Pendahuluan
Epistemologi nalar irfani adalah cara berpikir dalam Islam yang menekankan pentingnya pengalaman batin dan intuisi sebagai sumber pengetahuan. Dalam pandangan ini, seseorang bisa memahami kebenaran tidak hanya lewat logika dan pancaindra, tetapi juga melalui hati yang jernih dan pengalaman spiritual yang mendalam. Ajaran ini banyak ditemukan dalam tradisi tasawuf, di mana pengetahuan dianggap lahir dari hubungan yang dekat antara manusia dan Tuhan(Abshor, 2018).
Pendekatan irfani membantu kita melihat bahwa pengetahuan bukan hanya hasil dari berpikir secara rasional, tetapi juga dari proses penyucian diri dan kedekatan spiritual. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan modern yang cenderung rasional dan empiris, nalar irfani menawarkan cara pandang yang lebih seimbang antara akal, hati, dan pengalaman hidup. Artikel ini akan membahas apa itu nalar irfani, bagaimana cara kerjanya, serta bagaimana kedudukannya dibandingkan dengan nalar bayani dan burhani dalam tradisi keilmuan Islam(Abshor, 2018).
Pembahasan
1. Definisi dan asal-usul konsep
Kata irfani berasal dari bahasa Arab 'irfan, yang berarti pengetahuan atau pengenalan batin. Dalam pandangan Islam, terutama dalam tradisi tasawuf, irfan dipahami sebagai bentuk pengetahuan yang muncul dari pengalaman spiritual dan kesadaran diri yang mendalam. Pengetahuan ini tidak hanya didapat melalui berpikir atau belajar secara rasional, tetapi melalui pengalaman langsung yang melibatkan hati dan jiwa(Abshor, 2018).
Epistemologi nalar irfani menempatkan intuisi dan pencerahan batin sebagai jalan utama untuk mencapai kebenaran. Dalam pandangan ini, seseorang tidak hanya memahami sesuatu melalui logika atau bukti luar, tetapi juga lewat cahaya pengetahuan yang muncul dari dalam dirinya setelah melalui proses penyucian hati dan pengendalian diri(Abshor, 2018).
Tradisi berpikir irfani banyak berkembang dalam dunia sufi dan pemikiran filosof Islam klasik, seperti yang diajarkan oleh tokoh-tokoh seperti Al-Ghazali, Suhrawardi, dan Ibnu Arabi. Melalui ajaran mereka, irfani menjadi bagian penting dari cara umat Islam memahami hakikat Tuhan, alam semesta, dan manusia secara lebih mendalam dan menyeluruh(Abshor, 2018).
2. Ciri-ciri metodologis nalar irfani
Nalar irfani memiliki cara berpikir yang berbeda dari metode pengetahuan pada umumnya. Pertama, dalam pandangan ini, pengetahuan diperoleh melalui pengalaman batin yang muncul dari latihan spiritual seperti zikir, tafakur, dan penyucian diri. Proses ini disebut tazkiyah al-nafs, yaitu usaha untuk membersihkan jiwa agar layak menerima cahaya pengetahuan dari Tuhan. Dengan latihan spiritual yang konsisten, seseorang dapat mencapai kesadaran intuitif (ma'rifah) yang lebih tinggi dibandingkan pengetahuan rasional atau empiris(Abshor, 2018).
Kedua, pengetahuan yang lahir dari nalar irfani tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga membawa perubahan dalam kepribadian seseorang. Artinya, ilmu tersebut seharusnya tercermin dalam akhlak, perasaan, dan perilaku sehari-hari. Dalam pandangan irfani, pengetahuan sejati bukan sekadar memahami sesuatu, tetapi menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Tuhan(TASAWUF IRFANI: SEBUAH UPAYA PENCAPAIAN ILMU PENGETAHUAN MELALUI PENCERAHAN KALBU | Jurnal Pendidikan Kreatif, t.t.).