Mohon tunggu...
Nancy Dinar
Nancy Dinar Mohon Tunggu... lainnya -

LIVE at the heart of Seoul, South Korea. WRITE about life’s most common issues. Wish to INSPIRE people think better of themselves.\r\n\r\n"Live, Write and Inspire"\r\n@ www.nancydinar.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Jodoh Ala Orang Korea

20 Februari 2013   01:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:01 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjodohan Jaman Dulu

Pernikahan Jaman Dulu

Dalam hal perjodohan, Korea juga tidak jauh berbeda dengan kebanyakan bangsa Asia. Orang tua atau keluarga biasanya menjodohkan anak mereka dengan pasangan dari keluarga yang sudah dikenal atau berstatus. Biasanya keluarga dekat, teman atau tetangga. Bahkan praktek ini masih dominan di masyarakat Korea sampai tahun 1960-an. Kriteria pasangan hidup berbeda-beda sesuai dengan status suatu keluarga. Keluarga kalangan atas akan memilih suami dari keluarga bangsawan dan lulusan universitas bergengsi. Sementara istri berasal dari keluarga baik-baik yang berpotensi menjadi istri dan ibu yang bijaksana. Keluarga kalangan bawah biasanya memilih suami yang sehat fisiknya dan mampu mencari uang, sementara istri adalah seorang yang lembut dan pandai mengatur uang. Pertumbuhan ekonomi Korea yang pesat antara tahun 1960-1980 mengubah paradigma pencarian jodoh ini sehingga menjadikan kekayaan faktor nomor satu dalam mencari suami. Selain itu seorang suami yang ideal juga adalah lulusan universitas bergengsi atau biasanya lulusan SKY University (Seoul National University, Korea University dan Yonsei University) dan punya pekerjaan yang baik atau biasanya karyawan dari chaebol companies (perusahaan konglomerasi seperti Samsung, LG, Hyundai, dll). Sementara itu, mereka yang dari kalangan kebanyakan masih mencari jodoh dari keluarga atau teman dekat. Jika usia mereka sudah dianggap tua dan belum mendapatkan jodoh maka mereka memakai jasa madametou , yaitu wanita tua yang bekerja menjadi mak comblang. Perjodohan Jaman Sekarang

Pernikahan Jaman Modern

Saat ini meskipun cinta adalah alasan sebagian besar pernikahan di Korea namun bisnis perjodohan ini masih marak. Madametou sudah tidak efektif lagi menjadi jembatan bagi permintaan orang yang semakin meningkat. Untuk itu lahirlah industri perjodohan atau broker. Sekarang, industri ini beromset jutaan dolar dan dioperasikan oleh sekitar 700 perusahaan. Salah satu broker yang paling terkenal yang berdiri tahun 1995 adalah DUO. Apa saja kriteria suami dan istri yang dicari orang lewat broker semacam ini? Meskipun kriteria seorang suami yang ideal masih ditentukan oleh kemampuan ekonominya, dan istri yang ideal dilihat dari penampilan fisiknya, namun kepribadian adalah faktor utama bagi kedua belah pihak. Orang muda jaman sekarang akan mencari pasangan yang memiliki kesamaan karakter dan kepribadian yang menurut mereka akan menjamin kebahagiaan rumah tangga mereka kelak. Selain kepribadian, mereka juga mencari orang yang memiliki kemiripan status dan pendidikan. Pernikahan di Korea masih dianggap sebagai jembatan untuk meningkatkan status sosial. Bagi  mereka kesuksesan adalah memiliki rumah yang bagus, mobil mewah, istri yang cantik atau suami yang kaya, sehingga bisa membuat orang lain iri. International Broker

Pernikahan International

Melihat stereotype masyarakat Korea dalam memilih jodoh serta fokus mereka pada keadaan sosio ekonomi, ada golongan yang tersisihkan. Dan karena wanita akan mencari suami yang memiliki status ekonomi dan pendidikan yang lebih tinggi darinya, golongan ini biasanya tidak memiliki prospek dalam industri perjodohan. Mereka adalah para petani dan nelayan di pedesaan. Orang yang terbuang atau tersisihkan dalam suatu komuniti dikenal dengan istilah wangta. Karena urbanisasi, 80% populasi  Korea tinggal di kota. Gelombang besar orang mencari kerja dan belajar di kota serta meninggalkan orang tua mengurus lahan pertanian di desa. Sedangkan budaya Konghucu mewajibkan anak laki-laki tertua tinggal dan merawat orang tua mereka. Mereka adalah korban. Mereka tidak menempuh pendidikan tinggi dan tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status. Akibatnya mereka pulalah  yang kesulitan mencari pasangan. Tidak ada wanita Korea yang mau dijodohkan dari seorang petani miskin, tanpa status dan pendidikan yang tinggal di desa. Untuk itulah lahirlah industri perjodohan lain, yaitu yang bersifat international. Mereka bertugas mencari istri bagi para jomblo desa ini dari negara-negara yang lebih miskin seperti Vietnam, Cambodia, Cina, Mongol, Filipin, Thailand dan Indonesia. Wanita dari negara-negara tersebut tidak memandang status dan pendidikan calon suami mereka. Kebanyakan karena ingin memperbaiki nasib dan keluar dari lingkaran kemiskinan di negaranya. Mereka berharap menikah dengan orang Korea akan membawa mereka ke ekonomi yang lebih baik. Implikasi Negatif

Pernikahan campur ini meliputi 30%-40% pernikahan di pedesaan. Ada yang berhasil dan menjadi keluarga yang bahagia, namun tidak sedikit pula yang penuh konflik yang berakhir dengan perceraian. Masalah utama dari pasangan kawin campur ini adalah komunikasi dan perbedaan budaya. Hampir semua istri asing ini tidak bisa berbahasa Korea sama sekali waktu menikah. Sementara budaya Korea yang asing membuat mereka semakin terpuruk. Apalagi di tambah dengan tuntutan para mertua yang tidak bisa mereka penuhi. Broker international ini dalam satu sisi memberi jawaban bagi kedua belah pihak. Bagi pria Korea menjawab kebutuhan mereka akan istri dan keturunan. Sementara itu bagi istri memberikan perbaikan ekonomi. Namun pernikahan ini bukan tanpa implikasi negatif baik yang berjangka panjang maupun yang berjangka pendek. Yang berefek panjang misalnya, anak-anak hasil pernikahan campuran merupakan anak-anak yang juga tersisih atau wangta. Mereka dianggap tidak memiliki darah yang murni. Banyak dari anak-anak campuran ini tidak berhasil di sekolah, drop out, serta memiliki dampak psikologis yang dalam pada pertumbuhan mental mereka. Impikasi negatif jangka pendek misalnya, banyak broker yang tidak bertanggung jawab mempraktekkan human trafficking. Ada juga wanita yang setelah tiba di Korea baru tahu bahwa suami mereka ternyata cacat fisik, cacat mental, bercerai atau sudah terlalu tua. Contoh yang ekstrim adalah seorang wanita Vietnam dibunuh suaminya tidak lama setelah menikah. Ternyata suaminya adalah memiliki gangguan jiwa dan masih dalam perawatan dokter. Upaya Pemerintah
Training at Multicultural Center
Training at Multicultural Center

Training at Multicultural Center

Pemerintah Korea melakukan berbagai upaya untuk mensupport pernikahan campuran ini menjadi keluarga yang berkualitas. Misalnya dengan memberi training kepada para istri, dari pelajaran bahasa dan budaya Korea sampai kursus memasak dan merawat anak. Anak-anak campuran juga diberi bea siswa dan lebih banyak fasilitas. Diskrimnasi di sekolah mulai diperketat. Masyarakat diajar untuk mengenal dan menerima multikulturisme. Dan untuk broker nakal dicabut ijinnya atau bagi yang ilegal ditindak secara hukum. Apakah semua itu sudah cukup? Tentu saja masalah masih terus bergulir, namun semua sudah berjalan di rel yang baik. Di masa mendatang kita berharap Korea akan menjadi negara multikutur dimana setiap individu memiliki hak sama dan diperlakukan setara. ==== Nantikan buku “KOREA” yang ditulis Nancy Dinar dan akan segera diterbitkan GPU. Buku yang menceritakan kehidupan di Korea seperti yang belum pernah Anda dengar sebelumnya. Nancy can be reached in www.nancydinar.com dan www.korsel.com.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun