Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berinteraksi dengan Sejarah

12 September 2018   23:02 Diperbarui: 12 September 2018   23:09 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejarah orang besar akan melahirkan orang besar. Itulah mengapa Al Quran selalu berkisah tentang manusia terbaik di setiap zamannya. Sejarah bercerita apa adanya. Tidak ada mitos dan takhayul. Karena sejarah orang besar bercerita tentang manusia biasa yang mampu berkarya luar biasa.

Belajar sejarah agar tahu bagaimana orang besar menempa dirinya. Bagaimana dalamnya cinta mereka pada Allah. Bagaimana pengorbanan mereka untuk Islam. Hingga kita sadar bahwa kita belum berbuat apa-apa.

Belajar sejarah menyebabkan kita dapat mengetahui perilaku dan akhlak umat terdahulu, jejak para nabi, para pemimpin, dengan kerajaan dan politik mereka sehingga dapat dijadikan pelajaran oleh orang yang mengambil pelajaran, baik dalam urusan dunia maupun urusan agama.

Panglima perang legendaris Israel, Moshe Dayan, memaparkan rahasia kekalahan umat Islam. Sebab utamanya, umat Islam tidak mau mengkaji keagungan sejarahnya. Keagungan sejarahnya dicampakkan sehingga tidak bisa membangun apa yang harus dilakukan hari ini dan tidak membentuk mindset imajinasi masa depan. Melupakan masa lalu sehingga tidak tahu masa depan.

Membaca sejarah berarti bersiap diri menyambut estapet visi, misi, pemikiran, perjuangan dan gerakan. Membaca sejarah berarti menyiapkan diri melanjutkan apa yang sebelumnya telah dibangun. Estapet generasi salah satunya dengan membaca sejarah. Bukankah sejarah para Rasul selalu dibacakan kepada Rasulullah saw sebagai penerus para Rasul dan Nabi sebelumnya?

Setiap muslim adalah pelanjut sejarah. Setiap muslim adalah juru dakwah. Karena satu ayat yang diketahui harus disampaikan. Inilah yang menyebabkan para ulama dari generasi awal hingga hari ini terus mengabadikan dan mengkaji Sirah Nabawiyah, Sahabat, Tabiin, Ulama dan para Khalifah. Agar semua muslimin menjadi bagian estapet sejarah. Bukan generasi yang melupakan sejarah.

Ketika kita membaca bentangan sejarah, bersikaplah layaknya seorang murid yang datang pada gurunya. Sejarah adalah guru. Bukan menjadi pembaca yang merasa tak ada hubungan antara kita dengan apa yang dibaca. Bila membaca Sejarah, kita akan menemukan keadaan diri kita, bangsa dan umat ini nyaris persis mengalami apa yang terjadi dalam garis  waktu sejarah yang dibaca. Sadarlah, siapa pun yang merasa dirinya hidup di luar lingkaran naik turunnya sejarah, maka sepanjang hidupnya telah tertipu.

Cobalah tengok sebuah tulisan di Bandara Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, bahwa siapa yang tidak belajar dari masa lalu, maka ia takkan memiliki hari ini, juga tidak punya masa depan. Bukankah ilmu pengetahuan hasil pemikiran masa lalu untuk memperbaiki hari ini dan masa depan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun