Mohon tunggu...
Naufal Taufiqul
Naufal Taufiqul Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Berusaha menjadi Mahasiswa yang berguna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghapus Perbedaan Kelas dalam Budaya Warung Kopi Gresik

7 Januari 2022   10:50 Diperbarui: 7 Januari 2022   10:58 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gresik, kota yang terletak di utara dari Kota Surabaya. Sudah beberapa julukan disematkan di kota ini, mulai dari Kota Santri karena keberadaan dua wali dari “wali songo”, Kota Industri karena banyak sekali pabrik yang menancapkan pondasi nya di Gresik.

Dibalik ramai nya sebutan yang disematkan pada Kota Gresik, diiringi juga dengan ramainya keberadaan usaha kecil warung kopi di sekitar Kota Gresik. Kalau sedang menuju Gresik, tak lengkap jika tidak singgah sejenak mampir di warung kopi, merasakan bagaimana nikmat nya Kopi Hitam yang tersaji oleh tangan-tangan terampil pembuatnya.

Beragam jenis kopi tersedia di warung-warung di Kota Gresik, setiap warung dan penjual nya mempunyai ciri khas dan karakter tersendiri. Beragam fasilitas penunjang “ngopi” pun ditawarkan, seperti televisi dengan ukuran besar, koran yang tersedia di setiap meja, bahkan sambungan internet nirkabel untuk memanjakan para pengunjungnya.

Sampai sekarang, kopi berjenis kopi “kasar” lah yang mendominasi minat pelanggan.

Dan satu lagi, bagaimana keberadaan warung kopi di Gresik membentuk lingkungan sosial yang egaliter. Memang, keberadaan warung kopi tradisional sudah mulai tersaingi dengan keberadaan beberapa “Coffee Shop” atau kafe kekinian yang keberadaan nya mulai menjamur di Kota Gresik. Namun, suasana lingkungan sosial yang egaliter sulit sekali ditemukan di sana.

Keberadaan warung kopi di Gresik bukan hanya ditujukan kepada masyarakat menengah kebawah saja, jika diamati, warung kopi di Gresik ini mempunyai pelanggan yang sangat beragam, mulai dari buruh pabrik, kuli bangunan, pedagang, bahkan aparat kepolisian hingga masyarakat menengah ke atas.

Ini menunjukkan bahwa warung kopi di Gresik “berhasil” menghancurkan pembatas antara kaum buruh dan kaum elit. Sejalan seperti apa yang dicetuskan oleh filsuf ternama Karl Marx, dalam teori perjuangan kelas nya. Dimana kelas-kelas dalam masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu pemilik modal dan buruh. Yang mana hal tersebut sangat samar dijumpai di warung kopi.

Hal ini tentu menjadi hal yang positif, mengingat status Gresik sebagai “Kota Industri” yang tentunya rawan sekali akan gesekan, terutama buruh dan pemilik modal, keberadaan warung kopi ini menjadi “penyeimbang” tatanan sosial dan menghapus batas kelas yang ada di lingkungan sosial Kota Gresik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun