Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menikmati Sejarah

17 Desember 2017   06:11 Diperbarui: 17 Desember 2017   08:52 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bergelut dengan buku sejarah secara otodidak, sungguh mengasyikkan. Seperti seorang anak kecil yang mendengarkan dongeng sebelum tidur. Dongeng yang indah terbawa hingga dalam mimpi.

Membaca sejarah secara otodidak harus hati-hati. Disini bisa jadi ladang penyesatan. Sejarah bukan sekedar kumpulan kisah, tetapi bagaimana menyikapi berbagai kejadian. Terbentuk mindset, prinsip dan keyakinan terhadap diri dan bangsa dalam menyikapi permasalahan.

Perhatikan penulisnya, amanah dan terpercaya atau bukan ? Dengarkan juga beragam kajian sejarah dari ustadz-ustadz terpercaya. Ini untuk menyeleksi kevalidan fakta sejarah dan membangun mindset yang benar.

Ulama dunia, Dr Yusuf Al Qhardawi, sampai harus menulis buku tentang berbagai penyimpanan sejarah Islam. Buya Hamka, sampai harus menulis buku sejarah umat Islam untuk meluruskan penulis orientarlis Shnock Qughronye. Karena sejarah bisa jadi penghancuran karakter sebuah bangsa dan umat.

Membaca sejarah paling mengasyikkan dari dua sisi. Contohnya perang Salib. Bagaimana Prof Dr Ali Muhammad Ash Shalabi mengungkapnya?  Bagaimana Carole Hillendbrand menyajikannya ?

Membaca sejarah dimulai dari rangkai besar rentetan sejarah. Agar tahu sistematika umum berbagai kejadian. Bila langsung detail, tak bisa membaca hubungan interkoneksi berbagai kejadian sejarah. Sejarah seperti jaringan syaraf manusia. Tak pernah berdiri sendiri. Satu peristiwa mempengaruhi peristiwa yang lainnya.

Kadang sejarah sering dikotak-kotakan. Hanya sejarah penguasa saja. Ulama saja. Pengusaha saja. Sejarah Nasional saja. Sejarah perkembangan Islam saja. Ini yang membuat cara berfikir menjadi kacau. Sekarang mulai ada penulis yang menghubungkan sejarah dunia dengan sejarah Islam.

Bila ingin menjadi orang besar bacalah sejarah. Coba baca kisah hidup para Sahabat, mereka dikisahkan nabi dan umat terdahulu. Apa kegandrungan  imam Mazhab saat kecil dan pemimpin sekelas Shalahuddin dan Al Fatih?  Mereka gemar membaca sejarah. Termasuk presiden Soekarno.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun