Mohon tunggu...
NASYA AULIA FITRIANA
NASYA AULIA FITRIANA Mohon Tunggu... Lainnya - pribadi

Tugas Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampung Zero Waste Surabaya

20 Desember 2023   19:44 Diperbarui: 20 Desember 2023   20:08 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menciptakan Kampung Zero Waste Dengan Terwujudnya Masyarakat Ramah Lingkungan


Pengertian Urbanisasi menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia adalah suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Salah satu bentuk dampak urbanisasi adalah terbentuknya pemukiman pedesaan alami di dalam  kota. Kampung sendiri lahir dari  partisipasi penuh masyarakat. Hal ini mendorong upaya terus-menerus untuk menciptakan lingkungan yang harmonis bagi masyarakatnya. Salah satu upayanya adalah dengan mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh pemerintah kota untuk menciptakan  lingkungan pemukiman kampung yang lestari. DPRD Surabaya dan Pemerintah Kota  melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya meluncurkan program baru bernama Program Kampung Zero Waste. 

Bukan sekedar slogan, berkat program ini diharapkan jumlah sampah di TPA Benowo bisa berkurang. Program Kampung Zero Waste  sendiri merupakan  konsep yang dikembangkan dengan membahas secara khusus  kondisi lingkungan. Program ini menggunakan pendekatan terpadu dan menerapkan sistem dan teknologi pengolahan sampah perkotaan pada skala regional dengan tujuan mengolah sampah perkotaan pada skala regional untuk mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, dibandingkan menciptakan fasilitas daur ulang skala kecil. Industri ini dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah.

Pada tahap pertama, 40 kampung dijadikan proyek percontohan tanpa sampah. Daerah yang dipilih harus memenuhi indikator yang ditentukan. Misalnya saja menjaga agreement hingga akhir program. Selain itu, masyarakat juga ikut serta dalam menjaga lingkungan. Pemerintah Kota Surabaya telah menyediakan tim pendukung yang bertugas memberikan pelatihan kepada warga. Mulai dari mengelompokkan sampah hingga menjadikan sampah sebagai sumber pendapatan masyarakat. Dengan begitu, Wakil Ketua DPRD Komisi C  Kota Surabaya Aning Rahmawati berharap jumlah sampah di desanya semakin berkurang. Jadi otomatis ketika terjadi pengurangan maka jumlah sampah di TPA Benowo juga berkurang. Jumlahnya tidak terus meningkat. Pengurangan volume di TPA Benowo juga sangat bermanfaat bagi pemerintah kota. Keunggulan yang pertama adalah Kota Surabaya telah menggerakkan masyarakatnya untuk memperhatikan pengelolaan sampah. Kedua, pengelolaan sampah tentunya bukan lagi persoalan pelik.

Hal ini juga berpotensi membawa nilai baru bagi pembangunan kampung di masa depan. Banyak kampung yang kualitas lingkungannya buruk, salah satunya sampah menjadi permasalahan utama dalam buruknya lingkungan tersebut. Dengan cara ini, pengelolaan sampah Zero Waste menjadi solusi pengelolaan sampah dan sumber daya  berkelanjutan di perkotaan (Zaman & Lehman, 2011) dan (Nizar, 2017). Partisipasi masyarakat mutlak diperlukan untuk mencapai keberhasilan pengelolaan sampah terpadu (Siswantini, 2018). Penerapan konsep Zero Waste memerlukan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sampah dan meningkatkan kesadaran masyarakat lokal. Hal ini sudah diterapkan di beberapa kelurahan di Surabaya.

Dengan meningkatkan kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk peduli dan memperbaiki kampung dari sudut pandang lingkungan. Salah satunya di Surabaya yang berhasil memperbaiki lingkungan kampung dan masuk dalam nominasi kategori kampung zero waste, tepatnya di Desa RW 1 Kebonsari, RW 2 Kebonsari, RW 3 Kebonsari, RW 4 Jagir, RW 5 Medokan Ayu, RW 5 Kedung Baruk. Desa ini telah melakukan banyak upaya untuk memperbaiki lingkungan, seperti pengelolaan sampah rumah tangga. Sampah  rumah tangga yang basah diubah menjadi kompos, sedangkan sampah kering didaur ulang menjadi berbagai kerajinan, sedangkan sampah kering ditampung di bank sampah, akan dikonversikan menjadi rupiah dan jumlah tersebut juga tersedia untuk hiburan bersama masyarakat. Keberhasilan desa ini ditunjukkan dengan banyaknya penghargaan yang diberikan dalam kompetisi-kompetisi terkait lingkungan hidup. Bahkan menjadi kawasan percontohan pengelolaan lingkungan hidup di  perkotaan.

Hasil pengamatan ini merupakan bentuk kerja sama (MOU) antara pihak DLH Kota Surabaya dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun