"Yauda kita hujan-hujanan aja,gimana mau gak? Seru kan hahaha"
Konyol. Kak Langit selalu memberikan ide-ide gila,kenapa harus menerobos hujan sederas ini.
"Kalau nunggu lagi nanti kemalaman... Dah yuk kita terobos aja, masa sama hujan aja takut,"
Dia memakai helm,kemudian menaiki motor dan menyalakannya. Aku masih ragu,namun kalau diam saja bukan tidak mungkin Kak Langit meninggalkanku. Dia kan gila dan tega.
Kami keluar dari parkiran,hujan semakin deras. Hujan yang sedari pagi mengguyur kota, yang hadirnya awet tiada henti.
Hujan ikut mengguyur badanku dan Kak Langit. Belum sampai lima menit keluar dari tempat parkir, badan kami sudah kuyup. Untung saja sebelumnya, Kak Langit menyuruhku untuk membungkus buku-buku dalam tas dengan plastik. Kalau tidak pasti sudah basah tak bersisa.
Aku menggerutu sepanjang jalan, membuat Kak Langit tertawa-tawa.
"Nikmatin aja,kan ini seru banget hahaha, tapi dingin sih..brrr" dia menggidikan bahuny kedinginan. Giliran aku yang tertawa.
"Kapan terakhir kamu hujan-hujanan?" tanyanya dengan suara bergetar kedinginan.
"Gatau aku lupaa, kakak gila sih. Kalau sakit gimana,"
"Hahahaha. Ya minum obat, kalau sama kamu mah gapapa kan jadi special. Romantis gini kan,"