Hubungan timbal balik berfungsi sebagai mekanisme pengendalian sosial dan penentuan peran. Individu menanggapi perilaku orang lain untuk menjaga keteraturan.
 Contoh: Dalam keluarga, seorang anak berinteraksi dengan orang tua dengan menanyakan izin untuk keluar (tindakan). Orang tua merespons dengan memberikan batasan (balasan). Balasan tersebut membentuk pemahaman anak tentang perannya (harus patuh) dan peran orang tua (otoritas). Hubungan timbal balik ini mendefinisikan struktur peran dalam keluarga.
2.Hubungan antara Individu dengan Kelompok artinya ilmu ini mempelajari tentang kajian hubungan antara individu dengan kelompok dalam sosiologi, tanpa menggunakan format tabel, serta menyertakan contoh yang jelas.
Maksud Kajian Hubungan Individu dan Kelompok dalam Sosiologi
Kajian hubungan antara individu dan kelompok adalah fundamental dalam sosiologi.Â
Contohnya :
Suatu hari, seorang siswa (individu) yang biasanya pendiam tiba-tiba memiliki ide brilian yang sangat relevan dengan topik. Ia merasa terdorong untuk langsung berbicara tanpa mengangkat tangan, karena idenya sangat mendesak.
Perubahan Norma Kelompok Sesaat: Karena idenya sangat berharga, guru dan siswa lain (kelompok) mengizinkan pelanggaran aturan tersebut kali ini, dan diskusi menjadi lebih hidup. Untuk beberapa saat, tindakan individu tersebut mengubah norma interaksi di kelas dari kaku menjadi lebih spontan dan terbuka.
3.Hubungan Antara Kelompok yang Satu dan Kelompok Lainnya  yang dimana Sosiologi mengkaji hubungan antar-kelompok (intergroup relations) untuk memahami bagaimana identitas, kekuasaan, dan norma dari satu kelompok memengaruhi interaksi, konflik, atau kerja sama dengan kelompok lain.
 Dalam konteks sosiologi, hubungan antara kelompok yang bersikap "santun" dan kelompok lainnya berarti:
 Manajemen Kesan Kolektif (Collective Impression Management): Kelompok yang santun adalah kelompok yang secara sadar mengelola interaksi publik mereka agar sesuai dengan norma kesopanan yang diterima secara luas, sehingga memproyeksikan citra yang terhormat, tertib, dan beradab. Mereka menggunakan kesantunan sebagai alat strategis untuk mendapatkan legitimasi atau menghindari sanksi sosial dari masyarakat yang lebih luas.