Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dalam Selubung Kabut (9)

14 Juli 2020   08:11 Diperbarui: 14 Juli 2020   08:06 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pada awal melakukan pendekatan, dengan mengendarai mobil baru yang jok-joknya pun masih terbungkus plastik, Tania tidak begitu saja menyambut perhatiannya. Boy, walaupun bukan sekali dua kali merasakan desir serupa chemistry tahap awal manakala bertemu wanita, namun menghadapi ulah tak acuh Tania, ia kesal juga.

Akan tetapi, kekesalan tersebut tidak berlangsung lama dan tidak membuatnya terluka. Selain support ibunya yang telah membeli mobil untuknya setelah ditransfer uang Pak Wira, ditambah cerita-cerita tentang masa lalu Tania yang sedikit banyak tentu akan memengaruhi kondisi psikologisnya, ia pun semakin penasaran memburunya. Mengapa?

Beberapa teman dan kenalan perempuan, tatkala melihatnya tampil lain daripada yang lain, biasanya mengendarai motor yang telah berumur sembilan tahunan, mendadak membawa mobil baru, mulai mendekatinya. Ada satu dua yang terkesan begitu agresif merayunya. Akan tetapi Tania? Ia tampak tak acuh. Ia tetap naik turun angkutan umum ke kampus lengkap dengan gaya tomboynya.

Celana ripped jeans dengan beberapa sobekan beserta hem gombrong yang tampak selalu kebesaran dengan lengan digulung hampir sampai siku, ditemani sneakers. Tas backpack yang juga tampak memberat selalu menempel di punggungnya bagaikan koala.

Ketidakacuhan Tania itulah yang membuatnya bertekat memburunya, sampai-sampai ia lupa bahwa memburu Tania merupakan kewajiban. Pada bulan kedua pendekatannya, Tania masih saja sulit menanggapinya selain menjawab sepatah dua patah kata tegurannya di media sosial, ia hampir menyerah. Bukan menyerah karena mundur, melainkan ingin kembali membawa motor bututnya, barangkali Tania yang selalu naik turun angkutan umum itu malah menanggapinya.

Ulahnya memburu Tania bukan tidak terdeteksi beberapa teman perempuannya. Ada satu dua yang memprotes mempertanyakan apa kelebihan Tania? Bahkan ada yang terang-terangan memamerkan kelebihan fisiknya daripada Tania yang selalu tampil tomboy.

"Realistis saja. Kamu itu anak ayahmu. Karaktermu sama. Masih bertipe suami tradisional yang tidak suka punya isteri bekerja di luar rumah," kata Pak Wira mendengar keluhan Boy yang tidak langsung ditanggapi ulahnya oleh Tania.

"Jika nantinya Kamu tidak suka Tania bekerja di luar rumah, ia pun belum memiliki ide untuk bersibuk, memangnya aku tega menitipkan anakku tanpa membekali materi?"

"Tapi aku malah jatuh cinta kepadanya, Oom. Barangkali ia malah mau kalau aku kembali naik motor."

"Boleh saja Kamu memburunya pakai motor. Mobil itu kan juga bisa digunakan berburu wanita yang lain lagi," goda pak Wira. Boy menyangkalnya,

"Tidak bisa begitu Oom. Selain aku malah bingung jika ada yang mau atau balik memburuku, suka aku atau mobil ini sih? Nggak jelas banget. Ini kan punya Oom," jawabnya masih memegang setir karena pak Wira mengajaknya ngobrol sambil berkeliling kota. Kebetulan beliau ada waktu untuk bertemu. ." (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun