Mohon tunggu...
Radian A
Radian A Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar jadi manusia

Karena "bio harus diisi" maka ingin ku ceritakan tentangku kepadamu, namun nanti ... saat kita bersua di dalam kedai, bertemankan bergelas-gelas kopi. Akan ku isi bio-ku di hatimu, tanpa terkecuali, jujur dan apa-adanya. :p

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ditertawakan Orang Gila

10 Februari 2020   14:53 Diperbarui: 10 Februari 2020   15:10 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay.com

Ketika saya menulis cerita-cerita humor singkat, berjudul Sakayagi --- saya atau kamu yang gila. Selain isinya tentang humor, juga saya menyisipkan sebuah kepentingan untuk sedikit merenungkan tentang kehidupan kita masing-masing.

Seperti salah satu pemikiran Paulo Coelho melalui tokoh Veronica di dalam novelnya " Veronica memutuskan Mati", dia berujar, "aku akan mengumpulkan teman-teman dan mengajarkan cara menjadi gila agar mereka menjadi bijaksana."

Yang menjadi pertanyaan adalah gila yang bijaksana itu seperti apa?

Sam, di dalam tulisanku Sakayagi merupakan tokoh yang terinsipirasi dari salah seorang teman saya. Dia di dalam lingkungan masyarakat di cap sebagai orang gila. Cap tersebut merujuk pada pakaiannya yang kadang lusuh dan compang-camping, tidak mandi dan suka berbicara sendiri. Suka mengumpulkan puntung rokok untuk di sambung-sambung lalu kembali dihisap. Kadang berbicara ngelantur. 

Tidurnya di dalam keranda di pemakaman. Pernah di bawa ke RSJ namun tak berapa lama sudah pulang sendiri di rumahnya. Namun terlepas daripada itu, Sam tidak pernah mencuri ataupun mengemis, dia juga masih hapal nama-nama orang di lingkungan tempat tinggalnya, dia kadang bekerja sebagai kuli angkut maupun membersihkan makam untuk mendapatkan makan.

Pernah saya bertanya, "Sam, jika ada yang bilang kamu orang gila, kamu tersinggung tidak?"

"Iya, tersinggung," jawabnya.

"Sakit hati?"

"Iya, sakit hati. Tapi biarlah."

"Biarlah" jawaban dari Sam setidaknya menunjukkan betapa berbesar hatinya dia terhadap lingkungan yang kurang bisa menerima dirinya yang berbeda.

Namun kita, sering melihat betapa mudahnya orang "normal" melakukan penganiyaan, bullying, sampai dengan mengambil hak hidup orang lain secara sadis hanya karena tersinggung dan emosi sesaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun