Mohon tunggu...
Nandar Achmad
Nandar Achmad Mohon Tunggu... -

B A C A L A H. . .

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Proposal Karya

7 Februari 2014   20:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengarlah Kami Divisi          : Kekaryaan Sub Divisi : Musik UNIT PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI BUDAYA DAN SASTRA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2011 BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Dalam istilah musik secara umum harmoni lebih diartikan sebagai suatu keseimbangan yang terdapat dalam sebuah musik, dalam kehidupan sehari-hari istilah harmoni begitu dekat dengan kehidupani, banyak orang mengatakan sesuatu yang seimbang atau berimbang adalah sesuatu yang harmonis. Sebagai contoh dalam kehidupan social. Kita harus saling menghargai perbedaan; perbedaan status sosial, agama, ras ,bangsa, pandangan politik sehingga dapat tercipta keharmonisasian. Harmoni sebagai suatu peristiwa kait-mengait di dalam musik memiliki gaya dan aturan sendiri-sendiri atau lebih di kenal dengan istilah estetika harmoni. Setiap jaman dalam musik barat, harmoni memiliki aturan-aturan sendiri sebagai ilmu yang harus dikuasai oleh seseorang ketika akan mempelajari satu gaya harmoni di dalam sebuah jaman. Seperti contoh, harmoni Zaman Baroq memiliki aturan-aturan sendiri dan aturan itu telah menjadi pembakuan di dalam harmoni jaman barok, aturan ini merupakan suatu consensus yang harus di ikuti sebagai syarat utama di dalam mendalami estetika musik barok tersebut. Pada perkembangannya harmoni mengalami banyak revolusi bukan hanya sekedar persoalan rangkaian melodi secara horizontal namun mulai berkembang ke susunan melodi secara vertikal, perkembangan ini tidak lepas pula dari perkembangan musik secara instrument, ketika piano diciptakan, ketika para composer melakukan inovasi dan ketika terjadi alkulturisasi budaya maka harmoni pun mengalami perkembangan lebih komplek lagi. Salah satu pengertian harmoni dalam musik adalah cara mengkombinasikan atau menggabungkan not-not atau nada-nada secara serentak untuk menghasilkan akor  (chord) dan mempelajari juga penggunaan akor secara berturut-turut untuk mendapatkan progresi atau pergerakan akor. Masih dalam perkembangan sejarah seni musik, musik bukan hanya berbicara tentang nada-nada, musik juga digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Musik juga dijadikan media untuk mengangkat realitas-realitas sosial yang terjadi. Berbagai tokoh-tokoh telah dihasilkan dari perjalanan tersebut. Tokoh-Tokoh seperti Bethooven, Iwan Fals yang berangkat dari kegelisahan hidup (kemiskinan) yang akhirnya memberontak dari ikatan sosial yang dibuat oleh para Tuan/Raja pada masa itu. Pernah kami berdiskusi tentang pengalaman bermusik atau berkarya dengan seorang teman, dalam hal karya musik. Menurut dia, karya musik adalah sebuah bentuk kesadaran dari realitas baik dari individu, kelompok, maupun umum yang penciptaannya berawal dari gejala-gejala sosial yang terjadi, baik isu dari alam , manusia,  dan sebagainya. Berangkat dari pengalaman kami tentang bagaimana seharusnya mengambil sikap dalam bermusik, ada kegelisahan yang timbul tentang realitas sosial yang terjadi di masa sekarang. Di daerah perkotaan, ditiap sudut jalan dan persimpangan ditemui banyak anak-anak putus sekolah, yang tiap hari meminta-minta, atau diistilahkan sebagai Gelandangan Dan Pengemis. Menurut para ahli sosiolog gelandangan dan pengemis (gepeng) merupakan orang–orang yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat yang menjadikan meraka satu dampak negatif pembangunan, khususnya pembangunan perkotaan. keberhasilan percepatan pembangunan diwilayah perkotaan dan sebaliknya keterlambatan pembangunan diwilayah pedesaan mengundang arus migrasi desa-kota antara lain memunculkanGelandangan dan Pengemis karena sulitnya pemukiman pekerjaan diwilayah perkotaan dan pedesaan. Dengan beberapa pendapat diatas, kami dapat mengaitkan beberapa pendapat tersebut untuk diangkat dalam karya kami nantinya. Dimana dalam karya ini kami akan menggaris bawahi tentang harmonisasi, dimana harmoni dalam musik kami akan ramu kedalam kehidupan gelandangan dan pengemis lewat lagu dan instrumen. B. TUJUAN Sebagai anggota muda, proposal karya ini selain bertujuan untuk mendapatkan nomor anggota untuk menjadi anggota penuh UPKSBS UMI, penelitian juga harus dilewati guna mendukung proses pembuatan karya. Dengan itu karya yang dihasilkan berkualitas dan objektif. Selain itu karya yang InsyaAllah akan dibuat juga mewakili paragelandangan dan pengemis (GEPENG) guna untuk menarik perhatian pemerintah maupun para pendengar. BAB II LANDASAN TEORI 1.Tinjuan Pustaka Dalam sejarah nusantara, gelandangan merupakan para pengembara atau pengelana, seperti yang ditulis dalam kitab termasyur Jawa ”Serat Centhini” yang ditullis pada awal abad ke-19. Satrya Lelana, adalah pengembara luhur yang lepas saat itu dari kekangan lingkungan tetapi menuntut pengetahuan dan kesempurnaan telah di gantikan oleh gelandangan kelaparan dari kampung–kampung miskin” (Denys Lompard). Menurut Bambang Purwanto dalam bukunya, “Memikirkan Kembali Sejarah Sosial Indonesia” yang termuat dalam Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, jumlah gelandangan meningkat tajam sejak pendudukan Jepang dan Kemerdekaan. Indonesia memiliki Gelandangan dan pengemis terbesar ke-5 di dunia. Berdasarkan pada hasil survei dan pengamatan langsung diperoleh beberapa faktor penyebab diantaranya adalah faktor dari internal individu dan keluarga gepeng itu sendiri, internal masayarakat, dan eksternall masayarakat, yaitu di kota–kota tujuan aktifitas gepeng. Faktor–faktor penyebab ini dapat terjadi secara persial dan juga secara bersama–sama atau saling mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya. Gelandangan dan pengemis masih belum bisa teratasi oleh kota–kota besar  di Indonesia, termasuk di kota Makassar. Pasalnya, hampir disetiap persimpangan dan sudut kota Makassar masih ditemukan gepeng, walau PemKot Makassar telah berupaya meminimalisirnya. Di Kota Makassar juga khususnya Pantai Losari dan Fly-over   banyak pula dijumpai gepeng. Hal tersebut menimbulkan bebagai masalah baik itu dari pengguna jalan maupun orang yang yang berkunjung ditempat tersebut. Pada sudut pandang kami mereka terlihat terpaksa melakukan hal demikian karena adanya dorongan ekonomi yang mendesak. 2. Hasil Observasi Beberapa hasil catatan  wawancara yang kami lakukan saat observasi terakhir: 1.Pendapat dari seorang ibu yang berumur 46 tahun. Ia tinggal di Sunggu Minasa, Ia ke pantai Losari bersama adiknya, menurut beliau gelandangan dan pengemis ditempat itu mempunyai dua penilaian yang dapat beliau simpulkan; ”yang di lakukan gelandangan dan pengemis yang ada di pantai losari yaitu meminta - minta hanya untuk dapat bertahan hidup” , itu bernilai positif menurut Ibu Helmi. Sisi negatif dari hal tersebut menurut Beliau, “Minta-minta itu di larang dan mereka juga menganggu. Pemerintah harus tegas dalam menangani  gelandangan dan pengemis”. 2.Wawancara berikut dari seorang Mahasiswa Universitas Hasanuddin jurusan Agri Bisnis, Ia ke ke Pantai Losari bersama temannya yang bernama Jum. Mereka tinggal di Daya. Tanggapannya tentang gelandangan dan pengemis yaitu, pengunjung biasanya terganggu dengan kehadiran mereka karena biasanya ada unsur pemaksaan dari gepeng. Sebaiknya  pemerintah dan pihak pengelola pantai Losari menindak lanjuti akan kehadiran mereka ditempat ini” (Indri). Tujuan Gelandangan dan Pengemis di Pantai Losari menurutnya juga sama seperti wawancara pertama kami yaitu meminta - minta agar dapat bertahan hidup. Hal yang membedakan dari Gelandangan dan pengemis Menurut mahasiswa UNHAS itu,”Kebanyakan gelandangan dan pengemis secara fisik mereka tidak sempurna dalam arti dilihat dari penampilan dan tingkah laku, Gelandangan dan pengemis disini masih lebih baik dari pada pengamen ”. 2.Bapak Wujud Widiono, 53 tahun. Seorang Polisi yang sedang bertugas di Pantai Losari saat itu. Beliau tinggal di jalan Rajawali 13X no 29. Memiliki 4 orang anak dan 4 orang cucu. Katanya ingin menikah lagi tapi takut sama istrinya, pak polisi itu sedikit mengajak kami bercanda. Tanggapan Beliau tentang gepeng,”Anak - anak tersebut merupakan penyakit bagi masyarakat karena mereka merupakan orang - orang yang malas tidak mau mencari kerja yang lebih layak. Mereka  hanya mengharapkan belas kasihan dari orang lain dan hanya berharap kepada orang agar di berikan uang. Dalam hal ini, Orang tua mereka tidak bertanggung jawab atas anaknya karena membiarkan anak - anaknya meminta-minta. Pemerintah setempat seharusnya membawa mereka di panti rehabilitasi agar di bina dan keluar dari tempat itu mereka dapat terampil dalam bekerja dan tidak lagi mengharapkan belas kasihan dari orang lain”. BAB III DESKRIPSI KARYA A. IDE CIPTAAN Berangkat dari rasa simpati dan empati terhadap gelandangan dan pengemis yang terus berusaha sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga timbullah ide dari kami untuk menafsirkan kehidupan gelandangan dan pengemis melalui karya musik yaitu lagu. B.KONSEP Atas kesepakatan kami, pada pementasan nanti kami akan membawakan dua buah karya. Karya pertama berupa sebuah lagu. Karya tersebut sebagai berikut : 1.Lagu Judul: Dengarlah kami Dengarlah Kami adalah karya yang berupa lagu yang merupakan inspirasi dari observasi yang kami lakukan dengan mendengar , merasakan dan mengamati pola kehidupan mereka gelandangan dan pengemis. Lewat karya pertama kami ini, kami mencoba mewakili perasaan kaum gelandangan dan pengemis lewat syair atau instrumen yang nantinya akan kami pentaskan. Intro 1 Aku datang saat bangunku Menuju tempat tak sepi Adakah hariku di tempat yang layak Tanpa harus tangan di bawah Intro 2 Siapakah yang mendengar bisikakanku Bisikan dari sudut jalan Tak ada jembatan tak ada perahu Berenangpun ku tak bisa Reff Hey…Kau yang disana Duduk manis dengan rapinya Hey… Adakah kau berfikir Atau tak pernah kau berfikir Dengarlah kami yang bernyanyi Gambaran tentang lagu : A : Do BAB IV RANCANGAN PENGGARAPAN KARYA 1.Media Beberapa instrumen yang akan digunakan sebagai berikut : 1.Vokal 2.Guitar akustik 3.Guitar Elektrik 4.Bass Elektrik 5.Ukulele 6.Beberapa Alat Perkusi 7.Komputer dan Software Audio Keterangan: Dalam rancangan karya ini kami memakai intrumen gitar akustik sebagai …………….. Ukulelel kenapa Bass kenapa, apa fugsi dari bass Waracas kenapa 2.Menentukan Pemain Penentuan pemain didasarkan pada kemampuan yang dimiliki setiap anggota muda yang ikut serta dalam penggarapan ini, sehingga diharapkan seluruh pesan yang terkandung dalam karya kami dapat tersampaikan kepada pendengar khususnya. Karya ini adalah prasyarat sebagai anggota penuh dalam lembaga ukm seni, kami terdri dari 25 orang, sehingga itu menjadi bahan pertimbangan untuk pemilihan pemain. 3.Metode Latihan Metode yang kami terapkan awalnya dengan cara mempelajari materi pembuatan karya yang akan dipentaskan. Berbagai meteri telah dibahas dan dipraktekkan dari jangka waktu Bulan Februari-April. Materi itu berupa olah tubuh, eksplorasi bunyi, Penguasaan instrument music sesuai kebutuhan, Olah vocal, Latihan kekompakan bermusik dengan membiasakan bermain music bersama-sama. Setelah penguasaan materi, maka ditentukanlah pembagian alat instrumen untuk masing-masing pemain dalam mementaskan karya kami. 4.Menentukan Jadwal Latihan Dalam penentuan jadwal latihan sangatlah penting karena akan memberikan hasil yang lebih memuaskan dalam pementasan karya ini. Karya yang kami ciptakan ini membutuhkan waktu sekitar 3 bulan latihan, dan ini bukan waktu yang singkat dalam membuat pementasan karya seni. Maka kami sepakati bahwa latihan di lakukan 3 kali dalam seminggu yaitu hari senin, kamis, dan sabtu pada jam 16:00 Wita sampai selesai. 5.Menentutkan Tempat Latihan 1.Sekretariat UKM Seni UMI Tempat ini kami gunakan untuk proses penggarapan mengingat efisiensi  transportasi dari masing-masing anggota.Tempat ini untuk mencari bentuk msuik dan latihan kekompakan. Tempat ini berlokasi di Kampus 2 Umi jalan 2.Studio Musik Latihan di studio musik akan gunakan secara berkala saat proses penggarapan untuk mencoba dan beradaptasi dengan alat atau sound system. 6.Menentukan Kostum Bagi kami kostum merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung penyampaian pesan dari karya yang akan kami pentaskan dan juga sebagai pelengkap ide atau konsep dari karya itu sendiri. Maka dari itu kostum yang kami gunakan dalam karya kami ini adalah kostum yang identik dengan gelandangan dan pengemis. 7.Tempat Pementasan Gambaran kami akan pementasan ini, menggunakan ruang indoor. Dengan pertimbangan untuk lebih mengifisiensikan reproduksi suara sehingga pesan suara berupa nyanyian (music) dapat mendekati realitanya. Penontonpun diharapkan  dapat merasa nyaman menyimak pesan dari music tersebut. Karena tempat itu sudah memiliki fasilitas sepert tempat duduk, AC, cewek Tinjauan lain dari itu bahwa kondisi cuaca sangat menentukan. Jika terjadi hujan pada saat pementasan agak repot itu.. Tempat: Kampus 1 UMI lapangan parker belakang 8.Estimasi Anggaran Dalam pelaksanaan pementasan kami, maka total anggaran yang kami asumsikan adalah: 1.Administrasi - Kertas 1 rim             : Rp.--------------- - Tinta print 1                         : Rp.--------------- 2.Perlengkapan Sound system (10.000 watt), Gedung : Rp. -------------,- - Lighting                               : Rp. -------------,- 3.Publikasi dan dokumentasi -Baliho, Undangan,                        :  Rp.------------ Booklet, Pamflet -CD                                        : Rp.-------------- -Web Blog                             : Rp.-------------- 4.Konsumsi - Konsumsi pra konser        : Rp.--------------- - Komsumsi konser              : Rp.--------------- 5.Transportasi                                : Rp.--------------- Total keseluruhan                                   : Rp.---------------- BAB V DAFTAR PUSTAKA Lompard Denys, Jawa Serat Centhini , Nusa Jawa, Abad ke-19. Purwanto Bambang, Memikirkan Kembali Sejarah Sosial Indonesia,1992 LAMPIRAN Lampiran 1 Gelandangan dan Pengemis Lampiran 2 Proses & Pementasan Karya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun