Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Irit Boleh, Pelit Jangan!

10 Oktober 2021   17:10 Diperbarui: 10 Oktober 2021   17:13 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau hidupmu makin sulit, coba cek. Mungkin kamu tidak tahu ada tetangga menangis kelaparan." ~Nirania

Harta adalah titipan Allah semata, jangan merasa sombong memiliki kekayaan yang berlimpah. Apalagi konon suka pamer di media sosial. 

Lihatlah sekeliling anda barangkali kepekaan sifat dermawanmu sedang diuji.

Keberadaan diri sebagai jutawan merupakan sebuah kenikmatan hidup di dunia sebagai challenge. Adakah si Kaya menimbulkan kesenjangan hingga membuat jiwa-jiwa lemah teraniaya merasa berkecil hati?

Ketahuilah di dalam harta kita ada hak-hak orang lain yang perlu diselesaikan sesuai hak dan kewajiban. Bersedekahlah kamu jika mendapatkan kemudahan. Jangan sampai jiwa kikir menutupi hati dan pikiranmu.

Perbedaan pelit dan irit berbeda tipis namun maknanya sangat kentara. Irit adalah suatu manajemen pengeluaran yang terkontrol dengan baik. Prioritas sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Perencanaan yang matang antara pengeluaran dan pemasukan harus diseimbangkan.

Pelit versi Author di sini merupakan sosok jiwa yang tidak mempunyai naluri kasih sayang serta egois. Si pelit merasa akan kerugian bila berbagi dengan yang lainnya. Baik berbentuk uang, barang atau ilmunya. Si pelit tidak akan pernah percaya bila berbagi akan mendapatkan penggantinya yang lebih baik dari Allah SWT. 

Namun, dia hanya berpegang pada satu prinsip kerugian dan kekurangan bila memberikan sedekah kepada yang membutuhkan uluran tangan.

Pesan temanku "irit boleh, pelit jangan" quotes yang sangat berkesan di memory ku.

Yakinlah, memberi sedekah di samping rejeki kita bertambah juga berbagai kemudahan di berikan oleh-Nya. Malahan berlipat ganda tentunya. 

Miracle of giving judul buku yang membuatku penasaran pingin membacanya, bahkan belum terlaksana.

Kata irit, cocok sekali diterapkan dalam hidup terutama bagi ekonomi menengah alias pas-pasan. Menghemat bisa untuk tabungan anak sekolah, cicilan beli rumah, umroh dan naik haji misalnya. 

Irit berbeda dengan pelit. Contohnya aku, irit dalam hal membeli barang saat shopping di Mall. Aku membeli barang sesuai kebutuhan, bukan membeli hanya sekedar menghambur-hamburkan duit demi gengsi mengejar branded.

Mengatur uang belanja tepat guna, dengan memiliki uang sedikit mampu memenuhi semua kebutuhan adalah suatu keberkahan hidup. Bagaimanapun mempunyai banyak uang, belum tentu sanggup mengcover apa-apa jelas itu  suatu pemborosan. 

Untuk menghindari godaan di depan mata, Auto berpedoman "kalahkan napsu, ingat malu saat terlilit di mana-mana."

Demikian juga halnya, seorang ibu rumah tangga dapat membuat manajemen keuangan lebih praktis dan ekonomis. Setiap keuangan yang masuk di awal bulan akan dikalkulasikan jumlah budget yang keluar untuk pembiayaan keperluan bulanan. 

Ada sebagian orang akan memilah-milah uang tersebut dengan cara memasukkan ke dalam amplop masing-masing dengan etiket keterangan. Sebagian lagi memasukkan dalam dompet atau sebuah celengan yang akan dimanfaatkan tiba waktunya. 

Setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam mengelola keuangan. Boleh irit tapi jangan pelit suatu kata yang ber-kamuflase sangat kentara, terkadang orang sulit membedakannya.

Coba bersikaplah peduli, adakah orang-orang yang perlu dibantu, tetangga misalnya atau anak-anak jalanan. Bahkan yang membutuhkan uluran tanganmu, bantulah! Berbagi itu sangat indah

"Kebahagiaanku ikut bangkit di saat menularkan kebahagiaan pada yang lainnya" Motto Penulis Kereenn!

Kita boleh tidak berkelas dalam gaya kekinian, tetapi anak-anak harus sekolah di tempat bonafid, jujur itu suara hati orang tua. Salah satu alasan mengapa sampai saat ini, aku masih irit dari koleksi barang yang menyampah. He..he..I'm sorry...just kidding!

Aku tidak membeli berlian juga mebel jepara yang serba lux hanya karena impian cita-cita menyekolahkan anak-anak ke jenjang yang lebih tinggi.

Eitts....Tapi jika kalian mempunyai pemasukan harta yang berlimpah, tidak ada salahnya memanjakan diri dengan barang-barang super mewah dan memikat hati. Asalkan menghindari cara-cara yang tidak masuk akal dan penuh keterpaksaan.

Seperti kebiasaan ibu-ibu hebring yang membelanjakan uang super lancar demi meningkatkan status sosial di depan kalangannya. Sosialita kerap dengan perburuan produk limitid edition. 

Tinggal gesek ATM dalam upaya membeli barang yang belum tentu dibutuhkan. Barang branded yang memperkuat status kekinian, mengumbar nafsu, kemaruk hingga menjadi hobi shopping.

Semoga kita di jauhkan dari sifat pelit, sombong dan foya foya!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun