Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Arah Pendidikan di Rumah

14 Mei 2021   14:14 Diperbarui: 14 Mei 2021   14:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Yang pertama diajarkan Allah kepada nabi Adam adalah nama-nama benda. Yang diajarkan ke nabi Ibrahim adalah berfikir tentang alam. Yang diajarkan kepada nabi Idris adalah pengobatan dan keterampilan. Yang diajarkan kepada Rasulullah saw adalah membaca. Ini pula yang seharusnya pertama kali diajarkan di rumah.

Pendidikan di era sekarang cukup dengan menonton di berbagai media? Cukupkah? Duduk di dalam ruang kelas, bisakah merangsang penasaran? Cukup mengirimkan ke lembang privat, bimbingan belajar, dan PAUD, bisakah membangun karakter seorang ilmuwan? Seorang ilmuwan lahir dari pergelutannya dengan fakta, data, pengalaman dan jagat raya. Bukan sekedar duduk sambil melihat dan mendengarkan saja.

Seorang ilmuwan lahir dari pergelutan ilmu masa lalu dengan fakta kekinian yang dihadapinya di alam semesta. Ilmuwan lahir dari perenungan, uji coba, riset dan penasaran terhadap semua fakta yang didapatkan. Untuk itu yang terpenting diajarkan adalah mengenal, memikirkan alam dan lingkungan. Terjun ke dalam ranah riset dan penelitian terhadap karakter benda dan makhluk yang ditemuinya. Dapatkan hal ini diperoleh dari menonton dan duduk di kelas?

Ilmu itu lahir dari interaksi manusia dengan semesta, fakta dan kehidupan. Maka bebaskan anak-anak untuk berinteraksi dengan alam, dan beragam kejadian hidup. Ajarkan bagaimana membuat sebuah kejadian menjadi fakta dan data. Ajarkan bagaimana mengelola fakta dan data menjadi informasi yang dipergunakan untuk berstrategi.

Bagaimana beragam kejadian kehidupan menjadi data? Bagaimana beragam yang dilihat dikompilasi menjadi data? Bagaimana yang didengar menjadi data? Yang dirasa menjadi data? Bagaimana gaya hidup menjadi data? Kebiasaan menjadi data? Prilaku menjadi data?  Semuanya harus dikompilasi menjadi data statistik yang dapat digabungkan, dikelompokkan, dihubungkan, dibandingkan, dikalkulasikan. Berfikir seperti ini yang membuat seseorang menjadi ilmuwan.

Anak-anak harus dididik ke arah ini. Bukan dididik bisa mengerjakan soal-soal. Bukan supaya dapat rangking dan nilai tinggi. Bukan masuk sekolah unggulan. Semua tidak berguna. Semua itu tak bisa membentuknya menjadi ilmuwan. Pintar di bangku sekolah tapi tak pintar mengarungi kehidupan. Pintar mengerjakan soal-soal, tapi tak pintar menemukan hal yang baru. Hanya mengulang yang telah diajarkan saja. Akhirnya hidup dalam keusangan dan ketertinggalan.

Inilah faktanya. Sekolah tinggi dan lama, tetapi di kepalanya ilmu yang usang. Tak sesuai dengan zamannya. Sekolah tinggi tapi hidupnya dalam ketertinggalan. Disangka ilmu yang paling mujarab padahal sudah dibuang karena adanya fakta dan temuan baru.

Channel Youtube Dengerin Hati

Nasrulloh Baksolahar 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun