Mohon tunggu...
Naufal Nabilludin
Naufal Nabilludin Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Ternyata mikir itu lebih susah dari pada dapet ranking

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yang Lebih Penting dari Ranking

14 September 2021   01:04 Diperbarui: 14 September 2021   01:21 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada sebuah pertanyaan yang masuk lewat DM dari adik kelas gue yang masih SMA dia nanya gini "Menurut kakak ranking penting gak sih?" begitu kira-kira pertanyaannya. Cukup menarik buat gua bahas dan gue rasa pertanyaan ini gak bisa gue jawab simple penting gak penting gitu aja. Harus ada latar belakang kenapa  gue punya pemikiran yang nantinya bakal mengantarkan ke kesimpulan penting gak penting, gimana pengalaman gue dan sebagainya. Itu mau gak mau harus gue ceritain juga supaya lo ngerti dari mana berangkatnya pemikiran gue nantinya.

Oke langsung aja, Sebelum gue jawab penting gak penting, gue mau cerita sedikit tentang pengalaman gue selama sekolah dari SD sampe SMA (sekarang gue kuliah). Dari zamannya gue SD atau mungkin dari sebelum SD (PAUD/TK) gua di didik dengan jiwa kompetitif yang lumayan tinggi, jadi apapun yang sifatnya kompetitif, gue seolah dituntut buat menang atau berhasil. Disatu sisi itu bagus dan kayaknya emang wajar-wajar aja orang tua menanamkan itu ke anaknya apalagi di usia-usia emas nya.

Dari didikan itu, gue dari dulu emang selalu dituntut buat dapet ranking, ya minimal 10 besar lah. Pokoknya tujuannya sekolah adalah dapet ranking 10 besar titik. Mau gimana pun caranya pokoknya nilai gue harus bagus di semua mata pelajaran supaya bisa masuk 10 besar. Dan itu kebawa sampe gue SMA, mungkin udah tertanam di bawah sadar gue "kalo sekolah pokoknya harus ranking, titik."

Mungkin dari situ juga alasan kenapa ujian selalu menjadi momok yang menakutkan buat sebagian orang termasuk gue (pada waktu itu). Dari pemikiran itu juga yang akhirnya secara sadar atau tidak sadar sekolah menciptakan sistem yang mendukung orang untuk punya potensi tidak jujur yang lebih tinggi. Dimana nilai ujian adalah segalanya.

Dari SD sampe SMP ya gue manut dan nurut aja apa kata orang tua dan guru soal pemikiran itu. Toh menurut gue waktu itu baik juga buat kehidupan gue kedepannya.

Baru lah pas SMA pemikiran kritis gue mulai terbentuk dan berkembang. Mulai mempertanyakan apa yang dilakukan selama ini dan mempertanyakan pemikiran yang dianggap benar oleh sebagian masyarakat di lingkungan gue. Disitu mulai muncul pertanyaan-pertanyaan yang agak filosofis, misalnya: "buat apa sekolah", "sekolah penting gak sih", "sebenernya disekolah nyari apasih", dan masih banyak yang lainnya.

Jawaban dari pertanyaan pertanyaan semacam itu gak bisa di cari di brainly, perlu merenungan yang cukup mendalam buat menjawabnya. Dan kemungkinan buat tersesat pun pasti ada. Yang pasti gue coba menjauh dari dogma-dogma yang selama ini ada dan diajarkan oleh masyarakat di lingkungan gue.

Termasuk soal perankingan, gue yang dari dulu selalu di tuntut buat dapet ranking 10 besar, mencoba memikirkan ulang dan merenungi apa yang gue lakukan selama ini. Meruntuhkan semua dogma yang selama ini udah terbangun di alam bawah sadar gue.

Dimulai dari pertanyaan "sebenernya gue sekolah mau cari ilmu atau cari nilai sih" jangan-jangan selama ini gue sekolah bukan buat cari ilmu tapi cuma cari nilai, gue belajar bukan buat dapet ilmu nya, tapi cuma buat persiapan ujian aja, setelah ujian selesai gue lupa lagi apa yang udah dipelajari.

Terus apa untungnya selama ini gue ngejar nilai cuma buat dapet ranking, jangan-jangan selama ini gue cuma nyari pengakuan orang lain kalau gue ini pinter. Padahal pinter dan belajar kan artinya luas. Belajar kan gak sebatas disekolah dan pinter juga gak sebatas jago matematika (gue juga pernah nulis soal ini, bisa lu baca setelah selesai baca ini disini).

Dari perenungan-perenungan gue yang lumayan panjang itu, akhirnya gue sadar kalau selama ini gue gak menikmati proses belajar, gak tau rasanya cinta ilmu pengetahuan. Selama ini secara sadar atau gak sadar gue merasa tertekan dengan tuntutan itu semua. Yang sebenernya setelah di renungi gak selalu tepat juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun