Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu yang Bertanya

22 Mei 2019   04:03 Diperbarui: 22 Mei 2019   04:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.swararahima.com

Bagian 2

Senja sore itu, di dekat pelabuhan, kapal-kapal berlomba untuk mendapatkan tempat berlabuh di garis depan. Para petugas pun hanya bisa mendata satu-persatu kapal yang datang. Terlihat kapal yang baru sandar, penuh dengan hasil alam dari pulau seberang, Seram. Kelapa, pisang, duren, dll., ialah pengisi kapal tersebut. Setelah di data, petugas pun baru mengizinkan untuk sandar. Nampak kilas, kapal-kapal PELNI yang akan pergi maupun baru tiba hanya bisa meraung-raungkan bunyi sirenenya. Ngapulo, Siguntang itu yang kutau dari sekian kapal yang mempunyai motto " we brigde  the nation". Maklumlah, Maluku merupakan provinsi kepulauan, 95% adalah lautan. Maka, layaklah kapal-kapal tersebut menjadi primadona alat angkutan di negeri raja-raja.

"Tiba-tiba nada handphone berdering "Bell phone", sebuah inbox masuk," Taklimat kepada semua anggota dan kader, bahwa besok ada Daurah Tarqiyah di kampus, pukul 07.00 WIT. Diharapkan kehadirannya lebih awal. In sya Allah yang menjadi pemateri ustad lulusan Al Azhar."

"Aku pun memutar kawasakiku mengarah ke arah selatan. Melewati Tugu Trikora, kemudian belok kiri mengambil arah kantor wakil rakyat, lalu belok kiri melewati Karang Panjang, hingga ke STAIN. Aku sengaja mengambil rute ini, sebab hanya rute inilah yang terselamatkan dari kemacetan. Juga bisa melihat alam Ambon dari ketinggian lima ratus meter. Tentu hal ini merupakan sebuah bahan baru, guna menerjemahkan sebuah ciptaan Tuhan di balik eksotiknya alam. O Ambon Sayang Dilale. Lengkap. Tak bisa ditranslate dalam kamus apapun."

***

Bahasa Tuhan itu baik. Sebaik Dia yang menyediakan surga bagi hambaNya yang memenuhi syarat. Bahasa Tuhan itu estetis, yang dituliskan lewat kata Al-Fatihah sampai An- Nas. Bahasa Tuhan itu cinta, cinta yang mendekat, sedekat urat nadi, yang karena status kita hamba, yang selalu merasa baik dengan nikmatNya, "Maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan?"

Sekelumit asa itu pun masuk ke dalam ruangan. Ruangan tanpa sendi-sendi atau pun atap-atap. Ruangan yang menjadi pusara kebijakan cinta dan rasa. Sehingga rasa itu bisa ada dan berbentuk. Ruangan itu, tempat memproduksi berton-ton rasa tersebut.

Kelakar-kelakar para peserta, sebelum pemateri datang tadi menjadi sepi. Kini berganti seperti sebuah kelas pertunjukan seni. Kalimat sang ustad sangat memikat, "Awas jangan berdekat-dekatan, sebelum terjadi ikatan. Mending kita sholawatan."

Keseluruhan peserta adalah manusia-manusia muda, yang sering berada dalam masalah ini. Sehingga terlihat gambaran antusias, sekaligus wajah yang merona malu.

"Ustad, kenapa Islam tidak memperbolehkan pacaran?"

"Sebuah pertanyaan sederhana dan ingin maha tau, pertanyaan itu muncul dari balik tirai hijau sebelah kanan. Aku mengenal suara itu, ya aku pernah mengenalnya sekitar dua tahun lalu, di bawah tangga Fakultas Ekonomi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun