Mohon tunggu...
naufal afrian
naufal afrian Mohon Tunggu... mahasiswa uin sts jmbi

mahasiswa uin sts jambi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jejak pengabdian mahasiswa melalui kukerta mandiri Di Darussalam (kampung damai)

27 Agustus 2025   09:46 Diperbarui: 27 Agustus 2025   09:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

langkah sederhana namun penting: meminta izin kepada lingkungan tempat program akan dijalankan. Pagi itu, surat izin yang sudah disiapkan dari kampus dibawa ke rumah Ketua RT. Rumahnya sederhana, berada di ujung jalan kecil dengan teras dipenuhi pot bunga. Setelah memberi salam, maksud kedatangan dijelaskan dengan singkat dan jelas. Ketua RT mendengarkan dengan tenang, kemudian membaca laporan izin yang diberikan.

Pembicaraan berlanjut tentang rencana kegiatan. Dijelaskan bahwa program KKN akan berfokus pada dua hal utama: gotong royong membersihkan lingkungan dan kegiatan belajar bersama siswa di sekolah dasar yang ada di wilayah RT. Ketua RT menanyakan berapa lama kegiatan berlangsung, lalu menegaskan bahwa dukungan penuh akan diberikan. Ia juga berjanji akan membantu menginformasikan kegiatan kepada warga. Dari pertemuan singkat itu, pengalaman baru terasa: izin bukan hanya soal formalitas, melainkan bentuk kepercayaan yang menentukan kelancaran program ke depan.h izin diperoleh, kegiatan pengabdian mulai dilakukan. Lingkungan sekitar RT menjadi titik awal pelaksanaan program gotong royong. Peralatan sederhana dibawa: sapu lidi, karung plastik, dan cangkul kecil. Warga yang sudah mendapat informasi dari Ketua RT juga datang dengan perlengkapan masing-masing. Ada yang membawa sabit untuk merapikan rumput, ada pula yang membawa gerobak kecil untuk mengangkut sampah.

Pekerjaan dimulai dari selokan yang tertutup lumpur dan sampah plastik. Membersihkan bagian itu tidak mudah karena kotoran sudah menumpuk cukup lama. Meski terasa berat, pekerjaan bisa diselesaikan dengan bantuan warga yang berpengalaman. Setelah aliran air kembali lancar, perhatian beralih ke jalan gang. Rumput liar yang tumbuh di pinggir jalan dicabut, sampah yang berserakan dikumpulkan, dan area sekitar rumah warga disapu. Beberapa anak kecil ikut mendekat, mencoba membantu sebentar lalu kembali bermain.

Suasana menjadi akrab karena warga saling berbincang sambil bekerja. Ada yang bercerita tentang kegiatan panen, ada pula yang menyinggung masalah lingkungan yang sering kotor ketika musim hujan. Sesekali terdengar tawa ringan, terutama ketika ada momen lucu di sela pekerjaan. Warga yang tidak ikut membersihkan turut mendukung dengan menyediakan air minum dan makanan ringan. Menjelang siang, gang terlihat lebih bersih, selokan tidak lagi tersumbat, dan udara sekitar terasa lebih segar. Gotong royong itu bukan hanya menghasilkan lingkungan yang rapi, tetapi juga memperkuat hubungan dengan warga.

Setelah kegiatan lingkungan, program dilanjutkan di sekolah dasar. Koordinasi dengan kepala sekolah sudah dilakukan sebelumnya sehingga akses untuk membantu proses belajar diberikan. Saat masuk kelas, anak-anak langsung memperhatikan dengan rasa ingin tahu. Materi yang diajarkan adalah Matematika sederhana. Agar suasana tidak kaku, metode permainan dipilih. Anak-anak diminta menjawab soal sambil melempar bola kecil ke teman lain. Suasana kelas menjadi ramai namun terarah. Banyak siswa yang awalnya ragu akhirnya berani mencoba.

Selain pelajaran hitung-hitungan, kegiatan literasi membaca juga dilakukan. Buku cerita bergambar dibacakan keras-keras di depan kelas, lalu siswa diminta menyampaikan kembali isi cerita. Ada yang hanya menyebut inti singkat, ada yang berusaha bercerita panjang. Respon yang beragam ini justru memberi warna tersendiri. Anak-anak yang biasanya pendiam terdorong untuk berani bicara, sementara yang percaya diri semakin aktif. Aktivitas sederhana tersebut membuat proses belajar terasa menyenangkan.

Kegiatan mengajar ini membuka pandangan baru bahwa anak-anak lebih mudah menerima pelajaran bila suasana kelas dibuat hidup. Mereka lebih bersemangat ketika diberi dorongan dan apresiasi, meski hanya berupa pujian singkat atau tepuk tangan dari teman-teman. Dari sini terasa bahwa peran pengajar bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga membangun motivasi dan rasa percaya diri.

Pengalaman KKN Mandiri memberi banyak pelajaran dalam waktu singkat. Mengurus izin di rumah RT menunjukkan pentingnya sopan santun dan komunikasi. Gotong royong di lingkungan RT menegaskan nilai kebersamaan dan kepedulian terhadap tempat tinggal. Mengajar di sekolah dasar menambah pengalaman berharga dalam memahami dunia pendidikan secara langsung. Semua itu dilakukan tanpa tim, sehingga setiap langkah menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk belajar mandiri.

Pelaksanaan program mungkin terlihat sederhana, hanya membersihkan lingkungan dan mengajar di sekolah dasar. Namun dari kegiatan tersebut, manfaat nyata bisa dirasakan. Lingkungan sekitar RT menjadi lebih bersih, warga mendapat pengalaman kerja sama yang menyenangkan, dan anak-anak sekolah memperoleh suasana belajar yang berbeda dari biasanya. Hal kecil yang dilakukan ternyata mampu memberi dampak positif.

KKN Mandiri membuktikan bahwa pengabdian tidak selalu harus besar dan kompleks. Yang terpenting adalah kesungguhan dalam melaksanakan program. Selama ada niat untuk membantu dan berusaha memberi manfaat, masyarakat akan membuka diri dan memberikan dukungan. Dari izin di rumah RT, kerja bersama membersihkan selokan, hingga senyum siswa yang bersemangat belajar, semua menjadi rangkaian pengalaman yang memperkaya hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun