"Kemudian kakekmu memintaku membantu mengubur semua keris miliknya. Berharap suatu saat dapat diambil kembali."
"Lalu keris ini?"
"Aku ambil salah satu keris dan kubungkus rapi dengan beludru merah. Rapi layaknya membungkus keris sakti. Kumasukkan ke kotak jati berukir. Lalu kutanam di kebun kakekmu."
"Jadi keris ini?"
Kang Karep duduk di tanah. Lemas. Keris luk pitu diletakkan di antara dua kakinya. Dipandangi keris sambil menggeleng-gelengkan kepala. Seolah membuang khayalan menjadi orang kaya yang menyelimuti pikirannya sejak menemukan keris luk pitu. Aku dan ayahku pun ikut menggelengkan kepala. (*)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!