Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kicauan Mahfud, Direspon Prabowo-Sandi

17 Agustus 2018   05:29 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:23 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kicauan Mahfud MD di ILC cukup gamblang. Bagaimana tarik-ulur pemilihan Cawapres dan suasana kejiwaannya di kubu Jokowi. Mahfud calon kuat Cawapres secara personal Jokowi. Namun apa dikata, tekanan partai koalisi lebih kuat daripada kekuatan Jokowi sebagai Presiden.

Jokowi bukan SBY dan Prabowo yang juga ketua umum partai. Saat Pilpres 2009, SBY dari partai pemenang, ketua umum juga Presiden. Jadi tak ada yang bisa mengintervensi.

Jokowi walau Presiden, posisinya dihadapan ketua umum partai koalisi hanyalah petugas partai, begitulah kata bu Mega. Tanpa dukungan ketua partai, bagaimana Jokowi bisa mencalonkan presiden? Inilah titik lemah Jokowi yang membuat Mahfudz tersingkir.

Apa yang diceritakan Mahfudz di ILC tentang batalnya pencawapresan dirinya? Kebanyakan tentang PKB, PPP dan PBNU. Bagaimana tarik-ulur ulur dirinya dengan PKB, PPP dan PBNU?

Namun ada satu hal yang tak diceritakan dan tak disinggung oleh Mahfudz, siapa dia? partai Golkar. Apakah ini bertanda Jokowi mengabaikan Golkar? Karena pilihan pribadinya Jokowi pun tak berkaitan dengan Golkar.

Tak diceritakannya kader Golkar dalam bursa Cawapres Jokowi oleh Mahfudz, bisa jadi karena Jokowi tak tertarik dengan Golkar. Padahal Airlangga, Ketum Golkar, lebih sering mempromosikan Jokowi dibandingkan cak Imim dalam liku-liku menuju Cawapres. Padahal Golkar partai kedua terbesar? Padahal Golkar paling siap secara struktural partai.

Mengapa Jokowi tidak memilih kader Golkar? Mungkin untuk meredam kekuatannya di 2024. Mungkin ini pula yang membuat Jusup Kalla tidak bersemangat untuk menjadi ketua tim Sukses Jokowi. Lebih memilih menuntaskan jabatannya.

Kondisi ini dipahami oleh Prabowo. Lihatlah gerakan cepat Prabowo. Prabowo-Sandi yang langsung bersilaturahmi ke tokoh senior partai Golkar. JK menjadi target utama.

Di rumah kediaman JK, hadir pula keluarganya yang memiliki pengaruh seperti Aksa Mahmud. Bukankah Aksa Mahmud terlihat di kubu Anies-Sandi saat Pilgub Jakarta? Ini bisa jadi tanda bahwa JK mensupport total Prabowo.

Tidak bersamanya JK dikubu Jokowi, ini kerugian besar. JK memiliki kekuatan besar di Indonesia Timur. Pengaruhnya bisa menganjlokkan suara Jokowi. Pasangan Jokowi pun tidak ada wakil dari Indonesia Timur. Padahal di kubu Prabowo, Sandi bisa dikatakan mewakili luar Jawa.

Setelah itu, Sandi bersilaturahmi ke Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, dan juga Airlangga. Bahkan beberapa petinggi Golkar diajak menjadi tim suksesnya. Ini bisa jadi sebuah pesan pada Jokowi, jangan pernah meremehkan Golkar. Bila Golkar tidak diberikan posisi strategis dalam tim sukses Jokowi, Golkar bisa bermanuver untuk melemahkan kekuatan Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun