Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Atlet - -

"Hidup adalah serangkaian perubahan yang alami dan spontan. Jangan tolak mereka karena itu hanya membuat penyesalan dan duka. Biarkan realita menjadi realita. Biarkan sesuatu mengalir dengan alami kemanapun mereka suka." -Lao Tzu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku "Menuju Pemikiran Filsafat"

9 Februari 2020   12:01 Diperbarui: 9 Februari 2020   12:03 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sesungguhnya dalam perspektif pembahasan umum metafisika terdapat dua pertanyaan pokok yang kemudian menimbulkan perdebatan yang penting. Pertama, bermula dari pertama bermula dari pertanyaan: Apakah  wujud atau ada sesungguhnya? Hal inilah yang membawa pada persoalan kualitas dalam metafisika. Terdapat tiga teori yang terkenal dengan persoalan ini:
oIdealisme
oMaterialisme
oDualisme
Pertanyaan kedua: Apakah realitas itu tunggal atau jamak? Terdapat dua arus utama dalam metafisika:
oMonisme
oPluralisme

Bab VI : Dalam bab ini, penulis membahas tentang Epistemologi yang marupakan cabang filsafat yang kedua. Epistemologi membahas persoalan penting seperti membahas tentang objek pengetahuan manusia, sumber pengetahuan manusia, klasifikasi pengetahuan, hingga kadar pengetahuan manusia. Beberapa sumber pengetahuan yang dimungkinkan bagi manusia adalah sebgai berikut:

Sumber pengetahuan yang berasal dari pengalaman yang bersandar dari persepsi indera.
Sumber pengetahuan yang berasal dari pemikiran yang bersandar dari akal/rasio.
Sumber pengetahuan intuitif yang bersandar pada hati(qalb).
Sumber pengetahuan yang bersandar pada khabar sadiq.

Dalam sejarah manusia, ternyata kebenaran mutlak belum juga didapatkan oleh manusia dengan hanya berdasarkan pada usaha sendiri. Kendati demikian, manusia tidak berputus asa dalam usahanya untuk menggapai kebenaranya. Justru dengan usaha keras seprti itulah seseorang akan dapat mengetahui batas kemampuan dirinya dan mengantarkannya untuk menyadari pentingnya  TUNTUNAN WAHYU.

Bab VII : Dalam bab ini, penulis membahas tentang Aksiologi. Akisiologi merupakan cabang filsafat utama yang ketiga. Aksiologi membahas mengenai persoalan nilai baik yang berkenan dengan baik dan buruknya tindakan manusia, mapun berkenaan dengan indah dan jeleknya sesuatu. Aksiologi merupakan pemikiran tentang persoalan nilai, sehingga ia juga dekenal dengan filsfat nilai.

Dalam pemikiran Meinong, sumber nilai adalah perasaan, perkiraan, atau adanya kemungkinan kesenangan terhadap suatu objek. Sedangkan, Ehrenfels berpandangan bahwa sumber nilai hasrat/keinginan. Suatu objek menyatu dengan nilai melalui keinginan actual atau yang memungkinkan. Artinya suatu objek memiliki nilai karena ia menarik. Nilai inheren di dalam sebuah objek.

Nilai merupakan kualitas tidak nyata dalam arti kualitas tersebut tidak membentuk bagian dari objek yang mewujudkannya, sebagaiman kualitas pertama (misalnya) bentuk dan keluasan) dan kualitas kedua (misalnya warna dan bau) yang dapat ikut menentukan keberadaan hal yang bersangkutan. Kita dapat mengeluarkan kualitas nilai dari objek fisik, namun hak itu tidak dapat dilakukan untuk kualitas pertama dan kedua, karena setiap benda selalu memiliki keluasan dan warna.

Mudlor (1994) menjelaskan bahwa nilai banyak ragam. Ia menyebut ada beberapa nilai sebagai berikut:
Nilai Hidup (Sehat-sakit, dll)
Nilai Nikmat (Ria-duka)
Nilai Guna (Manfaat-mudlorat)
Nilai Intelek (Cerdas-bebal)
Nilai Estetiks (Harum-busuk)
Nilai Etika (Bakti-durhaka)
Nilai Religi (Taat-ingkar)

Menurut Bakhtiar (2005: 166) apakan nilai itu bersifat subjektif atao objektif sangat tergantung pada hasil pandangan yang muncul dalam filsafat. Nilai akan menjadi subjektif tatkala subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur; atau eksitensi, makna, dan validitasnya tergantung pada subjek yang menilai. Nilai itu bersifat objektif berangkat dari pandangan bahwa tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya. Oleh karena itu, orang yang berselera rendah tidak mengurangi keindahan sebuah karya seni.

D.Penutup (Kesimpulan)

Menuju Pemikiran Filsafat yang ditulis Muhammad In'am Esha termasuk salah satu trobosan baru yang berbeda dari kebanyakan karya-karya filsafat dimasa itu, dimana kebanyakan karya-karya filsafat di masa itu, di mana kebanyakan lebih menampilkan ulasan-ulasan yang bertekstur deretan tek semata, tidak dengan ilustrasi dan imajinasi. Terkepas dari plus-minus yang ada. Menuju Pemikiran Filsafat karya Muhammmad In'am Esha ini layak dibaca, setidaknya sebagai pijakan awal bagi kalangan yang akan memahami masalah-masalah dasar kefilsafatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun