Sebagian banyak  orang beranggapan bahwa pendidikan karakter anak pada zaman dahulu lebih bagus dibandingkan zaman sekarang. Sepertinya anggapan tersebut adalah benar adanya, karena melihat sikap dan tingkah laku sebagian besar anak zaman sekarang yang kian membuat orang dewasa mengelus dada dan mengeluh karna hal tersebut. Anak SD,SMP,SMA/SMK sekarang banyak yang melawan guru dan orang tuanya, terlibat perkelahian, merokok, menggunakan obat terlarang hingga melakukan tindak asusila.
jika kita mencermati dan memahami kembali, masalah ini berkembang semakin parah seiring berjalannya waktu dengan meningkatnya kecanggihan teknologi yang tidak dapat terkontrol karena kebebasan anak-anak mengakses internet dengan segala dunianya, membuat mereka terfokus hanya pada apa yang mereka lihat di internet.Â
Mereka menganggap apa yang terjadi di luar sana adalah hal yang wajar bagi mereka lakukan, bahkan sangat keren untuk ditiru. Ya, itulah salah satu dampak negatif kecanggihan teknologi zaman sekarang .
Meski buruk bagi aspek moral anak, namun perkembangan teknologi tetap saja tidak dapat dicegah begitu saja . Kita tidak dapat menghentikan laju teknologi, namun yang dapat kita lakukan yaitu memperketat pengawasan dan pendidikan karakter kepada anak.Â
Dan ada Dua peranan penting yang  bertanggung jawab dalam mengemban tugas ini yaitu orang tua dan guru/pendidik. Keduanya sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak pada era generasi milineal sekarang .
Menjadi seorang guru berarti sama halnya dengan menjadi orang tua si anak di sekolah. Ya, menjadi guru bukan sekadar bertanggung jawab memberikan asupan pelajaran, tetapi juga harus mampu mendidik moral, etika, integritas dan karakter anak . apakah Sulit mendidik karakter anak pada era generasi milenial sekarang?
Salah satu ayat yang menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S Luqman ayat 12-24, Walaupun terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan pembutukan karakter, namun Q.S Luqman ayat 12-14 karena ayat ini mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan makna paling dekat dengan konsep pembutukan karakter.
Allah SWT berfirman: Q.S Luqman Ayat 12-14
a laqad aatainaa Luqmaanal hikmata anishkur lillaah; wa many yashkur fa innamaa yashkuru linafsihii wa man kafara fa innal laaha Ghaniyyun Hamiid, Wa idz qoola luqmaanu libnihii wahuwa ya’iduhu yaa bunayya laa tusyrik billaah, innasy syirka ladhulmun ‘adhiim. Wa washshoinal insaana biwaalidaihi hamalathu ummuhuu wahnan ‘alaa wahnin wa fishooluhuu fii ‘aamaini anisykurlii waliwaalidaik, ilayyal mashiir)
artinya :Â
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".Â