Mohon tunggu...
Nathanael Steven
Nathanael Steven Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang mahasiswa

suka melamun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Nilai Budaya dalam Pendidikan

7 Desember 2022   09:24 Diperbarui: 7 Desember 2022   09:45 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN


Pendidikan didasarkan pada latar belakang budaya, kondisi sosial dan kehidupan siswa. Oleh karena itu, praktik pendidikan tidak boleh mengabaikan nilai-nilai antropologis yang menjadi salah satu tonggak upaya membangun identitas siswa sebagai manusia sejati. Sebuah pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang eksis dan memiliki otentisitas dalam habitat yang penuh kompleksitas dan benturan nilai-nilai baru akibat evolusi kehidupan di era digital. Identitas manusia muncul melalui hilangnya nilai budaya jiwa. Akibatnya, 4.444 orang kehilangan mata pencaharian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai contoh, banyak pelajar Indonesia yang pada akhirnya ragu-ragu untuk kembali ke negara asalnya, terpaksa menempuh pendidikan negara untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berjiwa nasionalis yang cinta tanah air dan cinta tanah airnya semakin meningkat. Hidup beradaptasi, berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat dan membawa perubahan positif dalam masyarakat.

PEMBAHASAN


 Pendidikan memiliki fungsi dalam konservasi serta inovasi kebudayaan, maka dengan itu diperlukanlah sebuah rangkaian perencanaan yg sistematis dalam upaya pengembangan pendidikan yg selaras dengan kebudayaan. Peran pendidikan berlandaskan budaya fokus pada beberapa upaya esential, yaitu : 

1. Melakukan langkah konservasi dan pengembangan nilai budaya bangsa. 

2. Melakukan pengembangan pranata sosial agar dapat menunjang pembangunan sosial, lalu 

3. Memantik gairah masyarakat supaya dapat mengembangkan inovasi dan kreativitas melalui prosesn pendidikan lalu tanpa meninggalkan rasa jati diri bangsa.


Istilah " kebudayaan " bisa dikatakan memiliki artian yg luas, sehingga membuat beragamnya penafsiran tentang kebudayaan ini sendiri. Taylor (1871) berpendapat bahwa kebudayaan adalah hal kompleks juga komperhensif yg mencakup keyakinan, pengetahuan, moral, hukum, nilai, kesenian, dan kebiasaan yg dilakukan manusia. Koentjaraningrat (1991) berpendapat bahwa kebudayaan didefinisikan sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia di
sebuah rangka kehidupan manusia yg dimiliki oleh manusia dengan belajar. Masih banyak penjelasan lain tentang kebudayaan, maka tidak heran jika kebudayaan dicap sebagai sistem yg luas, besar, dan menjadi penentuan semua aspek kehidupan manusia. Jika dalam arti yg luas, budaya mempunyai makna sebagai nilai, simbol, dan adat. Sedangkan dalam artian yg sempit, budaya itu adalah sesuatu hal yg mempunyai muatan spiritual serta intelektual, sehingga kebudayaan dinilai sebagai sesuatu yg mulia dan adiluhung.  
Budaya adalah sebuah cara hidup manusia yang berdasar pada nilai -- nilai dan norma yg bersifat mengikat, dan terus mengalami perkembangan pada suatu kelompok masyarakat, yg nantinya nilai -- nilai tersebut diwariskan pada generasi selanjutnya. Budaya itu merangkum bahwa banyak unsur -- unsur yang mengandung kompleksitas dan dibangun berdasarkan pada orientasi nilai kehidupan manusia itu sendiri. Unsur kebudayaan serta orientasi tersebut menjadi dasar terbangunnya tata kehidupan dalam multiaspek, multiaspek itu baik dalam aspek politik, sosial, ekonomi, hukum, agama, dan lainnya .
Sebagai sesuatu yg kompleks yaitu budaya, budaya itu mencakup banyak hal / nilai yg memiliki sifat multiinterpretasi, artinya nilai budaya itu dapat ditafsirkan secara subjektif yg disebabkan oleh adanya perbedaan pemahaman. Hal tersebutlah yg menjadi dasar terbangunnya pemahaman dan kesadaran terhadap perbedaan dan keragaman budaya. Maka dari itulah diperlukan pemahaman budaya yg komperhensif dalam setiap individu, dan juga mengurangi adanya gesekan yg ditimbulkan akibat adanya perbedaan.


Memahami gagasan budaya perlu diawali dari konsep historis. Konsep historis didasarkan pada perkembangan kehidupan abad ke -- 18 sampai awal abad ke -- 19. Dapat dipahami bahwa bangsa Eropa menilai budaya yaitu sebagai kemajuan, karena pada dasarnya budaya itu selalu mengalami yang namanya perkembangan, yaitu yg seperti kita lihat dari kemajuan teknologi sekarang. Oleh karena itu, eropa melihat dan menilai  bahwa itu adalah sebagai penilaian untuk maju atau tidaknya suatu budaya. Anggapan tersebut menimbulkan tindakan marginalisasi kepada budaya lain. Juga menimbulkan tindakan yg tidak diharapkan seperti kekerasan dan rasisme. Pandangan ini memahami baik buruknya budaya lain adalah dengan digunakannya 1 perspektif yaitu berdasarkan pada cara pandang kebudayaan. Apapun yg berbeda dengan budaya mereka, maka dianggap sebagai sesuatu yg buruk.  Lalu diperburuk dengan lahirnya / munculnya cara pandang dimana mengenai kebudayaan di era modern yg menggangap bahwa kebudayaan hanyalah hal yg sifatnya teknologis. Maka dari itu sedikit masyarakat modern yg memahami bahwa masyarakat yg menjunjung tinggi nilai -- nilai luhur, dianggap / dicap sebagai masyarakat primitif / tradisional dan dipandang sebagai masyarakat yg tidak maju dalam hal kebudayaan.


Cara pandang tersebut tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun, sebab kemajuan kebudayaan itu tidak hanya dalam pandangan kemajuan yg bersifat teknologis (digital) saja, tetapi juga pada nilai kebijaksanaan dan kearifan masyarakat yg sudah dibangun berdasar pada nilai dan norma juga filsafat yg diyakininya.  
Kebudayaan dipahami sebagai sistem pengetahuan yg terdapat di pikiran manusia. Maka dari itu, pemahaman kebudayaan memilki sifat yg abstrak, artinya bahwa kebudayaan tidak hanya dipandang pada wujud kebudayaan yg konkret, namun juga pada hal bersifat abstrak yg ada pada pikiran manusia dalam bentuk ide / gagasan, nilai, norma, dan lain -- lainnya. Terdapat unsur -- unsur kebudayaan yaitu sebagai berikut :  
1. Sistem Mata Pencaharian 

Tiap individu / kelompok pastinya memiliki suatu mata pencaharian yg berguna sebagai pemenuhan kebutuhan hidup sehari -- hari seperti makan, tempat tinggal, dan lain -- lain. Bakker (2019) mengungkapkan bahwa cakupan aspek ekonomi manusia digolongkan ke 3 sektor. Yg pertama yaitu sektor primer. Adalah sektor yg berupaya mendapatkan bahan -- bahan mental dari alam baik darat, laut, maupun udara. Kedua yaitu sektor sekunder, adalah sektor yg berhubungan dengan pengolahan bahan mental dari hasil sektor primer. Dan yg terakhir adalah sektor tersier, adalah sektor yg mencakup terhadap pelayanan pada masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun