Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Eklamsia si Penyakit Halilintar

24 Mei 2021   03:10 Diperbarui: 24 Mei 2021   06:23 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eklamsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kejang. Dokumentasi mengenai kejang pada kehamilan ini sudah ada dari jaman Mesir, Yunani dan India. Pada tahun 1668 Francois Mauriceau yang memperkenalkan eklampsia untuk memperkenalkan kelainan pada kehamilan dan masa nifas yang berakibat kejang di lansir dari HaiBunda.com.

Siapa sih, yang tidak tahu penyakit kehamilan berbahaya ini? Semoga kita tidak pernah merasakannya. Seperti jeratan buah simalakama, dihadapkan pada dilema antara pilihan hidup dan mati. 

Aku pernah mendapatkan kisah memilukan tentang penyakit eklamsia berdasarkan pengalaman penulis. Dulu saat aku masih bertugas di ruang tindakan kebidanan, ada pasien datang dengan kejang-kejang tidak sadarkan diri. Untunglah para dokter dan perawat kala itu sangat sigap melakukan tindakan emergensi. 

Sedikit saja terlambat pasien bakal lewat, menemui ajalnya! Ada dua pilihan prioritas harus di utamakan atau salah satunya. Selamatkan ibu atau bayi bahkan ada kasus kedua-duanya meninggal. Satu keajaiban seandainya keduanya selamat qadarullah. Namun, sebelum ajal menjemput takdir, ada saja kekuatan untuk bertahan hidup. 

Pepatah orang tua mengatakan, jika ada umur pasti akan ada obat untuk kesembuhan si pasien. Sebaliknya setiap umur sudah di ujung rambut, meskipun dalam kondisi sehat bisa mendadak jatuh ambruukk! 

Tak kalah shock jantung, ketika ada ibu hamil datang mau bersalin, dari tampilan luar keliatan sehat, senang diajak ngobrol, senyum ramah dan tidak menunjukkan gejala-gejala sakit beresiko tinggi. 

Namun alih-alih, pada saat pembukaan sudah mendekati lengkap mulailah si ibu histeris kesakitan sampai kejang-kejang. Setelah dicek tensinya menunjukkan di angka 200/110 mmhg. 

Kejadian babak drama seperti ini sulit diprediksi dengan tepat dan bagai sambaran petir di siang hari, berkejar kejaran dengan malaikat maut Sang pencabut nyawa. Beruntung masih ada kesempatan kedua dalam hidupnya, si ibu tertolong jikalau tidak betapa terpukulnya keluarga dalam melepaskan kepergian si ibu dan bayi.

Kenapa harus disebut penyakit halilintar? karena kedatangannya mendadak cepat dan mematikan, sangat mengancam jiwa si ibu dan bayi. Kalaupun datang dengan ciri-ciri dan gejala yang khas tentunya tim medis akan mempersiapkan persalinan emergensi dan beresiko tinggi baik di ruang Ponek (Pelayanan Obstetri neonatal Emergensi Komprehensif) maupun di ruang kamar operasi.

Beberapa gejala khas dari pre eklamsia adalah tensi meningkat, protein urine positif, oedema tungkai. Meskipun oedema bukanlah salah satu gejala utama pre eklamsia namun termasuk tanda bahaya dalam kehamilan. 

Nah, bila ibu sudah kejang-kejang itu sangat kritis dan berbahaya, bukan lagi di sebut PE (pre eklamsia) melainkan sudah mengarah ke diagnosa yang lebih horor namanya Eklamsia. Kasus ini sangat parah dan berakibat fatal mengancam jiwa ibu dan bayi. Efek yang ditimbulkan setelah kejang akan memengaruhi keadaan umum pasien. Komplikasi tak kalah serius menyebabkan penglihatan mata kabur, lumpuh dan gagal organ tubuh lainnya.

Sebelum penyakit preeklamsia berat menuju ke tahap eklamsia, perlu melakukan kontrol dan antisipasi ekstra ketat. Terapi pemeliharaan di bawah pengawasan dokter SpOG akan membuat prognosa pasien menjadi lebih baik. Kasus eklamsia jangan dianggap sepele!

Dulu ada pasien dengan riwayat kejang-kejang bukan segera dibawa ke rumah sakit, melainkan berobat ke dukun untuk jampi-jampi katanya kesambet arwah penasaran. Lumayan lama disembur memakai ramuan dedaunan dan aroma minyak. Si ibu sampai terlantar dan kelelahan, alhasil ibu dan bayi tidak tertolong lagi. Pengalaman menyedihkan di kejadian masa lalu hingga kini masih terlintas di ingatan si penulis.

Pernah dosen kami berpesan, kalian mahasiswa bapak tidak boleh ada satupun yang hamil dengan PE. "Sok paten pula pak dosen," gumamku dalam hati. Apa dia tidak berpikir kalau ada mahasiswa yang mandul. 

Entah kenapa beliau mengatakan kalau ada mahasiswanya terkena Eklamsia berarti bodoh. Sampai detik ini aku tidak tahu maksud beliau mengatakan bodoh, pak dosenku amat terkenal killer ternyata seorang dr. SpOG senior yang disegani di lingkungan sejawatnya. Barakallah pak dosenku! Alhamdulillah tak ada satupun teman sekelasku yang  menderita PE saat kehamilan, persalinan dan nifas. Hal itu karena PE terkontrol dan monitoring ekstra ketat akan meminimalisirkan kasus komplikasi.

Pre eklamsia konon dengan nama lain keracunan kehamilan atau toxemia gravidarum, penyebabnya dari kehamilan sebagai racun yang ada di ari-ari bayi. racun ini menghilang ketika placenta telah lahir. Observasi keadaan pasien untuk deteksi dini pencegahan terjadinya kejang sebelum kelahiran, selama dan pasca melahirkan. Bahkan ibu nifas pun masih bisa beresiko kejang pasca melahirkan dalam masa 24 jam setelah lahir bayinya. 

Hati-hati netizen, bumil yang sudah melahirkan jangan dianggap enteng, masih ada resikonya juga menjadi kejang lagi. Evaluasi terus kondisi si ibu nifas, ya! Kita tidak boleh lengah itu pesanku kepada kalian yang berurusan dengan kehamilan pre-eklamsia dan eklamsia (warning). 

Keracunan kehamilan (Preeklamsia atau eklamsia) belum diketahui penyebabnya.  Namun, diyakini erat kaitannya dengan pengaruh depresi kehamilan, makanan siap saji, keturunan, kasus berulang, makanan asin, MSG (monosodium glutamat) bumbu penyedap, seafood, pola hidup yang tidak sehat. Maka dari itu butuh perhatian keluarga dekat terutama suami yang harus siaga. 

Author tidak menyebutkan berapa tensi yang termasuk katagori PE ringan dan berat. Netizen dapat mem-browsing sendiri. Hal ini berbeda dengan ibu hamil dengan riwayat tensi tinggi disebut hipertensi dengan kehamilan. 

Banyak kasus kematian karena preeklamsia dan eklamsia akibat penanganan kurang tepat dan lambat. Sungguh miris saat melahirkan harus menuntaskankannya di ruang ICU (intensif care unit).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun