Mohon tunggu...
Nanda Rachma
Nanda Rachma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu komunikasi Universitas swasta di Surakarta

Menulis adalah healing terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Fenomena Brand Lokal Gandeng Seleb Korea

16 Januari 2022   19:59 Diperbarui: 16 Januari 2022   20:57 1834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan ini hadirnya Korean Wave sudah tidak asing lagi bagi masyarakat hingga fenomena Korean Wave dipandang sebagai pengekspor sebuah produk budaya populer yang berkaitan dengan gaya hidup bahkan posisinya banyak digandrungi oleh masyarakat dari berbagai negara termasuk Indonesia, sehingga tak jarang hadirnya gelombang korea dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk memenuhi kepentingannya, mengapa bisa demikian?

Pertanyaan ini muncul berdasakarkan banyaknya fenomena yang berhubungan dengan hadirnya gelombang korea di tengah masyarakat, salah satunya yaitu fenomena brand lokal yang berbondong-bondong menggandeng artis  korea untuk dijadikannya brand ambassador dalam produk mereka.

Penggunaan brand ambassador yang menggandeng artis korea ini tentunya memiliki berbagai alasan salah satunya yaitu karena banyak sekali penggemar dari artis korea di kalangan remaja dan mereka berdalih bahwa artis korea memiliki paras dan penampilan yang sangat memukau, lantas siapakah yang menjadikan artis korea dapat sepopuler ini di negara kita? dari berbagai opini yang ada di masyarakat, adanya globalisasilah yang menjadi salah satu faktor mengapa belakangan ini keberadaan artis korea sangat populer di kehidupan kita. 

Adanya globalisasi memudahkan kita terhubung tanpa adanya batasan apapun, globalisasi sendiri merupakan konsep yang kompleks dimana banyak melibatkan dimensi di bidang ekonomi, politik, social dan budaya. 

Melly Ridaryanthi dalam penelitiannya yang berjudul "Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi Perilaku Konsumen Studi Terhadap Remaja" mengungkapkan bahwa adanya fenomena Korean Wave ini dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk budaya serta pemain dalam pergerakan perekonomian global diantaranya melalui media periklanan yang banyak menggunakan artis korea sebagai brand ambassador dengan poin utama sebagai strategi untuk membentuk minat bahkan perilaku konsumsi pada masyarakat terutama mereka yang sangat tertarik pada produk yang dibintangi artis korea.

Berdasarkan perilaku konsumsi yang dilakukan konsumen terhadap suatu produk yang dibintangi oleh artis korea tersebut terdapat berbagai konstruksi makna, salah satunya yaitu bahwa membeli sebuah produk tidak melulu sebagai pemenuhan kebutuhan berdasarkan fungsi produknya bagi konsumen melainkan juga dapat sebagai salah satu bentuk untuk mempertahankan identitas ataupun kepuasan akan rasa cinta mereka terhadap artis idolanya , dengan kata lain jika seseorang mengidolakan sesuatu maka seseorang tersebut akan mencari tahu dan ingin tahu mengenai idolanya dan apapun yang menampilkan idolanya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka sehingga terdapat pencapaian emosi atau ketertarikan dari konsumen terhadap suatu produk. 

Menurut Baudrillard dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hasyim dengan judul "Konstruksi Realitas Sosial Budaya Dalam Iklan Komersil Televisi" menyatakan bahwa iklan merupakan tempat dimana kapitalis menciptakan sebuah komiditas yang dibutuhkan oleh seseorang tetapi di dalamnya tidak menekankan  pada manfaat dari sebuah produk melainkan nilai-nilai simbol yang terdapat dalam iklan, dengan artian bahwa seseorang tidak lagi mengkonsumsi produk berdasarkan manfaatnya melainkan karena adanya nilai simbolis yang terkonstruksi dan sifatnya abstrak.

Dari fenomena Korean Wave ini tentunya memiliki dampak tersendiri di masyarakat, dampak yang sekarang paling banyak ditemui yaitu adanya perubahan rasa kecintaan kita untuk melirik budaya sendiri dirasa  mulai berkurang. Selain itu hadirnya gelombang korea dapat merubah pola pikir kita dan hal ini menjadi boomerang khususnya di Indonesia, bahwa fenomena Korean Wave dijadikan sebagai standar kehidupan di masyarakat salah satunya yaitu orang yang dapat dikatakan cantik adalah mereka yang memiliki warna kulit putih, rambut yang lurus, dan wajah yang bersih.

Dari situlah dapat terlihat bahwa semua jenis produk yang diiklankan atau dipromosikan dengan menggunakan brand ambassador artis korea maupun artis lokal sebenarnya memiliki konstruksi makna tersendiri bagi konsumen yang menerimanya dimana strategi pempromosian tersebut diciptakan dengan realitas tertentu dan ditafsirkan sendiri oleh konsumen, oleh karena itu dalam penafsiran ini pemikiran secara rasional sangat dibutuhkan.

Referensi

Ridaryanthi, Melly. (2014). Bentuk Budaya Populer Dan Konstruksi Perilaku Konsumen Studi Terhadap Remaja. Jurnal Visi Komunikasi, Vol. 13 (1).

Hasyim, Muhammad. (2014). Konstruksi Realitas Sosial Budaya Dalam Iklan Komersial Televisi. Jurnal Communication, Vol. 5 (2).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun