Mohon tunggu...
Nani Rahmawati
Nani Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Penikmat seni, penyuka hujan dan langit biru,

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malioboro, "Never Ending Story"

9 Maret 2019   09:46 Diperbarui: 9 Maret 2019   10:07 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menatapnya tidak berkedip, sungguh aku tidak bisa melupakan postur tubuhnya yang tinggi besar. Di, kamu tidak berubah, batinku. Di tersenyum melihatku terdiam. Malioboro siang ini terasa sejuk karena aku dan laki laki masa laluku ini bertemu disini tanpa sengaja.

" Apa kabar Nov?" sapanya halus.

Suara itupun tidak pernah aku lupa. Suara lembut yang dulu sering membuatku melupakan kepenatan pikiran sepulang kuliah. Setiap kali aku bermasalah dengan tugas tugas kuliah, aku selalu menelpon Di, menceritakan semua kesulitanku, Di akan mendengarkan dengan antusias dan selalu memberikan solusinya.

Beberapa tahun yang lalu kami menjalani hubungan jarak jauh, Di kuliah di Solo, sedangkan aku kuliah di Jakarta, setiap ada liburan, kami akan sempatkan bertemu disini, malioboro.

Jalan ini menyimpan banyak kenanganku bersamanya, dari ujung jalan Tugu sampai Benteng Vredenburg adalah saksi bisu cinta kami, bagaimana dulu kami bahagia menyusuri jalan ini.

" Nov, kenapa kamu malah bengong?? Yuk kita minum dulu diatas. Ini anak ku Santi. Mana anakmu? " tanyanya perlahan.

Oh ternyata ini putrinya, pantas saja matanya yang hitam bulat itu sama persis dengan matamu Di, batinku. Keceriaan wajah ciliknya juga adalah keceriaanmu dulu.

" Aku kesini ngga sama keluarga Di. Aku ikut training Pajak disini. Sore ini hari terahirku, niatnya sih mau beli batik disini" jawabku menjelaskan. Di mengangguk tersenyum tanda mengerti.

" Wah kebetulan banget ya Nov, aku juga tadi pagi ada acara reuni di Wirobrajan. Aku juga niat mau beli oleh oleh ditoko ini, aku berdua saja dengan anakku", tuturnya bersemangat.

Kami duduk di restauran lantai 3 toko batik ini, suasana siang itu tidak terlalu ramai sehingga kami bisa ngobrol tanpa terganggu suasana sekitar. Ahirnya kami memutuskan berbincang disini, kembali ke masa lalu.

Aku termenung menatap es teh manis yang sudah kami pesan, aku mainkan sedotan didalam gelas sambil mengingat kenanganku bersamanya. Dulu beberapa tahun yang lalu, aku menikah meninggalkan Di begitu saja karena perjodohan orang tuaku, kemudian kami tidak ada kontak sama sekali sampai aku mempunyai seorang anak dan masih terus memgharapkan Di, karena aku tidak bisa mencintai pasanganku. Maafkan hambamu ini ya Allah, batinku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun