Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memahami Extra Mile Secara Strategis

13 Agustus 2021   11:27 Diperbarui: 25 Agustus 2021   07:59 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rangkap tugas | Sumber: pexels/fauxels

Selama beberapa tahun terakhir bahkan sebelum badai pandemi menghantam kita, tren baru seperti digitalisasi sebenarnya telah memperluas kesenjangan ketrampilan di antara karyawan.

Hal ini membuat perusahaan juga mengalami kesulitan untuk memperkecil kesenjangan ini. Akhirnya perusahaan mendorong karyawan untuk melakukan extra mile atau rangkap tugas atau kesediaan untuk melakukan pekerjaan lain.

Dari sudut pandang sebagai karyawan, saya melihat hal ini sebagai potensi dan sarana meningkatkan kemampuan.

Dalam sebuah buku yang berjudul Talent Wins, memberikan argumentasi bahwa perusahaan harus melihat aset sumber daya manusia seperti halnya aset keuangan yang lain.

Dalam artian sumber daya manusia harus dilihat sebagai salah satu aset penting perusahaan dan harus dikembangkan.

Premis ini kemudian saya coba kembangkan dengan melihat sebenarnya ketika kita sebagai karyawan harus bisa berpikir saat perusahaan memberikan pekerjaan tambahan atau pekerjaan di luar tanggung jawab kita itu bisa berarti peluang baru.

Suatu peluang yang muncul karena memang saat ini ketika suatu pekerjaan dikembangkan dan diperluas, maka itu salah satu bagian dari strategi pengembangan sumber daya manusia secara strategis.

Artinya perusahaan memandang kita secara strategis. Ini fondasi dasar pemikiran yang harus dipahami terlebih dahulu.

Mengapa Memahami Secara Strategis Extra Mile Ini Penting?

Berpikir strategis adalah salah satu kemampuan yang sangat penting di masa sekarang dan bahkan masa depan. 

Extra Mile | Foto oleh Kampus Production dari Pexels 
Extra Mile | Foto oleh Kampus Production dari Pexels 

Saya melihat banyak dari kita gagal memahami esensi mengenai extra mile ini. Sebenarnya ketika perusahaan membutuhkan suatu kapasitas baru atau lebih maju itu artinya perusahaan percaya kepada kita.

Ini erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan keunggulan kompetitif organisasi yang dibangun dari keunggulan kompetitif individu.

Nah, kemudian salah satu cara perusahaan menciptakan keunggulan kompetitif tersebut adalah dengan upskilling dan reskilling.

Upskilling dan reskilling dapat memberikan manfaat ganda baik kepada individu atau organisasi.

Upskilling dan reskilling dapat dicapai melalui pengembangan pekerjaan dan tanggung jawab individu. Biasanya dari sisi karyawan hal ini dianggap sebagai extra mile dan di titik ekstrim dilihat sebagai beban.

Memahami extra mile | Foto oleh Helena Lopes dari Pexels 
Memahami extra mile | Foto oleh Helena Lopes dari Pexels 

Padahal jika kita mencoba berusaha melihat dari sudut pandang strategis, upskilling atau reskilling ini dilakukan perusahaan agar si karyawan mempunyai keunggulan kompetitif.

Jadi ketika pekerjaan kita ditambah maka secara logika tanggung jawab kita pasti bertambah. Hal ini jangan dilihat sebagai beban namun berpikirlah secara strategis untuk masa depan.

Masa Kini, Masa Depan, Dan Realitas

Seiring dengan tekanan kompetisi dan perubahan pasar serta selera konsumen, perusahaan harus bisa melihat hal ini sebagai potensi untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Kondisi ini kemudian membuat perusahaan sangat bergantung kepada "kerelaan" dari individu-individu di dalam organisasi untuk berkontribusi melebihi apa yang seharusnya.

Hal ini terutama bagi perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah yang tentu mempunyai keterbatasan biaya untuk merekrut atau menambah karyawan.

Dari sisi karyawan hal ini tentu juga menjadi hal yang tidak bisa ditawar mengingat pilihannya hanya mau atau tidak mau.

Pilihan tidak mau tentu punya konsekuensi. Mulai dari tidak sempat mengalami pengalaman baru dan hal-hal baru di luar pekerjaan sehari-hari sampai misalnya yang ekstrim pemutusan hubungan kerja.

Pandangan saya lebih kepada bagaimana karyawan seperti saya misalnya, melihat pilihan untuk extra mile ini sebagai kesempatan yang signifikan dan memorable tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan peluang ini untuk menjadi lebih kompetitif.

Upskilling & Reskilling | Foto oleh Andrea Piacquadio dari  Pexels 
Upskilling & Reskilling | Foto oleh Andrea Piacquadio dari  Pexels 

Definisi upskilling adalah proses mempelajari keterampilan baru atau mengajar pekerja keterampilan baru.

Sedangkan reskilling adalah proses mempelajari keterampilan baru sehingga kita dapat melakukan pekerjaan yang berbeda, atau melatih orang untuk melakukan pekerjaan yang berbeda.

Dua hal tersebut yang dalam prosesnya sering membuat karyawan menjadi salah paham ketika mereka diminta melakukan extra mile.

Padahal extra mile adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari strategis rencana upskilling dan reskilling.

Yang Harus Dilakukan Perusahaan

Strategi upskilling dan reskilling yang dilakukan perusahaan bukan hanya sekadar memberikan tambahan pekerjaan kepada karyawan namun juga harus dengan paradigma mengajarkan keterampilan baru.

Perusahaan harus melakukan strategi ini dengan sudut pandang melibatkan karyawan dalam program pengembangan diri berkelanjutan untuk menutup kesenjangan kapasitas.

Hal ini penting terutama bagi karyawan yang sudah berada di dalam organisasi selama kurun waktu tertentu agar mereka juga mempunyai sudut pandang yang fresh terhadap nilai pekerjaan mereka sendiri.

Strategi upskilling & reskilling | Foto oleh Sora Shimazaki dari Pexels 
Strategi upskilling & reskilling | Foto oleh Sora Shimazaki dari Pexels 

Beberapa strategi bisa dilakukan perusahaan agar paradigma extra mile ini menjadi mempunyai nilai strategis yang lebih terhadap karyawan atau organisasi.

1. Melakukan identifikasi kapabilitas karyawan saat ini

Mengidentifikasi kemampuan dan kapabilitas karyawan saat ini memungkinkan perusahaan untuk menargetkan pengembangan keterampilan utama untuk memenuhi permintaan di masa depan.

Hal ini juga merupakan apresiasi yang membawa manfaat bagi karyawan dan juga perusahaan. 

Termasuk dapat meningkatkan keterlibatan dan produktivitas yang tinggi dalam peran baru, dan kontribusi terhadap moral di tempat kerja.

2. Melakukan identifikasi kemampuan tersembunyi karyawan

Dengan melakukan identifikasi hidden gem karyawan ini maka akan membantu untuk mempromosikan siklus kinerja yang lebih baik.

Karyawan akan merasa perusahaan menghargai bakat tersembunyi dirinya. Selain itu, jika keterampilan karyawan telah menjadi usang, identifikasi hal baru ini akan menghindari jatuhnya semangat kerja.

Proses identifikasi kemampuan tersembunyi ini juga memberdayakan karyawan untuk merinci kembali dan menilai keterampilan mereka sendiri.

Hal ini juga akan membantu organisasi mengungkapkan potensi bisnis yang mungkin tidak disadari sebelumnya.

3. Membangun budaya mobilitas talenta

Perusahaan harus membangun budaya mobilitas talenta dalam arti berkomitmen untuk pengembangan karir masa depan mereka.

Strategi ini tidak hanya mampu menarik talenta baru ke organisasi, tetapi juga meningkatkan motivasi dan tingkat retensi di antara karyawan. 

Mobilitas ini dapat dibangun dengan mulai memberikan pemahaman bahwa extra mile dalam menapaki jenjang karir dapat menciptakan pergerakan internal, baik secara lateral maupun vertikal.

Hal ini akan secara nyata menunjukkan bahwa perusahaan menghargai individu-individu yang ada di dalam organisasi.

Konklusi

Kurangnya kejelasan strategis mengenai peranan extra mile untuk menutup kesenjangan keterampilan membuat karyawan enggan melakukan extra mile ini.

Padahal jika perusahaan memberikan pemahaman yang tepat bahwa extra mile merupakan jalan pembuka untuk strategi upskilling dan reskilling maka karyawan akan memiliki wawasan yang lebih terbuka.

Mereka akan memahami bahwa peningkatan kapasitas diperlukan bukan hanya bagi organisasi namun diri mereka sendiri dalam menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.

Perusahaan yang sukses bertahan dan berkembang di era sulit seperti saat ini adalah perusahaan yang mampu melakukan definisi ulang mengenai extra mile itu sendiri.

Extra mile harus dipahami sebagai perencanaan pengembangan sumber daya manusia secara strategis dalam bentuk upskilling dan reskilling.

Ketika perusahaan mampu melakukan kombinasi ini maka perusahaan secara otomatis akan berhasil menciptakan budaya belajar yang solid dalam hal bisnis atau pola pikir strategis

Salam hangat

Andesna Nanda
Kandidat Doktor bidang perilaku konsumen Universitas Brawijaya
Praktisi perencanaan strategis

Referensi

  1. Harvard Business Review/Make Sure Your Company’s Reskilling Efforts Pay Off
  2. Harvard Business Review/What Would It Take to Reskill Entire Industries?
  3. Harvard Business Review/How Reskilling Can Soften the Economic Blow of Covid-19

pekerjaan-6125966906310e79a4551385.jpg
pekerjaan-6125966906310e79a4551385.jpg
pekerjaan-612595e70101900da825b5d2.jpg
pekerjaan-612595e70101900da825b5d2.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun