Mohon tunggu...
Nanik Sulistiani
Nanik Sulistiani Mohon Tunggu... Guru - BIRUL WALIDAIN

Nanik Sulistiani lahir di Surabaya. Pembina ekstrakurikuler KIR dan Jurnalistik sekaligus pemimpin redaksi majalah madrasah Asmaa ul Husna. Karya Nanik Sulistiani dan peserta didik MTsN 4 Blitar berbentuk buku dan ber-ISBN: 1. Antologi Puisi Boom, Membuncah Asaku, 2. Antologi Cerpen Untukmu, Ibu. 3. Kumpulan KIR Siswa MTsN 4 Blitar Prestasiku adalah Ibadahku 4. Kumpulan Resensi Guru Terbesar Saya adalah Otak Saya. 5. Bunga Rampai Karya Ilmiah, Laporan Percobaan, dan Esai Generasi Emas. 6. Antologi Cerita Pendek, Cermin Diri. 7. Kumpulan Resensi, Mahkota Bunda. 8. Novel Perdana Berjudul JAMILAH 9. Buku Berjudul Takrir, Kumpulan Karya Ilmiah 10. Antologi Cerpen Berjudul Membuatku Mengerti 11. Buku Kumpulan Teks Diskusi, berejudul Open Minded and Closed Minded Semoga, perjalanan karir menulisnya berjalan lurus, tetap pada komitmen awal menulis dengan nurani, berusaha untuk tidak menghakimi, dan membuka diri untuk kritik konstruktif. Gerakan memberantas Buta Membaca Lumpuh Menulis semoga terus menjadi arah tujunya. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Back to Religion

11 Agustus 2020   09:20 Diperbarui: 11 Agustus 2020   09:41 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BACK TO RELIGION

Modern bukanlah banyaknya kepemilikan materi

melainkan cara berpikir seseorang terhadap masalah. (Eleanor Roosevelt)

Era globalisasi membawa dampak di segala macam lini kehidupan. Globalisasi identik dengan modernisasi. Acapkali modern dimaknai dengan perubahan pola piker atau stigma. Perubahan pola pikir akan mengarah pada dua cabang, yaitu  konstruktif dan destrutif. Keduanya memberi  kontribusi yang berbeda pada peradaban manusia.

Pola pikir konstruktif atau membangun, memandang kemodernan adalah hal yang tidak terelakkan. Dihadapi dengan ilmu dan sikap bijaksana. Karena modern senantiasa memiliki dua sisi, positif dan negatif. Contoh: adanya internet juga hand phone. Bagi orang yang tahu dan mau menerapkan  ilmunya, keduanya bukanlah kendala  karena kedua hal tersebut banyak sisi positifnya. 

Internet untuk bisnis online, browsing materi pelajaran, pemandu jalan saat tersesat. Sementara hand phone bermanfaat untuk mencari link pekerjaan, hiburan saat  boring, serta aplikasi kitab suci bisa digunakan untuk mengaji. Dunia serasa ada digenggaman.

Sisi  negatif di setiap produk kemodernan pasti ada. Kemunculan sisi negatif lebih disebabkan oleh pelaku atau personal masing-masing.  Jadi bergantung pribadi. Teknologi sebagai produk tidak salah. Jadi jangan jadikan internet sebagai terdakwa, sosial media menjadi terpidana, dan produk kemodernan yang lain sebagai pendosa. Sebaiknya tidak mencari kambing hitam untuk sebuah pembenaran bahwa masalah tercipta karena teknologi pemicunya.

Bukti pengkambinghitaman atas teknologi, ketika adab siswa terhadap guru kurang sopan  maka  hp yang disudutkan. Maraknya tawuran antarsiswa  maka televisi  yang sering dihujat karena banyak menayangkan kekerasan. Pergaulan bebas remaja adalah efek dari banyaknya pelakor dan pebinor yang sering muncul di sosial media. Dan, sudah jadi trend setter. Akibatnya penyakit kelamin menyebar. HIV/ AIDS menggejala.

Hal yang memuat miris ketika data-data  menunjukkan bahwa keterlibatan remaja pada tindak kriminal, asusila sudah pada ambang darurat moral. Data UNICEF tahun 2016 menunjukkan bahwa kekerasan pada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen. Data Kementerian Kesehatan RI 2017, terdapat 3,8 persen pelajar pernah menyalahgunakan narkotika dan obat berbahaya.

Data Komisi Nasional Perlindungan Anak menunjukkan, jumlah perokok anak di bawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000 orang (19,8% pertama kali sebelum usia 10 tahun dan 88,6% pertama kali mencobanya di bawah usia 13 tahun).

Hasil survai terakhir suatu lembaga survei yang dilakukan di 33 provinsi tahun 2008, sebanyak 63 persen remaja mengaku sudah mengalami hubungan seks sebelum nikah. Seperti yang dituturkan Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Pusat, M Masri Muadz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun