. 

Aduh sebuah pemikiran yang bahaya ini, harusnya akal sehat kita menuntun kita untuk memilih berdasarkan paradigma sosok dan figure seperti apa yang dibutuhkan bangsa ini mendatang dengan menganalisa secara historis, ideologis, dan kondisi sosial budaya, ekonomi, politik, dan keamanan. 

Memang tak akan bisa memenuhi semua tapi skala prioritas sebuah urgensi bidang mana dulu yang harus segera dibinahi, maka akal sehat yang sebenarnya didukung dengan dalil-dalil juga bahwa kita harus memilih pemimpin yang memang punya keahlian untuk menangani masalah yang ada "Serahkanlah setiap urusanmu pada Ahlinya "

Jika kita masih dengan pendekatan sesuai dengan selera kara beberapa factor egosentris, maka kita pun tidak konsisten dan berintegritas dalam menentukan pilihan sebab sudah pasti kita akan menentukan pilihan sesuai selera, seperti memilih makanan harus sesuai dengan selera lidah, yang pada kasusnya lidah terkadang suka yang berkuah dan terkadang juga suka makan yang kering dan seterusnya tergantung mood perut dan pengecapan.

Pemimpin itu membawah misi kesejahteraan yang harus dirasakan oleh semua golongan, ras, suku, etnis, bahkan pada setiap agama yang ada didaerah tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun