Israel adalah salah satu negara dengan perkembangan teknologi terpesat di dunia. Berdasarkan data indeks dari Bloomberg tahun 2021, Israel menempati posisi ke-7 dalam ranking negara paling inovatif di dunia. Banyak teknologi yang menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia sekarang tidak lepas dari kontribusi Israel. Contohnya seperti Microsoft, aplikasi penunjuk jalan, flashdisk, lensa kamera ponsel pintar, dan masih banyak lagi. Terdapat beberapa wilayah dengan konsentrasi industri high-tech yang tinggi yang tersebar di beberapa kota di Israel seperti Tel Aviv, Haifa, Rehovot, Ra'anana, dan masih banyak kota lainnya. Oleh karena itu, Israel mendapat julukan sebagai "Silicon Valley"-nya kawasan Timur Tengah (Issam, 2021).
Namun apa yang membedakan Israel dengan negara berteknologi maju lainnya adalah negara-negara tersebut tidak sedang berkonflik dengan tetangganya. Selain itu juga terdapat 30 anggota PBB yang belum mengakui kedaulatan Israel sebagai negara. Oleh karena itu, sebenarnya sampai detik ini Israel masih berjuang untuk menyempurnakan statusnya sebagai negara berdaulat yang utuh. Meski begitu, Israel tetap mampu menghasilkan banyak perusahaan teknologi dan pengusaha tersukses di dunia.
Bagaimana Negara yang Rentan dengan Konflik dapat Menjadi Salah Satu Negara Paling Inovatif di Dunia?
Israel merupakan negara yang selalu rentan mengalami situasi konflik karena latar belakang dari kelahiran Israel itu sendiri yang didasarkan pada tindakan aneksasi. Kemudian hal tersebut yang memaksa Israel untuk mengembangkan kekuatan militer mereka secara masif demi kepentingan keamanan negara. Tindakan tersebut merupakan tindakan alami sebuah negara apabila terdapat negara lain kedapatan sedang membangun kekuatan militernya. Tindakan semacam itu yang dikenal dengan istilah "Dilema Keamanan" (Herz, 1950).Â
Terlebih lagi dalam konteks Israel yang secara jelas sedang ditarget oleh seluruh negara tetangganya ketika dekade 40-an hingga 70-an. Akan tetapi, hal yang membedakan situasi dilema keamanan yang dialami oleh Israel dengan situasi dilema keamanan yang dialami negara lain dalam sejarah adalah Israel masih mengalami konflik kekerasan yang bersifat militer ketika dunia internasional saat ini menganggap persaingan yang bersifat militer merupakan suatu hal yang sudah usang dan perlu ditinggalkan. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan negara lain, Israel memiliki tantangan yang lebih besar dan sulit dalam persaingan global.
Bagaimana? Anda mungkin bertanya. Bagaimana Israel tetap mampu bertahan dari ancaman militer negara lain dan di sisi lain Israel juga mengembangkan perekonomian dan industri sains teknologinya secara masif hingga menjadi salah satu negara paling inovatif di dunia? Jawabannya adalah justru karena ancaman dari konflik tersebut, Israel mengalami kemajuan pada sektor sains teknologi seperti sekarang. Ketika Israel mengembangkan kekuatan militernya, secara tidak langsung juga mendorong perkembangan pesat pada sektor sains teknologi Israel. Hal ini karena bidang pertahanan dan bidang teknologi merupakan dua hal saling terkait dan tidak terpisahkan, terlebih dalam kebudayaan Israel (Ben-Israel dan Baram, 2019).
Namun hal tersebut tidak terjadi pada Palestina, musuh terbesar dan paling nyata Israel hari ini. Palestina mengalami hal yang sama seperti Israel, tetapi keduanya memiliki nasib dan kekuatan yang perbedaannya terlampau jauh bahkan tidak sebanding. Jutaan ilmuwan, tenaga kerja, dan pengusaha di bidang sains teknologi di Israel mampu bekerja sembari dijatuhi rudal dan bom dari langit. Akan tetapi, hal yang sama tidak terjadi di Palestina. Dengan demikian, mengartikan bahwa Israel memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Keistimewaan Israel yang Menjadi Kunci Kesuksesan dalam Sektor Sains Teknologi
Kellerman (2000) menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor dasar yang menentukan keberhasilan panggung teknologi di suatu negara, yaitu: 1) Bakat, 2) Modal, 3) Standar hidup yang tinggi. Untuk mengetahui secara pasti keistimewaan yang dimiliki Israel, maka ketiga faktor tersebut dapat dijadikan patokan dalam mencari kunci yang menjadi faktor keberhasilan sektor sains teknologi di Israel.
- Bakat
Yang dimaksud sebagai bakat di sini adalah tingkat keahlian penduduk Israel yang berada di atas rata-rata. Kemudian hal tersebut diasosiasikan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian salah satu keistimewaan Israel adalah kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
Sistem Pendidikan di Israel
Tidak mengejutkan apabila sistem pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, termasuk Israel. Menurut penilaian Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Israel termasuk salah satu negara paling berpendidikan di dunia. Bukan tanpa sebab, berdasarkan data dari OECD, 47% dari total penduduk Israel yang berusia di atas 25 tahun memiliki gelar minimal pascasarjana. Artinya, lebih dari setengah penduduk usia dewasa di Israel setidaknya pernah melanjutkan studi ke jenjang sarjana. Angka presentase tersebut membuat Israel memiliki posisi yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain yang juga terkenal akan kemajuan sistem pendidikannya seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Angka jumlah penduduk dengan pendidikan tinggi yang impresif di Israel tidak lain karena kualitas perguruan tinggi Israel yang mumpuni. Contoh-contoh perguruan tinggi teratas di Israel seperti Universitas Ibrani Yerusalem, Universitas Tel Aviv, dan Institut Teknologi Israel, semuanya merupakan perguruan tinggi dengan persaingan tingkat global.
Faktor lain yang mendorong kemajuan sistem pendidikan Israel adalah adanya peningkatan pada mutu dan kualitas tenaga pendidik mulai dari tenaga pendidik sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Israel, upah tenaga pendidik Israel mengalami kenaikan sebanyak 54% sejak 2005 sampai sekarang dan diperkirakan akan terus naik di masa depan. Dengan meningkatkan kesejahteraan hidup tenaga pendidik, maka yang terjadi selanjutnya adalah peningkatan mutu dan kualitas generasi masa depan Israel terutama pada sifat intelektual.
Demografi penduduk
Aspek lain yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang seringkali diabaikan, namun tidak kalah pentingnya dengan aspek lain adalah demografi. Kaitan kondisi demografi penduduk dengan kualitas sumber daya manusia adalah ketersediaan jumlah tenaga kerja yang dapat digunakan oleh negara dalam melaksanakan kegiatan perekonomian. Apabila suatu negara memiliki kualitas tenaga kerja yang tinggi tetapi jumlahnya tidak cukup, maka tetap saja kegiatan perekonomian tidak dapat berjalan dengan baik.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat potensi ketersediaan tenaga kerja yang cukup pada suatu negara adalah meninjaunya dari populasi keseluruhan. Ketika berbicara tentang populasi suatu negara, sebaiknya tidak hanya ditinjau dari ukuran besar kecilnya, tetapi juga mempertimbangkan seperti apa kondisi dalam populasi tersebut. Contoh nyata terbaik yang sekiranya dapat dijelaskan, misalnya suatu kesalahpahaman apabila menganggap potensi ketersediaan tenaga kerja yang dimiliki oleh Jepang dan Mesir sama berdasarkan populasi kedua negara yang sama-sama berjumlah 100 juta penduduk. Angka populasi tersebut tidak menunjukkan jumlah penduduk di usia kelompok tertentu serta latar belakang mereka. Oleh karena itu, potensi ketersediaan tenaga kerja dalam suatu negara tidak dapat ditentukan jika hanya melihat dari angka jumlah populasi saja.

Di balik persamaan angka populasi Mesir dan Jepang, terdapat perbedaan jumlah dari segi persebaran kelompok usia. Berdasarkan data dari Population Pyramid tahun 2022, piramida populasi Mesir menunjukkan pertumbuhan yang tidak merata di mana kelompok usia 5-19 tahun atau kelompok usia muda adalah kelompok usia dengan jumlah populasi tertinggi dibanding kelompok usia lainnya. Kemudian kelompok usia dengan jumlah terendah terdapat pada kelompok usia lanjut atau kelompok usia pensiun yang sudah tidak memberikan kontribusi apapun untuk negara. Maka dari itu, angka kelahiran jauh lebih tinggi daripada angka kematian sehingga Mesir menghasilkan banyak bakal calon yang akan menjadi pekerja dengan cepat diiringi dengan pertambahan usia pensiun yang lambat. Dengan demikian, akan terdapat penumpukan tenaga kerja yang parah di masa depan sehingga terjadi ketimpangan jumlah tenaga kerja di setiap sektor. Sedangkan, populasi piramida Jepang juga menunjukan komposisi kelompok usia yang tidak merata di mana kelompok usia muda jauh lebih sedikit dibanding kelompok usia tua. Dengan kata lain, Jepang mengalami penurunan angka kelahiran yang masif serta angka kematian yang tinggi. Maka dari itu, di masa depan Jepang diperkirakan secara cepat atau lambat akan terjatuh karena jumlah masyarakat yang berperan sebagai tenaga kerja tidak akan mencukupi untuk menggerakan perekonomian negara secara maksimal. Ditambah lagi dengan tingginya jumlah masyarakat golongan usia tua yang tidak memberikan kontribusi apapun untuk negara membuat masyarakat pekerja sibuk merawat mereka sehingga semakin mengurangi persediaan tenaga kerja. Dengan demikian, Mesir dan Jepang memiliki masa depan yang mengkhawatirkan bagi keberlangsungan perekonomian negara karena adanya ketidakmerataan komposisi kelompok usia dalam populasi yang mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja.
                                                   Â
Selanjutnya, berkenaan dengan potensi ketersediaan tenaga kerja di Israel. Berdasarkan data dari Pyramid Population tahun 2022, piramida populasi Israel tidak menunjukkan pertumbuhan populasi yang begitu mencolok. Â Â Â Namun tetap bertumbuh secara stabil dengan komposisi kelompok usia yang merata. Maka dari itu, Israel memiliki jumlah tenaga kerja yang ideal dan cukup untuk menggerakkan perekonomian negara di masa depan. Selain itu, akan kecil kemungkinan terjadi ketidakmerataan dalam persebaran tenaga kerja pada setiap sektor yang menggerakan perekonomian negara. Dengan adanya tenaga kerja yang merata, maka setiap sektor tersebut mampu bersinergi secara maksimal sehingga saling memberikan keuntungan satu sama lain, termasuk sektor sains dan teknologi.
Imigrasi merupakan salah satu keistimewaan lain yang dimiliki Israel (Hacohen, 1998). Terdapat konstitusi hukum yang memberikan hak bagi masyarakat keturunan Yahudi di seluruh dunia untuk pindah ke Israel dan mendapatkan kewarganegaraan Israel, yang bernama "Law of Return". Hukum yang telah berlaku sejak tahun 1950 tersebut hingga hari ini memainkan peran penting dalam pembangunan negara Israel, bahkan menjadi salah satu alasan utama dibalik eksistensi Israel. Salah satu syarat agar kedaulatan suatu negara diakui negara lain adalah adanya populasi.Â
Dalam memenuhi syarat tersebut, Israel mengandalkan sepenuhnya pada imigrasi yang dijalankan oleh hukum "Law of Return". Oleh karena itu, besar kemungkinan Israel mendapatkan tenaga kerja keterampilan khusus dan tinggi yang berasal dari seluruh penjuru dunia secara cuma-cuma. Kemudian, masyarakat dengan keterampilan tinggi tersebut akan menurunkan bakatnya pada generasi selanjutnya dan akan terus berlanjut seperti itu. Dengan kata lain, hukum "Law Of Return" secara tidak langsung memberikan Israel sebuah previlege sumber daya manusia dengan kualitas tinggi sejak awal berdirinya tanpa harus menempa masyarakatnya dari nol agar bisa berintegrasi dengan dunia modern (Hacohen, 1998).
Selain "Law of Return", terdapat program unik yang juga mendorong arus imigrasi ke Israel, yaitu program beasiswa yang membantu mengakomodasi siapapun yang sedang belajar bahasa Ibrani sebelum menempuh studi akademik di Israel (Hacohen, 1998). Selain mendorong arus imigrasi, program beasiswa tersebut juga mempromosikan bahasa Ibrani yang merupakan bahasa nasional Israel. Maka dari itu, memberikan akses bagi siapapun, terutama masyarakat berpendidikan untuk membantu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Israel.
Dengan demikian, adanya pertumbuhan populasi yang merata serta imigrasi penduduk dari seluruh dunia membuat Israel memiliki persediaan tenaga kerja yang cukup ditambah dengan latar belakang keterampilan yang istimewa. Berdasarkan data dari World Bank pada tahun 2021, terdapat 140 ilmuwan dari setiap 10.000 tenaga kerja. Angka tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki 85 ilmuwan dari setiap 10.000 tenaga kerja. Â Â
Program IDF: "Atuda"
Suatu program dari Angkatan Bersenjata Israel (IDF), yaitu program "Atuda" yang juga berkontribusi besar dalam banyaknya jumlah ilmuwan dan penduduk berpendidikan tinggi di Israel (Ben-Israel dan Baram, 2019). Sebagai informasi penting, Israel memiliki kebijakan wajib militer yang harus diikuti oleh lulusan sekolah menengah atas yang berusia minimal 18 tahun. Umumnya, generasi muda Israel menuntaskan program wajib militer selama tiga tahun bagi laki-laki dan dua tahun bagi perempuan, baru setelah itu mereka bisa melanjutkan studi di perguruan tinggi bagi yang memiliki minat. Akan tetapi, program Atuda menawarkan kesempatan bagi lulusan sekolah menengah atas untuk menunda kegiatan wajib militernya demi memprioritaskan studi akademik lanjutan. Program ini hanya dapat diikuti oleh peserta yang terbaik dan terpilih. Biaya dan kebutuhan selama menjalankan studi akademik di bawah program Atuda ditanggung sepenuhnya oleh IDF. Selain untuk memberikan kesempatan bagi mereka yang memprioritaskan hal akademis, alasan IDF menciptakan program ini adalah untuk menaikkan kualitas dari keanggotaan IDF itu sendiri. Di samping itu IDF juga membutuhkan tenaga kerja di berbagai bidang dalam lingkungan militernya. Para peserta program Atuda setelah lulus menjadi sarjana akan kembali menjalankan program wajib militernya hingga tuntas dengan ditempatkan pada bidang yang sesuai dengan latar belakang studi yang ia ambil selama mengikuti program Atuda. Dengan demikian, Â program Atuda memainkan peran penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga memberikan jalur yang cepat bagi kesuksesan sektor sains dan teknologi Israel (Ben-Israel dan Baram, 2019).
- Modal
Setiap perusahaan memerlukan modal finansial yang cukup agar bisnis dapat berjalan dengan lancar sesuai rencana. Selayaknya sebuah perusahaan, Israel juga memerlukan modal finansial dalam menghasilkan inovasi. Gelar "Start-up Nation" tidak sembarangan diberikan kepada Israel sebagai negara yang dianggap berdiri dan dibangun oleh sekelompok orang seperti sedang membangun sebuah perusahaan rintisan (Kellerman, 2000). Alasan lain di balik gelar "Start-up Nation" yang dimiliki Israel adalah begitu banyaknya perusahaan rintisan atau "Start-up" baru yang bergerak di bidang teknologi di Israel. Adapun mengapa sekarang perusahaan rintisan banyak ditemui di Israel adalah karena berkenaan dengan kualitas sumber daya manusia Israel yang di atas rata-rata. Dengan banyaknya perusahaan rintisan yang digerakkan oleh tenaga kerja dengan keterampilan di atas rata-rata, maka semakin mudah bagi Israel untuk menarik investor dari seluruh dunia untuk menandatangani cek dan berinvestasi di perusahaan Israel (Kellerman, 2000)
Pada dekade ke 90-an, pemerintah Israel menerapkan kebijakan "Yozma", di mana pemerintah Israel memberikan bantuan dana bagi warga asing yang ingin berinvestasi di Israel. Bantuan dana tersebut diciptakan dari kumpulan dana hasil pajak masyarakat Israel.Â
Tujuan dari diterapkannya kebijakan ini adalah sebagai investasi jangka panjang Israel dalam rangka upaya untuk memajukan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang sains dan teknologi. Selain untuk menarik investor asing, kebijakan ini juga dirancang untuk mendorong masyarakat Israel agar berbondong-bondong berani merintis perusahaan sendiri sehingga meningkatkan jumlah entrepreneur di antara penduduk Israel.Â
Ini merupakan langkah yang sangat beresiko, namun tetap dilakukan oleh pemerintah Israel. Oleh karena itu, kebijakan investasi jangka panjang ini hanya dilakukan Israel selama lima tahun. Meski dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, kebijakan Yozma memberikan hasil yang begitu signifikan bagi perkembangan negara Israel sampai pada hari ini, terutama di bidang sains dan teknologi. Terbukti dengan Israel sekarang menduduki peringkat kedua dalam urutan negara dengan presentase dana yang digunakan dari total GDP demi kepentingan riset dan pengembangan, berdasarkan data dari World Bank 2022. Di mana Israel menggunakan sebanyak 4,5% dari total GDP untuk aktivitas riset dan pengembangan, hanya tertinggal oleh Korea Selatan yang menempati peringkat pertama.
- Standar Hidup yang Tinggi
Faktor ketiga dibalik kesuksesan bidang sains teknologi Israel adalah standar hidup yang tinggi. Jika suatu komunitas memiliki seseorang dengan keterampilan yang hebat, maka ia komunitas tersebut beruntung karena memiliki senjata yang dapat ia gunakan untuk mengalahkan komunitas lain. Namun, komunitas tersebut tidak dapat memberikan perawatan yang baik pada senjatanya, maka besar kemungkinan senjatanya jatuh ke tangan komunitas lain sehingga senjata tersebut menjadi tidak terlalu berguna bagi komunitas tersebut (Felsenstein, 2005).Â
Pemerintah Israel menyadari hal ini sehingga menaikkan standar hidup masyarakat menjadi salah satu fokus utama mereka. Apabila pemerintah Israel tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi penduduknya, maka segala keistimewaan seperti sumber daya manusia yang berkualitas, persediaan tenaga kerja yang cukup, dan lainnya akan menjadi sia-sia karena pada akhirnya mereka akan pergi ke negara lain untuk mencari kehidupan yang sekiranya lebih baik bagi mereka. Maka dari itu pemerintah Israel berupaya untuk membuat lingkungan Israel senyaman mungkin sehingga potensi yang dimiliki penduduknya tidak digunakan oleh negara lain.
Berdasarkan data dari the International Living Magazine, Israel menempati posisi ke-32 dari 194 negara dalam ranking indeks standar kehidupan. Posisi tersebut tergolong posisi menengah sehingga dengan kata lain standar kehidupan di Israel tidak begitu tinggi, tetapi juga tidak rendah. Namun, berdasarkan data dari World Happines Report tahun 2017, Israel menempati posisi ke 11 dari 155 negara lain dalam ranking negara paling bahagia di dunia. Dengan demikian, mengartikan bahwa upaya pemerintah Israel dapat dikatakan berhasil dalam membuat kehidupan masyarakat Israel sejahtera sehingga mereka menetap di negaranya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI