Di zaman modern dan teknololgi yang serba canggih dan cepat ini, manusia semakin terperangkap dalam persoalan-persoalan dunia. Perkembangan teknologi yang mulanya diperuntukkan agar mempermudah kehidupan, justru sekarang sering kali membuat manusia kehilangan kedalaman makna hidupnya. Teknologi dan aplikasi yang kekinian seperti gadget, media sosial, dan gaya hidup konsumtif telah menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi sangat rapuh jika dilihat secara spiritualnya Maka dari itu, kondisi dan situasi semacam inilah keberadaan guru tarekat menjadi sangat penting sebagai pembimbing ruhani yang menuntun manusia kembali pada kesadaran Ilahi dan keseimbangan batin.
Guru tarekat bukan hanya sekadar tokoh agama yang mengajarkan teori spiritualitas. Guru tarekat merupakan seorang murabbi ruhani yang berfungsi sebagai pembimbing jiwa yang telah menempuh perjalanan panjang dalam upaya mengenal Allah (ma'rifatullah). Dalam tradisi tasawuf, seorang murid (salik) membutuhkan bimbingan seorang guru yang telah "menyala" di dalam jiwanya  yang disebut mursyid. Sebab, jalan menuju Tuhan bukan sekadar jalan pikiran, melainkan jalan hati yang penuh ujian dan godaan. Tanpa bimbingan guru tarekat, seorang pencari Tuhan bisa tersesat dalam kebingungan spiritual atau kesombongan rohani.
Guru tarekat memiliki tiga peran utama: (1) sebagai pembimbing spiritual (mursyid), (2) pembersih hati (muzakki an-nafs), dan (3) penyampai nilai-nilai hakikat (mu'allim al-haqiqah). Guru tarekat tidak hanya mengajarkan dzikir dan wirid, tetapi juga berperan dalam membentuk akhlak, mendidik kesabaran, dan menanamkan keikhlasan dalam menuntun muridnya agar tidak hanya mengenal Allah melalui kata, tetapi melalui rasa dan pengalaman hidup yang nyata.
Tetapi sangat disayangkan sekali, di zaman sekarang ini masyarakat modern, masih banyak yang salah paham terhadap tarekat, tidak sedikit yang menganggap bahwa tarekat identik dengan ajaran kolot, praktik yang menyimpang, bahkan dianggap menjauhkan manusia dari dunia nyata. Padahal, pandangan-pandangan seperti itu muncul karena ketidaktahuan dalam memaknai tentang hakikat tarekat yang sejati. Tarekat sejati bukanlah pelarian dari dunia, tetapi jalan dalam menata hati agar tidak diperbudak oleh dunia. Seorang guru tarekat mengajarkan bagaimana manusia dapat hidup di dunia tanpa menjadi milik dunia.
Dalam ajaran para sufi, dunia tidak dilarang untuk dicintai, tetapi jangan sampai ia menjadi penguasa hati. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, "Dunia adalah ladang akhirat." Artinya, dunia bukan musuh, melainkan sarana untuk mendekat kepada Allah. Guru tarekat mengajarkan keseimbangan antara syariat dan hakikat. Syariat adalah hukum lahiriah, sementara hakikat adalah kesadaran batiniah. Tanpa syariat, hakikat bisa menyesatkan; tanpa hakikat, syariat bisa menjadi kering dan formalistik. Di sinilah peran guru tarekat menjadi vital yaitu menjaga agar spiritualitas tetap berpijak pada kebenaran syariat, namun tidak kehilangan kedalaman makna.
Guru Tarekat di Tengah Krisis Moral
Zaman ini ditandai dengan apa yang disebut para pemikir sebagai "krisis nilai" di tengah kemajuan sains dan teknologi, sebab di zaman sekarang bisa dikatakan bahwa manusia sudah sangat jauh sekali kehilangan arah moral seperti korupsi, ketamakan, kekerasan, dan ketidakadilan sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Bahkan, agama yang seharusnya menjadi sumber kedamaian, sering disalahgunakan hanya untuk kepentingan politik atau kekuasaan. Maka dari itu, guru tarekat hadir sebagai penjaga nurani umat yang mengajarkan bahwa agama bukan hanya ritual, tetapi juga cinta, kasih sayang, dan kedamaian dan juga menegaskan bahwa dzikir tidak berhenti di bibir, tetapi harus terwujud dalam perilaku sosial. Murid yang sejati bukanlah yang banyak berdzikir di masjid, tetapi yang mampu menghadirkan rahmat dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam ajaran tarekat, dzikir bukan hanya mengingat Allah, tetapi juga melupakan diri dengan menundukkan ego yang menjadi sumber keangkuhan manusia. Ketika hati bersih, maka lahirlah perilaku yang jujur, sabar, dan penuh kasih. Inilah nilai-nilai yang sangat dibutuhkan di tengah krisis moral global.
Keteladanan dan Tantangan Guru Tarekat Masa Kini
Menjadi guru tarekat di era modern bukanlah perkara mudah. Dunia kini dipenuhi oleh "ustadz instan" yang lebih sibuk mencari popularitas di media sosial daripada mendidik hati umat. Di sisi lain, masyarakat lebih menyukai nasihat yang cepat, singkat, dan instan, padahal pembinaan spiritual memerlukan kesabaran dan ketekunan yang panjang. Guru tarekat sejati tidak mengejar pengikut, tidak mencari ketenaran, dan tidak menjual ilmu ruhani untuk keuntungan duniawi. Ia menjalankan tugasnya dengan ikhlas, sebagaimana para wali dan ulama terdahulu. Guru tarekat adalah sosok yang hidup dalam kesederhanaan, namun kaya dalam kebijaksanaan. Ia berbicara sedikit, tetapi tindakannya menumbuhkan ketenangan di hati orang lain. Namun, di tengah globalisasi ini, guru tarekat juga perlu beradaptasi. Mereka perlu menyampaikan pesan-pesan spiritual dengan bahasa yang bisa dipahami generasi muda. Tasawuf tidak boleh hanya berada di surau atau zawiyah, tetapi harus hadir di ruang-ruang digital, di tengah kebisingan dunia maya, agar cahaya spiritual tetap menyentuh jiwa manusia modern. Dengan demikian Guru tarekat merupakan simbol cahaya spiritual di tengah gelapnya zaman. Mereka bukan sekadar pengajar dzikir, tetapi pembentuk karakter. Dalam bimbingan mereka, manusia diajak untuk kembali menundukkan ego, menyucikan niat, dan menapaki jalan kebenaran dengan hati yang ikhlas. Di tengah krisis moral, konflik sosial, dan kekeringan spiritual yang melanda dunia, kita sesungguhnya sangat membutuhkan kehadiran guru tarekat. Bukan untuk menjadikan kita pengikut yang fanatik, tetapi untuk membimbing kita agar menjadi manusia yang sadar akan kehadiran Tuhan dalam setiap denyut kehidupan. Karena pada akhirnya, sebagaimana dikatakan oleh seorang sufi besar, "Jalan menuju Tuhan itu banyak, tetapi tidak ada yang lebih dekat daripada hati yang bersih." Dan guru tarekat adalah penjaga kebersihan hati itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI