Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ilmu Tak Selalu Berkah

16 Mei 2021   17:47 Diperbarui: 16 Mei 2021   17:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Mudahnya mencari ilmu saat ini. Cukup googling. Cukup searching diberbagai aplikasi media sosial. Cukup bertanya pada banyak orang. Cukup pengajian daring. Dalam waktu seketika semua bisa didapatkan. Apakah ilmu sebatas pengetahuan?

Mengapa ilmu tak merevolusi diri? Mengapa ilmu tidak menjadi karakter, akhlak dan budaya sehari-hari? Mengapa dalam ilmu yang sangat mudah diperoleh, wajah negri dan bangsa ini tetap carut marut? Mengapa yang bersekolah, bergelar paling selangit tetap melakukan penyimpangan dan kejahatan di negri ini? Adakah yang salah dalam pencarian dan penempaan ilmu?

Ulama masa lalu selalu mendatangi  gurunya. Imam Syafii, walaupun sudah hafal kitab Al-Muwatha karangan imam Malik, dia tetap mendatangi imam Malik dan belajar dihadapannya. Berhadapan langsung dengan sang guru memberikan kepahaman dan keberkahan yang tak bisa ditemukan dari lembaran kertas dan coretan tinta.

Seorang ulama terkenal dari Afrika, mempelajari kitab Al-Muwatha sendirian dan hafal. Dicarinya pengarang buku tersebut. Ternyata Imam Malik sudah wafat. Maka dicarilah murid imam Malik yang pernah belajar langsung berhadapan dengan imam Malik. Ulama Afrika ini tidak sekedar mencari Ilmu, tetapi berusaha mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri melalui orang yang pernah mendapatkan keberkahan dari ilmunya imam Malik.

Tradisi mengijazahkan ilmu, wirid dan amalan, terus terjaga hingga hari ini. Terutama dikalangan pondok pesantren dan thariqah. Untuk apa? Kejelasan sumber asalnya. Agar ilmu terakreditasi kebenarannya. Yang membawa ilmu tersebut orang-orang terpercaya, bukan sekedar pintar.

Tradisi mengijazahkan Ilmu dalam Thariqah sebuah penyambungan jiwa, rasa ketentraman, suasana kehangatan  dan semangat perjuangan. Jadi tahu silsilah ilmu tersebut. Tahu kebesaran jiwa dan perjuangan sepak terjang kehidupan mereka yang telah mendapatkan ilmu tersebut. Ini bukan sekedar transfer Ilmu, yang lebih penting sejarah kebesaran dan tanggungjawab mereka yang sudah mendapatkan ilmu tersebut.


Ilmu itu harus didatangi. Seperti Ali bin Abi Thalib yang mendatangi majlis Hasan Al Bashri. Seperti Husein bin Ali yang mendatangi majlis ilmu yang dibimbing oleh mantan budaknya Umar bin Khatab.   Ilmu harus didatangi. Guru harus didatangi. Itulah cara agar ilmu menghadirkan ilmu dan kepahaman yang baru dan menghujam. Ilmu melahirkan amal dan keberkahan.

Channel Youtube Dengerin Hati

Nasrulloh Baksolahar 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun