Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Keris Luk Pitu

23 Agustus 2019   17:28 Diperbarui: 23 Agustus 2019   17:31 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apalagi keris luk pitu Kang. Itu keris yang jarang. Bahkan bisa juga keris yang ampuh."

Obrolan tentang keris luk pitu membuatku melangkahkan kaki mendekati pos ronda. Aku pun menjadi tahu mengapa Kang Karep menjadi buah bibir. Mengapa Kang Karep setiap pagi pergi dengan pakaian rapi dan mendekap tas kumalnya.

***

Suatu siang saat menggali tanah liat di tempat biasanya, tiba-tiba mata cangkulnya mengenai sesuatu. Sebuah kotak ukir kuno yang mulai rapuh. Kotak itu tepotong mata cangkul pada salah satu sudutnya. Kemudian digalinya hati-hati dengan ujung linggis hingga bisa diambil dan dibawanya ke gubuk plastik.

Dengan hati-hati dibukanya kotak itu. Hatinya berdebar. Pikirannya membayang sebuah benda berharga semacam harta karun. Sekotak perhiasan emas atau bahkan intan berlian. Bayangan menjadi orang terkaya di kampung menggoda pikirannya untuk berkhayal.

Sebuah benda berbungkus beludru merapuh dan warna merah pudar basah dikeluarkan dari kotak. Dibukanya dengan penuh hati-hati. Logam warna kuning mulai terlihat dari lilitan beludru basah itu. Sempurna. Sebuah benda yang berbeda dengan angannya. Sebuah keris bergelombang tujuh atau luk pitu berwarna gelap, namun sedikit berkarat di bagian pangkalnya. Tangkainya masih utuh lengkap dengan selut dari kuningan. Sementara warangka dengan pendok kuningan berukir.

Melihat kotak ukir dan cara membungkus keris itu, Kang Karep menduga sebuah keris yang memiliki kekuatan magis tertentu. Namun dia tak berani menebak kekuatan macam apa. Kesaktiankah? Atau yang memiliki benda itu bisa kaya raya, berwibawa, atau mungkin bisa menolong orang sakit. Kang Karep tetap tak bisa menebak.

Dia tak paham sama sekali tentang seluk-beluk keris. Maka dia bergegas membawa pulang keris luk pitu ke rumah kayunya. Kang Karep berniat menanyakan ke orang yang paham tentang keris atau kolektor keris. Pokoknya dia ingin tahu kekuatan yang dimiliki benda antik temuannya. Begitu cerita yang kudengar dari obrolan di pos ronda.

***

Pagi ini Kang Karep belum tampak melintas. Hingga aku melakukan kebiasaan membawa ayahku ke halaman dengan kursi rodanya. Berjemur matahari pagi. Ayahku yang seusia almarhum ayah Kang Karep.

"Kok siang Kang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun