Manakala OSIS membutuhkan dana untuk menyelenggarakan pentas seni, keduanya yang terbiasa membawa dagangan kue-kue kedua orangtuanya lalu dititipkan ke kantin sekolah, tidak malu-malu mengajak teman-temannya berjualan makanan kecil dan minuman di alun-alun. Makanan kecil berwujud gorengan tahu, pisang goreng, ketela pohon yang semula seribuan, dibungkus plastik berisi tiga biji per bungkus, kemudian dijual lima ribu rupiah.  Sedangkan minuman yang berwujud es teh mereka memasak sendiri dengan pendapatan yang lebih banyak lagi.
        "Seperti yang Kamu lihat,"jawab Suti dengan bangga,"Kami berjuang dari nol. Aku sambil bekerja juga mencoba berwirausaha. Kami berlatih membuat tempe untuk dipasarkan. Suamiku yang bisa mendesain pun membuat usaha konveksi, yang terbanyak daster kemudian kupasarkan ke kantor."
        "Aku sudah mematuhi anjuran itu kan? Sebelumnya, pak Wira hanya peduli pada Tania. Sedangkan Randy diabaikan. Cobalah diingat bagaimana kondisi Randy  saat mendekati aku?" jawab Lala.
        "Apel ke rumahmu naik motor butut. Modal usaha pun meminjam uangmu," jawab Rani.
        "Bagaimana hasilnya?"tanya Rani lagi dengan nada sinis bahkan seolah menahan tawa.
        "Hmm...ternyata ia malah aji mumpung. Mumpung menikahi wanita yang memiliki pekerjaan tetap kendati gajinya nggak besar. Yang dilakukan bukan bagaimana berhemat seperti isterjnya, tapi malah memamerkan gaya hidup boros. Merokok tanpa henti. Lomba memancing sampai ke ujung pulau pun diikuti.Tidak tanggung-tanggung. Tatkala menuju lokasi lomba pun naik pesawat dan menginap di hotel pula.  Itu pun mengajak caddy yang biasanya bertugas menaruh umpan di pancing ikan.  Akhirnya...
        "Akhirnya, Kalian jadi kaya? Remuk deh Kamu. Hahaha."
        "Aku yang semula kaya malah menjadi miskin nih ceritanya,"jawab Lalal dengan ekspresi berlagak memelas,
"Aku tanpa sengaja malah diporot untuk menuruti gaya hidup borosnya. Kebiasaan yang sulit dihapus. Jika diingatkan pasti memutarbalik masalah untuk berkelit. Yang akhirnya menyudutkan aku dalam posisi akulah yang bersalah. Heran deh. Selalu orang lain yang dibebani kesalahannya."
"Pernikahan silang antara si kaya dan si miskin tidak selalu seperti ilmu matematika, ternyata. Karena yang kita hadapi manusia dengan aneka prinsip dan gaya hidup. Ide tersebut pun tidak selalu menghasilkan warga masyarakat kaya baru," sahut Lala menanggapi ucapan Rani. Semakin Rani paham akan karakter Randy, semakin ia bercerita seolah keluhan,
        "Jika bercerita kepada orang lain, kondisi dibolak-balik. Bekas ulah borosnya dihapus. Bungkus-bungkus rokok dibuang, nota-nota pembelian dari usahanya yang gagal pun dilenyapkan. Lalu ia dengan seenaknya mengadu kepada saudara-saudaraku, bahwa ia gagal berusaha karena aku sebagai wanita tidak ada rasa syukurnya,"