Mohon tunggu...
Nana Podungge
Nana Podungge Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang blogger b2wer teacher

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Sejati

21 Juli 2010   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Artikel  ini kutulis karena sebuah artikel yang dimuat di sebuah surat kabar lokal yang menurutku menyesatkan. Artikel yang dipublikasikan pada tanggal 21 Desember 2008 ini mengelu-elukan kaum perempuan yang memilih menjadi seorang ibu rumah tangga dan melabelinya sebagai feminis modern. Seorang feminis modern adalah seorang perempuan yang dengan sepenuh hati memilih meninggalkan karir di luar rumah (yang telah mencapai posisi tinggi),untuk menghabiskan waktu dengan anak-anak, dan mengurusi suami yang sibuk bekerja di luar rumah. Karena biar bagaimana pun, peran seorang perempuan sebagai seorang ibu-mengandung, melahirkan, menyusui, kemudian mengasuhnya sehingga besar, tanpa melibatkan pihak lain-tak kan pernah tergantikan Untuk ketidakegoisan mereka inilah, perempuan yang dengan sadar memilih peran sebagai ibu rumah tangga dielu-elukan sebagai ‘pahlawan' perempuan sejati.

Sementara itu kaum perempuan yang memilih berkarir di luar rumah dianggap feminis ketinggalan zaman karena mengacu kepada ‘ajaran' ideologi feminisme tahun 1960-an. Zaman telah berubah.

Di Indonesia dimana orang dengan mudah terbuai dengan segala label yang berbau ‘sejati', artikel tersebut akan membentuk opini yang seragam pada pembacanya: di zaman sekarang, jika seorang perempuan ingin dilabeli gelar perempuan sejati, juga sebagai feminis modern, dia harus meninggalkan karirnya di luar rumah, kembali ke rumah, menjadi istri dan ibu yang baik.

Artikel tersebut juga menuliskan beberapa alasan mengapa seorang perempuan bekerja (di luar rumah): harga-harga kebutuhan sehari-hari yang senantiasa merangkak naik membuat pasangan suami istri harus bersama-sama menjadi pencari nafkah. Selain alasan ekonomi ini, dua alasan lain yang disebut dalam artikel tersebut yaitu: memanfaatkan ijazah yang telah diperoleh dengan penuh perjuangan, dan agar diterima secara sosial oleh masyarakat.

Menurut teori kebutuhan Abraham Maslow, ada lima tingkat kebutuhan yang ingin dicapai oleh seorang individual: safety (keamanan), security (keselamatan), social acceptance (penerimaan secara sosial), self-esteem (harga diri)dan self-actualization (aktualisasi diri). Alasan ekonomi mengacu ke kebutuhan pada tingkat pertama safety dan kedua security. Seseorang membutuhkan pangan, sandang, dan papan. Selain itu, orang juga butuh jaminan bahwa di bulan-bulan berikutnya mereka bisa mencukupi kebutuhan pokok mereka dengan memiliki pekerjaan yang mapan. Alasan ‘agar diterima secara sosial oleh masyarakat' mengacu ke teori Maslow tingkat ketiga, social acceptance. Untuk memanfaat ijazah yang telah diperoleh mengacu ke tingkat keempat, self-esteem. Seorang perempuan akan merasa harga dirinya meningkat jika mereka memanfaatkan ijazah yang telah mereka peroleh dengan semestinya, dengan mengaplikasikan ilmu yang mereka kejar di bangku kuliah. Kebutuhan pada strata tertinggi dari teori Maslow, self-actualization nampaknya dilupakan oleh jurnalis penulis artikel tersebut. Tidak semua perempuan ditakdirkan menjadi makhluk domestik, yang merasa dapat mengaktualisasikan diri dengan ‘hanya' menjadi koki di rumah untuk keluarga, melahirkan dan menyusui anak, kemudian menjadi pengasuh. Banyak perempuan yang merasa mereka mendapatkan kepuasan jika mengaktualisasikan dirinya di ranah publik. Semua tergantung pada panggilan jiwa masing-masing.

Sebagai seseorang yang menyukai bidang tulis menulis, aku sendiri merasa bisa mengaktualisasikan diri dengan cara menulis dan blogging.

Sebagai seseorang yang suka memasak, seorang perempuan tentu akan merasa mampu mengaktualisasikan diri di bidang masak memasak.

Sebagai seseorang yang suka berkebun, seorang perempuan akan mencapai aktualisasi diri yang tinggi jika dia berhasil memiliki kebun yang indah, penuh dengan bunga-bunga yang bermekaran.

Sebagai seseorang yang suka bekerja di balik meja, mungkin seorang perempuan akan mencapai aktualisasi diri dengan bekerja di sebuah perusahaan.

Sebagai seseorang yang suka bekerja di lapangan, mungkin seorang perempuan akan mengejar aktualisasi diri dengan bekerja sebagai penambang, kontraktor, arsitek, arkeolog, dll yang memungkinkan dia untuk selalu berada di lapangan.

Sebagai seseorang yang menyukai pekerjaan yang lebih menantang lagi, mungkin seorang perempuan akan mampu mengaktualisasikan diri dengan bekerja sebagai pilot, astronot, insinyur perkapalan, dll.

Dan lain sebagainya.

Perempuan memiliki hak penuh atas diri, tubuh, dan pikirannya. Perempuan sangat berhak untuk memilih apa yang ingin dia ingin lakukan, tanpa perlu ada batasan bahwa dia akan menjadi perempuan modern atau feminis kuno jika memilih satu profesi tertentu.

Semua perempuan adalah perempuan sejati tanpa ada batasan hanya merekalah yang mampu mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak yang berhak menyandang predikat predikat perempuan sejati. Bukankah urusan seorang perempuan bisa mengandung atau tidak adalah rahasia Ilahi? Seorang perempuan berhak untuk memilih mengadopsi anak, ataupun tidak mengadopsi anak, dan dia tetaplah seorang perempuan sejati.

Seorang perempuan yang mengandung, kemudian melahirkan, tetaplah seorang perempuan sejati jika dia memilih untuk tidak menyusui bayinya dengan alasan yang dia sendiri yang tahu. Bukankah banyak pula perempuan yang tidak mampu menghasilkan air susu, meskipun baru saja melahirkan, karena ini pun merupakan rahasia Ilahi.

Seorang perempuan tetaplah menjadi perempuan sejati meskipun dia memilih untuk terus berkarir di ranah publik karena itulah cara dia mencapai aktualisasi diri, tanpa perlu dibebani rasa bersalah karena dia memerlukan seorang pengasuh untuk mengasuh anaknya.

Kesimpulan: berhentilah melabeli seorang perempuan sebagai perempuan yang sejati atau tidak sejati. Biarkan perempuan memilih dengan kesadaran yang tinggi dalam hidupnya.

Nana Podungge

PT56 17.17 010209

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun