"Karena aku dianggap bodoh? Hehehe. Bukankah aku sudah punya tameng menghadapinya?"
        "Tamengnya aku kan? Karena aku mirip dia? Dengan demikian ia bisa sadar agar nggak sok syantik lagi? Tapi bikin aku ada konflik sama suami nih,"jawab Tania berlagak sedih.
        Walaupun demikian, ia ingin menolong Ade agar tidak menjadi bahan taruhan cewek-cewek itu lagi. Ia risih dan tersinggung. Tania paham. Semua pun paham. Akan tetapi, foto berdua dengan Ade untuk dipajang di media sosial agar para petaruh itu berhenti, tentu tidak mudah sebelum suaminya percaya bahwa ia hanya menolong Ade, bukan selingkuh.
                                        ***********
        Boy tiba di rumah dalam keadaan rumah masih sepi. Tania dan teman-teman sekelasnya tengah menghadapi ulangan. Begitu ulangan selesai, seorang anggota kelompoknya menawari untuk makan malam.
        "Sudah jam berapa ini? Hampir jam 8.00,"Tania cemas. Matanya mengarah ke arloji yang melingkari pergelangan tangannya.
        "Tinggal menelepon kemudian pamit pada suamimu,"jawab seorang anggota kelompoknya yang menawari makan malam. Ia  sudah melangkah dan membuka pintu. Mereka berlima, cukup masuk ke dalam mobil Kyla, yang akan menraktir.
        "Ayo, semua masuk," ajaknya. Satu per satu pun masuk. Mereka menuju rumah makan yang agak jauh dari kampus. Tania sudah gelisah.
        "Aku sedang makan malam dengan anggota kelompokku, Mas."
        Suaminya yang membayang dari video call whatsapp tidak menjawab hanya menampakkan ekspresi melucu. Layar gawai pun diedarkan agar menyoroti satu per satu wajah teman sekelompoknya yang tengah berada di dalam mobil. Satu dua ada yang melambaikan tangan ke arah Boy.
        "Suamimu, Ta? Tampan juga tuh. Saingan deh sama Ade," komentar Tita.