Mohon tunggu...
Nawa Sri
Nawa Sri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Be Grateful to be ME...

Pembelajar, suka membaca dan sangat berminat untuk terus menulis. Tertarik dalam pengembangan diri, parenting, perencanaan keuangan serta gaya hidup sehat nan ramah lingkungan. https://nawasri.wordpress.com Email: ms.nawa@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Here and Now: Bahagia dengan Menyadari Diri Sepenuhnya

23 Mei 2017   10:42 Diperbarui: 25 Mei 2017   09:20 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ajahn Brahmali (dok.pri)

Beberapa waktu yang lalu saya menelusuri rak buku di suatu perpustakaan. Perhatian saya tertuju pada salah satu buku di sana. Cukup unik menurut saya. Buku dengan gambar seekor cacing yang tertawa senang menyembul dari suatu kotoran di bagian sampulnya. Ya, buku tersebut memang berjudul “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.” Sekilas Nampak seperti buku cerita anak-anak. Namun ketika membaca nama penulis serta kilasan cerita di bagian belakangnya, ternyata ini adalah buku spiritual.

Buku ini memang bukan buku baru, ditulis beberapa tahun silam oleh seorang bikhu yang dikenal dengan nama Ajahn Brahm. Dalam buku ini, beliau mengibaratkan cacing sebagai manusia yang sangat menyukai kotoran alias kemelekatan akan hal-hal duniawi. Cerita-cerita pendek di dalamnya ditulis secara sederhana sehingga mudah dicerna untuk menggugah kesadaran kita tentang apa arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

Seperti suatu kebetulan yang menakjubkan, pada hari berikutnya saya mendapatkan undangan acara Dharma Roadshow Ajahn Brahmali: Here and Now. Pada tiket masuknya terdapat gambar buku-buku yang ditulis oleh Ajahn Brahm. Salah satunya adalah buku yang tengah saya baca tadi. Saya yang terkesan membaca bukunya, tentu tertarik untuk menghadirinya. Setelah saya cermati, ternyata Ajahn Brahmali ini berbeda dengan Ajahn Brahm. Beliau adalah orang yang ditahbiskan menjadi bikhu oleh Ajahn Brahm, sang guru.

Acara yang digelar di Hotel Novotel Solo semalam pada hari Senin, 22 Mei 2017 ini merupakan serangkaian dari acara Roadshow Dharma Ajahn Brahmali. Kota-kota yang beliau lintasi diantaranya adalah Denpasar, Temanggung, Solo, Lampung, Medan dan Cikarang. Bertajuk Here and Now yang tak lain adalah judul buku terbaru dari Ajahn Brahm.

Meski sang pembicara berlatar belakang Buddhist, namun peserta acara yang hadir semalam berasal dari berbagai kalangan dan etnis. Acara ini dihadiri pula oleh tokoh lintas agama kota Solo. Setelah sesi tanda tangan buku oleh Ajahn Brahmali, acara pun segera dibuka. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh semua hadirin yang disusul kemudian dengan penampilan dua penari yang menyuguhkan Tari Merak.

Tari Merak (dok.pri)
Tari Merak (dok.pri)
Dibuka secara apik oleh MC dan moderator acara, Ajahn Brahmali pun segera naik panggung didampingi seorang interpreter (penafsir bahasa). Ajahn Brahmali berkebangsaan Norwegia, kelahiran 1964 yang ditahbiskan sebagai bikhu pada tahun 1996 oleh Ajahn Brahm di Wihara Bodhinyana, Serpentine, Australia.

Beliau terkesan dengan kota Solo yang dari penyebutannya mirip dengan Oslo, salah satu nama kota di Norwegia. Hanya beda susunan huruf, ujarnya. Beliau juga bercerita bahwa ketika kecil, ada minuman ringan di daerahnya yang bernama Solo. Dan meski beliau berasal dari tempat yang dekat dengan kutub sebagai daerah terdingin di dunia sedangkan kota Solo ini termasuk panas baginya, namun beliau tetap merasa nyaman serasa di rumah sendiri.

Kembali ke topic, beliau bertutur meski sedari tadi bicaranya terkesan ngalor ngidul namun jangan salah. Ini semua pun tentang “Here and Now”, di sini dan saat ini. Kebanyakan dari kita merasa tidak bahagia karena menyesali masa lalu dan merisaukan masa depan. Namun dengan kesadaran diri penuh, kita akan sepenuhnya berada di sini dan saat ini. Merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Cerita beliau berlanjut ketika masih sekolah dulu, beliau sering memikirkan masa depan yang nyatanya belum pasti. Seperti apa nanti perjalanan karirnya, pacarnya, istrinya, anaknya. Yang kalau kita semua melihat jubah yang beliau kenakan kini, semua yang dirisaukan dulu adalah hal yang sia-sia.

Ya, seringkali kita sebagai manusia biasa tentu mengkhawatirkan masa depan. Namun masa depan tetaplah bukan sesuatu yang pasti. Sehingga banyak diantara kita yang rasanya sulit meraih kebahagiaan itu sendiri. Tak hanya itu, seringkali ketika kita telah meraih sesuatu, kita akan masih belum juga bahagia karena menginginkan sesuatu yang lebih lagi.

Melalui cerita yang lain, beliau menjelaskan bahwa kapanpun dan dimanapun, jangan pernah merasa sendirian. Dengan kesadaran diri yang penuh, tentu kita bisa mengamati apapun yang kita lakukan sehingga tak pernah merasa sendirian dan lebih berhati-hati dalam melangkah menjalani hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun