Mohon tunggu...
Navirta Ayu
Navirta Ayu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STAI Yogyakarta

kritik dan saran dikirimkan ke navirta@staiyogyakarta.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Molring (Cimol Kering) Jajan Jadoel Bumiayu

29 September 2019   13:45 Diperbarui: 29 September 2019   13:48 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Masa kini, dimana banyak anak-anak maupun yang sudah remaja dan dewasa tak ada bedanya masih suka dengan kegiatan mengunyah cemilan diwaktu senggang atau sesekali sambil melakukan kegiatan. Salah satu cemilan masa kini yang paling digemari adalah cemilan dengan rasa yang gurih,crispy dan kriuk-kriuk baik dengan rasa pedas, asin ataupun berbagai rasa yang dapat menggoyang lidah untuk terus mengunyah menikmati cemilannya. Banyak sekali produk cemilan asli Indonesia yang memang sudah dikenal dan dinikmati berbagai kalangan dari mulai yang harganya terjangkau sampai akhirnya menggunakan packaging semenarik mungking hingga akhirnya mempunyai nilai jual yang fantastis dan menjadi omset yang sangat menguntungkan bagi owner dari cemilan tersebut.

Salah satu jajanan cemilan yang ada di Bumiayu khususnya dari Taraban yaitu adalah Molring (Cimol kering). Molring adalah makanan ringan hasil home industry dari desa Taraban yang dibuat dengan cara peralatan masih tradisional dan rasanya yang unik sehingga digemari semua kalangan. Memang ada cimol yang ditemukan dikalangan biasanya berbentuk putih bulat-bulat masih hangat baru saja digoreng dari wajannya, tapi kali ini yang saya maksud bukan cimol itu, melainkan cimol kering atau biasanya disingkat molring. Tak jauh berbeda dengan molring asal Tasikmalaya, namun  rasanya yang unik ini bisa menjadi pertimbangan bagi para penikmat molring untuk menikmati hasil industri rumahan molring dari desa Taraban.

Setiap saya pulang kampung kemudian berangkat kembali menimba ilmu di Jogja ada satu tradisi anak kos yang memang sudah biasa dilakukan teman-teman saya selain lebih mengakrabkan sesama anak perantauan juga lebih menjadi seperti keluarga sendiri dalam satu atap,tradisi tersebut adalah saling bertukar oleh-oleh maupun cindera mata dari daerah masing-masing. Kami biasanya berkumpul diruangan tengah yang memang menjadi tempat berkumpul disela-sela waktu rehat kami ketika ingin bersantai sambil menonton TV.

Setelah beberapa teman-teman saya membagikan makanan khasnya kemudian saya kali ini mengenalkan cemilan yang saya sendiri jikalau sudah mengunyah susah untuk berhenti,saya mengenalkan molring kepada teman-teman. Hari itu saya membawa dua kilogram molring dimana satu kilogram molring rasa pedas dan juga satu kilogram molring rasa original serta tak hanya molring saya juga membawa seperempat keripik talas rasa pedas karna ditempat yang berjualan tersebut tak hanya menyediakan molring.

Dan sesuai dugaan saya,kalau saja biasanya kami menikmati cemilan ngehe yang sangat terkenal dikalangan masa kini dengan produknya yaitu mie lidi serta makaroni selalu habis maka giliran molring yang saya bawa ini pun mereka dengan senang hati menikmati molring dan bahkan tak segan untuk membawa wadahan untuk dinikmati sambil mengerjakan tugas imbuhnya. Rasa pedas maupun originalnya memiliki kenikmatan sendiri ketika sampai dimulut dan kriuknya crunchy benar-benar membuat molring cocok untuk masih menjadi cemilan masa kini sehingga seringnya jika belum habis maka belum berhenti mengunyah cemilan tersebut.

Cimol kering atau molring ini terbuat dari bahan dasar utamanya yaitu tepung kanji dan ditambah bumbu-bumbu yang berkualitas sehingga setelah digoreng rasanya unik serta kriuknya menggoyang lidah untuk terus melahap cemilan ini. Biasanya molring banyak ditemukan di daerah Taraban karna memang desa tersebut penghasil home industri molring dan biasanya banyak para pembeli datang kerumah untuk melihat langsung proses pembuatannya serta packaging si molring.

Dalam hal ini proses pembuatannya saya melihat tidak terlalu sulit tetapi memang membutuhkan bumbu-bumbu yang khas dari para pembuatnya,oleh karena itu walaupun disetiap rumahnya memproduksi molring tetapi rasanya berbeda-beda juga tingkat kerenyahannya yang menjadi khas para penikmat molring. Bentuk molring sendiri tergantung dari para pemilik ada yang suka dengan bentuk bulat maupun kotak, kali ini melihat proses pembuatan dengan bentuk molringanya bukat-bulat. Biasanya para bakul molring atau pembuat molring ini dalam satu hari mampu menghasilkan 20kg dalam bentuk masih original, namun bisa lebih banyak lagi disaat permintaan pasar sedang mengalami kenaikan biasanya menjelang lebaran atau musim para perantau yang biasanya membawa oleh-oleh molring.

Kemudian setelah proses penggorengan selesai biasanya para bakul mempunyai tim pegawai atau biasa orang bumiayu menyebutnya menggunakan kata rewang. Para bakul mempunyai rewangnya sendiri-sendiri untuk membungkus molring tersebut. Hal menarik yang saya lihat saat itu adalah setelah menanyakan pada pemilik owner molring Taraban yaitu pak Lutfi beliau mengatakan bahwa biasanya rewang atau biasa disebut pegawai harian lepas yang khusus untuk membungkusi ini merupakan ibu-ibu atau anak muda yang sudah lulus sekolah dan ingin mendapatkan tambahan untuk kehidupan sehari-harinya.

Beliau mampu membuka lowongan pekerja bagi orang-orang disekitarnya yang membutuhkan, bentuk ini merupakan simbiosis mutualisme dimana sama-sama menguntungkan untuk kedua belah pihak. Bahkan beliau juga menceritakan molringnya tak hanya diproduksi banyak untuk pemasok dipasar saja namun sudah mencapai singapore, arab dan jepang. Beberapa kenalan beliau yang merupakan TKI maupun anak kuliahan yang memang kuliah diluar negeri tersebut sudah banyak mengenalkan cemilan molring dari Indonesia.

Dikarenakan pak lutfi yang merupakan salah satu pemilik owner molring di Taraban hanyalah lulusan SMA, beliau mengatakan dalam hal urusan packaging beliau masih simpel menggunakan plastik bening serta menempelkan nama molring menggunakan kertas yang sudah dicetak. Sangat sederhana, oleh karena itu beliau juga memberi peluang bisnis bagi para millenial yang memang sudah banyak yang ingin berjualan dan tanpa ribet untuk membuatnya bisa bergabung untuk sama-sama memasarkan produk beliau yang secara langsung menggunakan packaging dari beliau atau mempunyai ide tersendiri untuk membuatnya lebih menarik dalam penjualan online yang sedang marak menjadi cemilan masa kini. Beliau biasanya hanya menyediakan dua rasa, yaitu original dan pedas. Namun setelah saya melihat peluang yang bisa dikemnbangkan sebenarnya molring ini dapat ditambahkan berbagai varian rasa yang ada seperti rasa keju, balado, berbeque, jagung maupun rasa yang lainnya sesuai selera pecinta molring. Apalagi harganya juga sangat terjangkau dan aman dikonsumsi mulai dari anak umur tiga tahun sampai dewasa.

Balik lagi pada selera masing-masing dalam memilih cemilan makanan ringan teman bersantai bisa apa saja yang memang sesuai dengan lidahnya, saya sendiri suka sekali dengan cemilan yang gurih-gurih jadi sangat cocok dengan salah satu cemilan yang bernama molring ini. Selain mengenalkan cemilan yang khas dari produk industri rumahan desa Taraban juga bisa menjanjikan menjadi reseller peluang bisnis bagi anak muda yang tidak hanya membawa untuk menjadi oleh-oleh bagi temannya tapi juga bisnis cemilan dengan bungkusan yang sangat menarik serta harga yang terjangkau sehingga akan memiliki nilai jual tersendiri bagi para penikmat kuliner cemilan yang rasanya unik, gurih juga crunchy. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun