Mohon tunggu...
Anna Tasya
Anna Tasya Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Muhammadiyah. A.R. Fachruddin

Pecinta kata, penikmat senja, penulis rasa. Nggak nunggu sempurna buat mulai nulis—karena proses adalah bagian dari cerita itu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengapa Menulis Resensi Membuat Kita Lebih Kritis Dalam Membaca

12 Juli 2025   23:16 Diperbarui: 12 Juli 2025   23:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Resensi (Anna Tasya))

Sebagai mahasiswa, membaca adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari membaca buku kuliah, artikel jurnal, hingga berita dan novel untuk hiburan, kegiatan ini tak terhindarkan dalam proses belajar. Tapi membaca saja tidak cukup. Kadang, kita merasa sudah membaca banyak, tapi ketika ditanya isinya apa, atau pendapat kita tentang bacaan itu, justru bingung menjawab. Di sinilah pentingnya menulis resensi. Aktivitas ini bukan cuma soal merangkum isi buku, tapi juga melatih kita berpikir lebih dalam, menganalisis, dan mengkritisi isi bacaan.

Apa Pengertian Resensi Itu Sendiri? 

Resensi dipahami sebagai suatu bentuk karya tulis yang membahas suatu objek secara objektif. Kosasih (2019) menjelaskan resensi sebagai ulasan dan tinjauan atas suatu buku, karangan tulis, maupun karya lain, seperti film, pementasan, dan sebagainya. Tinjauan yang dimuat dalam resensi tersebut berkaitan dengan kualitas objek yang dibahas.

Menulis resensi adalah proses reflektif yang secara tidak langsung membentuk cara kita memahami teks. Ketika kita dihadapkan pada tugas meresensi sebuah buku atau artikel, maka kita secara otomatis terdorong untuk membaca dengan lebih cermat, tidak sekadar "menelan informasi" secara pasif. Artikel ini akan membahas bagaimana menulis resensi dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dalam membaca, serta kenapa kegiatan ini penting bagi mahasiswa.

Resensi Itu Lebih dari Sekadar Ringkasan

Banyak orang mengira bahwa resensi hanyalah kegiatan menulis ulang isi buku dalam bentuk ringkasan. Padahal, resensi jauh lebih dari itu. Dalam resensi, penulis tidak hanya menjelaskan isi, tetapi juga memberikan penilaian, ulasan, dan komentar pribadi terhadap karya yang dibaca. Artinya, kita dituntut untuk memahami isi bacaan, menilai kekuatan dan kelemahannya, serta menyampaikan pendapat secara objektif dan terstruktur.

Ketika kita menulis resensi, kita belajar menyusun argumen---mengapa buku itu bagus atau tidak, apa yang kurang, dan bagian mana yang paling menarik atau membingungkan. Proses ini jelas tidak bisa dilakukan tanpa membaca secara aktif dan kritis.

Fungsi Resensi

Fungsi utama dari sebuah resensi adalah memperkenalkan karya yang dibahas kepada pembaca. Dengan demikian, pembaca diharapkan dapat tertarik untuk membaca atau menikmati karya tersebut secara langsung. Fungsi memperkenalkan juga menjadi saran bagi penulis resensi untuk menyampaikan interpretasi atau pemahaman atas karya yang dinikmatinya. Fungsi memperkenalkan ini juga dapat menjadi bentuk apresiasi dengan mempromosikan karya tersebut secara lebih luas.

Selain itu, sebuah resensi juga dapat memberikan rekomendasi sebagai bentuk penilaian terhadap karya yang dibahas, baik dengan cara menyarankan untuk dinikmati. Penilaian juga dapat berupa kritik dan saran atas kekurangan karya tersebut agar pencipta karya tersebut dapat melakukan evaluasi dan menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Membaca Secara Kritis Adalah Kemampuan yang Perlu Dilatih

Membaca kritis adalah kemampuan untuk menganalisis teks, memahami maksud penulis, melihat bias atau sudut pandang, dan mempertimbangkan konteks. Ini berbeda dari membaca biasa yang hanya bertujuan untuk memahami isi secara umum. Dalam membaca kritis, kita aktif bertanya: Apa maksud penulis? Apa bukti yang digunakan? Apakah argumennya logis? Adakah kontradiksi?

Nah, menulis resensi secara tidak langsung memaksa kita untuk mengaktifkan semua kemampuan ini. Saat tahu bahwa bacaan yang kita baca akan diresensi, maka sejak awal kita akan lebih peka terhadap detail---baik dari segi isi, struktur, maupun gaya penulisan.

Contohnya, saat membaca buku nonfiksi tentang pendidikan, kita mungkin akan memperhatikan bagaimana penulis menyusun argumen, data apa yang digunakan, dan apakah pandangannya bisa diterapkan di Indonesia. Kalau membaca novel, kita akan lebih jeli melihat alur cerita, karakter, latar, dan pesan moralnya. Semuanya menjadi bagian dari analisis yang dituangkan dalam resensi.

Mengembangkan Sudut Pandang dan Kepekaan Intelektual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun