Mohon tunggu...
Nandang Darana
Nandang Darana Mohon Tunggu... Pegiat di Ruang Belajar Masyarakat

Hobi menulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Dari Seorang Kawan: Bermula dari Luka, Berujung di Kesadaran

15 Oktober 2025   23:27 Diperbarui: 15 Oktober 2025   23:27 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengenali akar penderitaan, langkah berikutnya adalah praktik yang paling sulit: penerimaan aktif. Penerimaan bukan berarti pasrah atau membenarkan pengkhianatan. Ia adalah pengakuan tenang bahwa sesuatu yang pahit telah terjadi---dan kita memilih untuk tidak membiarkan pahit itu merusak seluruh rasa hidup.


Dalam penerimaan aktif, kita memberi ruang bagi emosi untuk hadir tanpa melekat. Kita marah, tapi tidak tinggal dalam amarah. Kita sedih, tapi tidak berumah di kesedihan. Penerimaan bukan bentuk kelemahan, melainkan kekuatan yang lahir dari pengamatan sadar. "Saat ini saya marah," kita berkata dalam batin, "dan saya akan membiarkannya berlalu." Di sinilah spiritualitas bertemu dengan psikologi: kesadaran menjadi penawar luka yang tak perlu dihapus, cukup dipahami.


Mencatat untuk Batasan Diri dan Masa Depan

Penerimaan membebaskan kita dari penderitaan masa lalu, namun kebijaksanaan memastikan kita terlindungi di masa depan. Dari sinilah muncul keputusan sederhana namun penuh makna: "Saya tidak akan terpengaruh oleh pengkhianatan itu. Tapi saya mencatatnya."


"Mencatat" bukan berarti menyimpan dendam. Ia adalah tindakan sadar untuk mengenali pola, karakter, dan batas diri. Catatan itu menjadi semacam arsip batin, pengingat agar cinta dan kepercayaan di masa depan lebih berakar pada kesadaran, bukan pada harapan buta.

Friedrich Nietzsche pernah menulis, "Apa yang tidak membunuhku, membuatku lebih kuat." Namun kekuatan yang sejati bukanlah ketegaran tanpa luka, melainkan kemampuan untuk mengolah luka menjadi pengetahuan. Catatan luka adalah jejak pengalaman yang, bila dibaca ulang dengan jernih, menjelma menjadi kompas moral dan spiritual.


Komitmen Kedewasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun