Kecanduan adalah kondisi medis kronis yang sulit disembuhkan yang ditandai dengan interaksi yang rumit antara sirkuit otak, genetika, lingkungan, dan peristiwa kehidupan. Pecandu menggunakan zat adiktif atau terlibat dalam kegiatan kompulsif yang sering kali berkelanjutan meskipun ada konsekuensi negatif (ASAM, 2019). Karena dilakukan berulang-ulang, mekanismenya seperti ketagihan dan enggan untuk berhenti. Kecanduan atau adiksi sering dikaitkan dengan zat-zat berbahaya, yaitu narkoba, nikotin, alkohol, juga obat-obatan. Tidak hanya zat-zat berbahaya, pornografi juga menyebabkan kecanduan.
Kecanduan dapat membahayakan otak karena dilakukan berulang kali. Gejala kecanduan meliputi ketidakmampuan untuk berhenti, perubahan suasana hati, tidur, dan nafsu makan, kurangnya minat terhadap aktivitas yang sebelumnya digemari, dan perilaku yang terus menerus dilakukan meskipun terdapat konsekuensi negatif. Disfungsi neurotransmiter akan terfokus pada hormon dopamin. Dopamin adalah neurotransmitter di otak yang mengontrol berbagai fungsi tubuh, termasuk motivasi, suasana hati, perhatian, dan memori. Neurotransmitter adalah bahan kimia yang membawa pesan ke seluruh tubuh. Dopamin juga bertindak sebagai hormon (Sheppard, 2023).
Sebuah survei yang dilakukan di negara-negara maju pada tahun 2005 menemukan bahwa sekitar 35% pria dan 22% wanita merokok. Sementara di negara-negara miskin, hampir separuh pria dan 9% wanita merokok (Ogden, 2004). Kenyataan lain adalah bahwa usia rata-rata pelanggan rokok telah menurun dari tahun ke tahun. Sudah ada beberapa contoh siswa kelas lima atau enam sekolah dasar yang telah merokok dan tidak dapat berhenti. Ironisnya, tembakau, unsur utama dalam produksi rokok, telah ditetapkan sebagai obat adiktif (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 113).
Perilaku kecanduan merokok berhubungan dengan precuneus kiri, angulargyrus kanan, korteks parietal atau motorik superior kiri, dan girus oksipital tengah. Kecemasan, depresi atau kesedihan, mudah tersinggung, gelisah, sulit berkonsentrasi, dan perilaku obsesif adalah gejala umum dari gangguan otak. Dampak lain dari nikotin adalah meningkatkan konsentrasi dopamin intrasipnaptik (DA) di ventral striatum / nucleus accumbens (VST / NAc) dan serotonin sebagai neurotransmitter, yang mengakibatkan masalah tidur. Pengguna rokok berisiko mengalami memori prospektif yang buruk, yang dihipotesiskan terjadi pada korteks prefrontal, hipokampus, dan talamus (Liem, 2010).
Menurut WHO, remaja adalah individu yang berada pada masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja adalah masa di mana individu berpindah dari masa kanak-kanak menuju tahap kedewasaan, dengan rentang usia antara 12-13 hingga 20 tahun. Masa remaja merupakan tahap pencarian jati diri dan rasa ingin tahu yang tinggi, salah satunya terkait dengan seksualitas. Akibatnya, masa remaja juga dikenal sebagai masa yang penuh gejolak karena adanya pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, termasuk perubahan emosional dan intelektual dari sebab dan akibat dari yang nyata menjadi abstrak (Haidar & Apsari, 2020).
Remaja yang menonton pornografi secara teratur menderita kerusakan otak depan. Remaja yang kecanduan pornografi mengalami kerusakan sel di otak depan, yang berfungsi sebagai pusat pengambilan dan pemrosesan keputusan. Hingga 4,4% dari lapisan terluar otak, yang sering dikenal sebagai "gray matter," akan menyusut dan menipis (Diani, 2018).
- Donald Hilton Jr, seorang ahli bedah otak dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa pornografi adalah penyakit karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak, atau merusaknya. Ketika seseorang melihat gambar-gambar porno dan memasukkannya ke dalam otak mereka, maka akan terjadi perubahan fisiologis. Dr. Mark Kastelmen menggambarkan pornografi sebagai kokain visual atau narkoba yang diberikan melalui mata. Korteks prefrontal (PFC) adalah bagian otak yang paling terluka, sehingga lebih sulit bagi seseorang untuk merumuskan rencana, mengelola keinginan dan emosi, dan membuat keputusan, serta menjalankan fungsi eksekutif lainnya seperti kontrol impuls (Ardiansyah, 2022).
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap kecanduan pornografi. Lingkungan pertemanan juga dapat menyebabkan hal ini. Efek dari tontonan tersebut menarik minat remaja dari mulut ke mulut. Mereka mungkin hanya melihatnya sekali, tetapi ketertarikan dan kesenangan hormon dopamin menyebabkan mereka menontonnya berulang kali. Selain itu, menggunakan elektronik tanpa pengawasan orang tua menyebabkan anak-anak kehilangan kendali atas diri mereka sendiri, hingga mereka melewati batas dan melihat hal-hal yang negatif.
 Kecanduan adalah gangguan medis kronis yang kompleks yang disebabkan oleh sirkuit otak, genetika, variabel lingkungan, dan pengalaman hidup. Kecanduan terhadap zat adiktif dan kecanduan non-zat memiliki konsekuensi negatif bagi kesehatan fisik dan mental individu. Gejala kecanduan meliputi kesulitan berhenti, perubahan suasana hati, tidur, dan nafsu makan, serta pengulangan tindakan obsesif. Kecanduan rokok dan pornografi dapat merusak otak dan menyebabkan masalah kesehatan mental dan fisik. Variabel lingkungan, seperti lingkaran pertemanan dan pengawasan orang tua, mempengaruhi pengembangan dan penyebaran kecanduan. Langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang komprehensif dan terkoordinasi diperlukan untuk mengatasi masalah kecanduan dan melindungi generasi berikutnya dari risiko kecanduan yang meningkat. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang komprehensif dan terkoordinasi untuk mengatasi masalah kecanduan dan melindungi generasi berikutnya dari risiko kecanduan yang semakin meningkat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI