Mohon tunggu...
Nandini Febriani
Nandini Febriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa aktif pada jurusan Psikologi yang hobi menulis untuk melatih kecakapan berbahasa dan memperkaya kosakata baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menguak Mitos: Benarkah Screentime Gadget Sebab Utama Speech Delay?

1 Desember 2023   21:52 Diperbarui: 1 Desember 2023   22:22 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
istockphoto. Visualisasi anak yang berbahagia dengan kedua orang tuanya.

Anak yang tumbuh tanpa memiliki model yang baik untuk ditiru akan lebih beresiko untuk mengalami speech delay, hal ini disebabkan karena anak tidak memiliki model yang dapat ditiru dalam hal penggunaan bahasa yang kemudian menghambat perkembangan bahasanya.

Jadi, dapat terbayang bukan? Seorang anak yang tidak mendapatkan stimulasi berupa model yang baik untuk ditiru ucapannya, berpotensi semakin menyibukkan dirinya dengan tontonan di layar gadget dan dikhawatirkan dapat membatasi minatnya untuk berinteraksi sosial.

  • Kurangnya motivasi untuk berbicara

Orang tua yang masih sering menggunakan bahasa bayi ketika berkomunikasi dengan anaknya juga dapat menjadi faktor penunjang keterlambatan berbahasa. Anak menjadi kurang memiliki motivasi untuk belajar berbahasa sesuai dengan tahap perkembangannya. bicara merupakan proses yang terus menerus yang dilalui oleh anak, sehingga apabila ia mengalami hambatan, maka proses belajarnya akan sedikit melambat (Hurlock, 2003).

  • Kurangnya kesempatan untuk berbicara

Anak yang terbiasa untuk diam atau tidak memiliki kesempatan untuk berbicara akan lebih besar berpotensi mengalami speech delay karena kemampuan bicara yang dia miliki tidak dilatih dan diasah karena tidak terdapat kesempatan yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya. 

Hal ini terkait dengan keberadaan model bagi sang anak untuk mengeksplorasi keinginan dan perasaannya di rumah. Tidak adanya model ini dapat disebabkan oleh kesibukan figur orang tua, saudara yang kurang perhatian, dan kurangnya stimulus dalam pengasuhan (Hurlock, 2003).

Dari ketiga penyebab di atas, dapat disimpulkan bahwa screen time bukan satu-satunya penyebab anak mengalami speech delay. Kembali lagi pada pola asuh orang tua di rumah dalam merawat anak-anak mereka. 


Gangguan speech delay ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor internal (pola asuh) dan faktor eksternal (lingkungan sekitar). Meskipun screen time atau memberikan tontonan pada anak-anak bukan sebab utama terjadinya speech delay, orang tua sebaiknya lebih memilih untuk medistraksi anak-anak dengan hal yang lain.

Gangguan speech delay juga dapat dicegah dan dihindari dengan melakukan hal-hal berikut seperti: 

  • Memberikan stimulasi pada anak, ajak anak untuk merespon suatu ucapan. Seperti misal, "bunga itu warnanya me--" dengan tujuan ia mampu untuk melanjutkan kalimat yang menggantung itu. Cara satu ini juga diharapkan efektif untuk menggugah fokus sang anak. 
  • Memberikan perhatian yang penuh dan fokus pada saat anak berbicara dan berkomunikasi,
  • Menghindari paparan layar handphone yang berlebihan, dan
  • Selalu memberikan quality time serta lingkungan keluarga yang baik untuk anak.

Orang tua yang dapat membagi waktu antara pekerjaan dan kasih sayangnya untuk anak pun tidak menutup kemungkinan anaknya dapat mengalami salah satu gangguan perkembangan ini. Namun apabila gejala-gejala speech delay mulai terlihat pada anak, segera bawa anak konsultasi dengan ahli profesional seperti Psikolog Anak maupun Dokter Spesialis Anak. Mereka dapat melakukan evaluasi untuk menilai penyebab keterlambatan dan memberikan pedoman lebih lanjut.

Sumber Referensi :

Airlangga, E. (t.thn.). Berbicara dan Berbahasa pada Anak: Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun