Mohon tunggu...
NAVID ZILQISTAS
NAVID ZILQISTAS Mohon Tunggu... mahasiswa uin prodi ilmu komunikasi 2024

24107030142

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seni Menjadi Biasa: Menghadapi Hidup Tanpa Harus Luar Biasa

13 Juni 2025   13:13 Diperbarui: 13 Juni 2025   13:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Seolah-olah setiap orang harus jadi versi terbaik setiap saat, punya pencapaian mengesankan, kisah inspiratif, dan tampilan menawan. Kita terpacu untuk tampil hebat, tak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya.

Namun, bagaimana dengan orang-orang yang hidupnya biasa-biasa saja? Yang tidak viral, tidak punya ribuan followers, tidak pernah masuk berita, dan tak punya pencapaian gemilang? Apakah mereka kalah? Gagal? Tidak berarti?

Jawabannya: tidak. Sama sekali tidak.

Budaya "Hebat" yang Melelahkan

Kita hidup dalam budaya "lebih": harus lebih sukses, lebih kaya, lebih pintar, lebih menarik, lebih cepat. Tapi budaya ini sering kali menempatkan orang pada tekanan yang tidak sehat. Mereka yang merasa hidupnya biasa jadi minder. Mereka merasa tidak cukup. Padahal, sebagian besar orang memang hidup dalam kebiasaan. Dan itu bukan aib---itu adalah kenyataan yang indah.

Setiap orang tidak harus menjadi luar biasa. Dunia ini tidak berjalan hanya karena keberadaan orang-orang hebat. Dunia berjalan karena banyak orang biasa bekerja dengan sepenuh hati dalam kesunyian.

Petani yang menanam padi, guru yang mengajar di desa, tukang becak yang tetap ramah, ibu rumah tangga yang setia merawat rumah, sopir angkot yang mengantar pulang anak sekolah---mereka semua bukan headline, tapi mereka adalah fondasi.

Menjadi Biasa Bukan Berarti Tidak Bahagia

Banyak orang mengira bahwa hanya dengan pencapaian besar seseorang bisa bahagia. Tapi kenyataannya, kebahagiaan justru sering ditemukan dalam hal-hal yang sangat sederhana: makan bersama keluarga, bercanda dengan teman, membaca buku favorit, atau tidur nyenyak setelah hari panjang.

Kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari prestasi, tapi dari penerimaan. Penerimaan terhadap siapa diri kita, di mana kita berada, dan apa yang kita miliki saat ini.

Kita tidak perlu menunggu validasi dunia untuk merasa berharga. Kita tidak perlu pengakuan orang lain untuk merasa cukup. Karena yang sejatinya paling penting adalah: apakah kita hidup dengan jujur dan tulus?

Romantisnya Hal-Hal yang Sederhana

Pernahkah kamu memperhatikan betapa indahnya cahaya matahari pagi? Atau suara hujan yang menenangkan? Atau aroma kopi yang baru diseduh? Hidup penuh dengan momen kecil yang menenangkan jiwa, tapi sering kali kita melewatkannya karena sibuk mengejar sesuatu yang "besar".

Ada keindahan dalam hal-hal biasa. Ada ketulusan dalam obrolan sederhana. Ada kedamaian dalam rutinitas. Kita hanya perlu sedikit melambat dan membuka mata hati kita.

Dalam hidup yang makin keras dan kompetitif, menjadi orang yang mampu tersenyum tulus, bersikap hangat, dan tetap tenang adalah pencapaian yang luar biasa, meski dunia tak menyebutnya demikian.

Bahwa Tidak Semua Orang Harus Jadi Bintang

Bayangkan sebuah langit malam. Tidak semua bintang bersinar terang. Tapi justru karena semua bintang hadir---besar dan kecil---langit itu jadi begitu memesona. Demikian juga hidup.

Kita tidak harus jadi CEO, artis terkenal, atau influencer viral. Kita bisa menjadi guru TK yang sabar, perawat yang peduli, montir yang jujur, atau penulis anonim yang menginspirasi. Semua peran penting. Semua punya tempat. Semua punya arti.

Yang membuat seseorang berarti bukan seberapa banyak dia dikenal, tapi seberapa besar dampaknya bagi sekitar. Dan dampak itu tidak harus besar. Bahkan satu senyum bisa mengubah hari seseorang.

Menghargai Diri Sendiri dalam Kesederhanaan

Seni menjadi biasa adalah seni menerima bahwa kita tidak harus bersinar terang untuk menjadi cahaya. Kita hanya perlu menjadi diri sendiri yang jujur, baik, dan penuh cinta. Itulah versi terbaik dari siapa pun.

Menghargai diri dalam kesederhanaan adalah bentuk kedewasaan. Ketika kita tidak lagi sibuk membandingkan hidup kita dengan orang lain, tapi fokus menjalani hidup kita dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.

Karena pada akhirnya, semua orang hanya ingin satu hal: merasa bahwa hidupnya punya arti. Dan arti itu tidak selalu ada di atas panggung---sering kali justru ada dalam ruang yang paling sunyi.

Penutup: Menemukan Damai dalam Kebiasaan

Hidup tidak harus luar biasa untuk bisa berarti. Menjadi manusia biasa yang jujur, pekerja keras, penuh kasih, dan tetap rendah hati adalah pilihan yang indah. Kita tidak perlu jadi legenda, cukup jadi seseorang yang dikenang dengan kebaikan.

Maka, jika hari ini kamu merasa hidupmu biasa-biasa saja, jangan berkecil hati. Justru di situlah letak keindahannya. Karena sesungguhnya, menjadi biasa bukan kelemahan. Itu adalah bentuk tertinggi dari kedamaian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun