Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru (Honorer) "Masa Bodoh" dengan UMP

6 November 2020   22:19 Diperbarui: 6 November 2020   22:39 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana belajar di kelas sebelum pandemi covid 19 (dok.Pribadi)

Upah minimum Provinsi tidak naik, curhat teman yang bekerja sebagai buruh,  sambil berkerut dahinya seperti orang yang sedang mengeluh. Tapi bagaimana dengan aku sebagai guru honorer?, tentu aku masa bodoh dengan UMP karena aku sebagai guru honorer gajinya jauh sekali dengan UMP. 

Tidak perlu dijelaskan lagi. Namun. Sudah menjadi rahasia umum jika guru honorer  sangat tidak layak gajinya. Tapi mengapa masih menjadi guru honorer?. Jadi, guru adalah panggilan jiwa yang sulit di jelaskan dengan kata -- kata, sebab kebahagian seorang guru bukan hanya sekedar materi tapi melihat siswanya sukses adalah kebahagiaan hakiki.

Aku sebagai guru honorer yang mengajar di daerah terpencil dan sudah mengajar selama 4 tahun, kadang -- kadang terbesit mengapa tidak mengajar di daerah kota saja yang banyak uang mengingat jurusan aku adalah jurusan yang peminatnya banyak. Tapi hati kecil kembali memberontak untuk apa mengejar materi, bukankah materi itu tidak abadi.

UMP banyak diterapkan oleh pabrik besar yang tentu menghasilkan profit atau keuntungan. Akan tetapi apakah UMP yang wajib lakukan adalah pihak swasta bukan pemerintah?. Kadang di sini aku berpikir bahwa pemerintah tidak adil sebab guru honorer juga pegawai bagi sekolah -- sekolah yang kekurangan guru. Tapi  semua pejabat pemerintah dari daerah sampai pusat menganggap gaji guru honorer tidak harus di pikirkan. Padahal, guru baik status honorer atau PNS sama saja. Sebab mereka adalah tonggat sebuah bangsa dan Negara.

Akan tetapi semua pejabat seperti menutup  mata dengan guru honorer khususnya. Alasan yang banyak muncul adalah tidak adanya dana. Padahal, pembangunan fisik terus dilakukan masak tidak dana untuk guru honorer?, itu adalah pertanyaan -- pertanyaan yang muncul dari guru honorer yang setiap tahun di beri harapan oleh calon -- calon pemimpin dan saat menjabat melupakannya.

Oleh karena itu, mau UMP naik atau turun masa bodoh dengan guru honorer karena guru honorer tetap setia mengajar dan mencerdaskan bangsa tapi tetap makan hati dengan kebijakan pemerintah yang tidak memperhatikan guru honorer.

Mungkin Indonesia tidak pernah maju akibat tidak membuat bahagia guru honorer bahagia, mengingat titah seorang guru untuk siswa sangat keramat artinya do'a guru lah yang membuat anak bangsa sukses. Tapi Indonesia mengabaikan peran guru honorer yang mengakibat guru honorer terzolimi dan doa orang terzolimi cepat terkabulkan.

Upaya yang dilakukan untuk tetap hidup oleh guru honorer dan pada saat yang sama ada kewajiban transfer ilmu kepada siswa adalah dengan tetap ada kerja sampingan. Karena jika tidak ada kerja sampingan, maka guru honorer akan cepat mati dengan kelaparan sedangkan pejabat pemerintah berfoya -- foya dengan kebijakan yang menguntungkan kelompoknya.

Aku tidak menuduh pemerintah korup tapi aku menuduh pemerintah tidak pro terhadap guru honorer. Karena hampir bertahun -- tahun guru honorer mengajar dan apresiasi dari pemerintah tidak dapat. Hal itu yang membuat ibu pertiwi menangis karena melihat anak bangsa tidak saling membantu mencerdaskan bangsa Indonesia.

Oh iya ada bantuan pemerintah untuk guru honorer. Aku tidak menampik itu yaitu bantuan dari dana BOS. Tapi dapat  bantuannya jauh dari UMP dan pertiga bulan sekali, bayangkan guru honorer dapat gaji tiga bulan sekali, mau kemana lagi coba guru honorer minta pinjaman untuk menghidupi anak dan istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun