Mohon tunggu...
Nandang Darana
Nandang Darana Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir di Majalengka, Jawa Barat. Mendalami dunia tulis menulis sejak 1992, namun kehilangan gairah pada 2004-an. Awal 2009 gairah itu muncul lagi, meski dengan tertatih-tatih: terlalu banyak yang telah dilewatkan dan mesti belajar lagi dari nol!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Curug Sawer: Potensi Wisata yang Masih Perawan

1 Juli 2010   05:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:10 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gunung Ciremai -sebagai gunung tertinggi di Jawa Barat-- merupakan salah satu obyek tujuan wisata yang cukup terkenal. Banyak para pendaki, baik yang profesional maupun yang amatir, datang ke sana untuk bertualang dan menikmati keindahan panorama alam. Kawasan gunung yang terletak di tiga kabupaten --Majalengka, Kuningan, dan Cirebon-menyimpan potesi luar biasa dan cukup menjanjikan dalam pengembangan pariwisata. Sebagian besar potensi yang ada umumnya belum diberdayakan secara maksimal. Salah satunya adalah kawasan Curug Sawer yang terletak di Desa Argalingga Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka. Secara administrasi kehutanan, kawasan ini berada di bawah pengelolaan RPH Argalingga BKPH Maja KPH Majalengka. Kawasan Curug Sawer yang berada pada ketinggian  antara 900 -1300 mdpl. dengan curah hujan berkisar antara 1.500 - 4.500 mm per tahun, menjanjikan potensi luar biasa sebagai obyek wisata alam, wista petualangan dan wisata minat khusus. Kawasan ini dapat dijangkau dari arah Kecamatan Maja dengan kendaraan roda empat. Sarana transportasi angkutan umum yang tersedia adalah mobil bak terbuka. Jadi kawasan ini memiliki aksesibilitas yang cukup baik. Untuk sampai ke lokasi curug, wisatawan harus berjalan kaki melewati kawasan perkebunan sayuran dan palawija di areal perbukitan yang bergelombang. Panorama alam yang elok dengan latar gunung Ciremai yang kokoh berdiri menjadi daya tarik pertama kawasan ini. Sebab itu, kawasan ini amat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Di arel perbukitan sebelah atas Curug Sawer terdapat lahan yang cukup rata sehingga dapat dijadikan sebagai basecamp pengelolaan kawasan wisata Curug Sawer sekaligus sebagai shelter bagi para wisatawan sebelum menuruni lembah dan menuju lokasi curug sambil berpetualang. Untuk mencapai lokasi curug, wisatawan harus memiliki kesiapan pisik terlebih dahulu. Sebab jalan yang akan dilalui merupakan jalanan setapak dengan kemiringan antara 50 0-70 0 yang berliku serta dipenuhi semak dan duri.  Jalan setapak ini biasa digunakan para pencari kayu bakar. Karena itu, bagi yang tidak terbiasa melewati jalan ini harus ekstra hati-hati. Selain itu, masing-masing curug memiliki rute tersendiri sehingga para wisatawan mesti balik lagi dan menempuh rute lain untuk mencapai curug lainnya. Alhasil, rangkaian perjalanan menuju tiap-tiap curug merupakan pengalaman petualangan yang mengasyikkan bagi yang menyukai tantangan. Semua rute menuju lokasi curug yang merupakan kawasan lindung ini dapat dikembangkan sebagai obyek  wisata petualangan atau wisata minat khusus. Bahkan, dapat pula dijadikan ajang pelatihan semisal outbound. Inilah daya tarik kedua dari kawasan Curug Sawer. Daya tarik lainnya berada di sekitar areal curug. Tiap-tiap curug menjanjikan daya tarik yang berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. Curug pertama dan kedua, meski tidak terlalu tinggi, menawarkan keindahan panorama alam. Selain itu, kedua curug ini dipercayai memiliki keramat. Orang akan memperoleh kemudahan mendapatkan jodoh dan menemukan kebahagiaan kehidupan duniawi jika mandi di sini dan melakukan upacara khusus. Namun demikian, sepengetahuan Narma (50), sangat jarang ada orang yang datang ke sana dan melakukan upacara tersebut. Selain karena sulit untuk sampai ke dasar curug, juga karena suasana sekitar curug amat menyeramkan sehingga orang harus berpikir ulang untuk turun ke sana. Pada curug ketiga, terdapat areal yang dapat dijadikan camping ground. Areal yang dipenuhi pohon-pohon besar dengan akar yang merambat menciptakan suasana mencekam dan menantang bagi orang yang suka terhadap misteri. Selain itu, dinding curug yang terdiri dari cadas dan batuan keras dapat dijadikan arena olah raga turun tebing. Curug keempat dan kelima yang relatif saling berdekatan memiliki areal yang lebih luas. Hutan alam yang berada di dasar lembah begitu luar biasa. Menurut keterangan beberapa orang dari kalangan aktivis pecinta alam, kawasan ini dapat dijadikan areal penangkaran burung dan hewan liar. Adapun kegiatan wisata yang dapat dilakukan di sini antara lain: olah raga tebing, camping ground dan perburuan khusus babi hutan. Hewan lain, semisal ayam hutan dan kidang disarankan untuk tidak diburu karena terbilang langka. Suasana alam di dasar lembah ini akan menimbulkan perasaan luar biasa, terlebih saat kabut turun menyelimuti lembah. Saat inilah, orang akan benar-benar merasa kecil dan merasakan keagungan dan kebesaran Sang maha Pencipta. Konon, semua rangkaian Curug Sawer  tersebut tercipta setelah seorang sakti yang tinggal di kaki gunung Ciremai, yang merupakan leluhur masyarakat Argalingga, menyelenggarakan upacara Saweran di sungai Cipada untuk mendapat berkah Tuhan bagi dirinya dan semua keturunannya. Selanjutnya, ia bertapa selama bertahun-tahun hingga wafat. Menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat, jasad pertapa itu tidak hancur melainkan menjelma seekor ular raksasa yang kemudian hidup secara gaib dan menjadi penjaga kawasan tersebut. Selama tapanya, terjadi banyak peristiwa alam yang luar biasa sehingga di sepanjang aliran sungai muncul lima buah curug yang airnya memancar menyerupai upacara saweran. Itulah sebabnya, kelima rangkaian curug ini dinamakan Curug Sawer. Sampai saat ini, obyek tersebut belum dibuka secara resmi. Selain karena faktor biaya, kawasan curug tersebut masih dipandang angker oleh masyarakat setempat. Karena itu, menurut Kasman (65), jika Curug Sawer  hendak dikembangkan sebagai obyek wisata perlu diadakan upacara khusus terlebih dahulu guna mendapatkan ijin dari "penunggu" kawasan tersebut. Tanpa upacara ini, dikhawatirkan bakal terjadi banyak korban jiwa yang menjadi tumbal kemarahan ular raksasa penunggu kawasan Curug Sawer. Menurut penuturannya pula, masyarakat sekitar pernah sekali melakukan upacara tersebut dipimpin oleh seorang "ahli" yang didatangkan dari luar desa. Pada saat upacara itulah, "sang ahli" melakukan "negosiasi". Akhir cerita, ular raksasa penunggu curug tersebut mengijinkan pembukaan curug tersebut asalkan "sang ahli" sanggup mengalahkan ular raksasa tersebut. Sayangnya, sang ahli tidak dapat memenuhi tantangan ular rakasasa tersebut sehingga kawasan curug tetap belum bisa terjamah khalayak luas. Terlepas dari benar tidaknya cerita dan keyakinan masyarakat tersebut, memang dibutuhkan persiapan dan perlakuan khusus untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai obyek wisata agar para wisatawan mendapat jaminan keselamatan. Karenanya, investasi yang dibutuhkan pun relatif besar. Pemerintah Kabupaten Majalengka tampaknya belum memiliki kesiapan finansial untuk membangun kawasan tersebut dan menjadikannya sebagai sebagai sumber PAD andalan dari sektor pariwisata. Tidak bisa tidak, Pemerintah Kabupaten Majalengka mesti berupaya mengundang kalangan investor untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai obyek wisata dan sumber pendapatan andalan. Selain itu, Pemkab Majalengka mesti terbuka terhadap berbagai gagasan positif menyangkut pembangunan dan pengembangan wilayah, termasuk kawasan curug Sawer, dari masyarakat atau pihak manapun. Siapa berani? (nd).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun