Mohon tunggu...
Nanang E S
Nanang E S Mohon Tunggu... Guru - Orang yang tidak pernah puas untuk belajar

Penggiat literasi yang mempunyai mimpi besar untuk menemukan makna dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Warisan Berharga Bos Mengikat Makna

15 Februari 2017   13:30 Diperbarui: 15 Februari 2017   14:01 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Hernowo memberi materi di kelas SLG STKIP PGRI Ponorogo

Tanggal 12 Februari Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP PGRI Ponorogo kembali menghadirkan tokoh motivator, editor, guru, dosen, juga penulis ulung dari Bandung, yaitu Hernowo Hasim. Lelaki yang dinobatkan sebagai bos mengikat makna itu di datangkan untuk berbagi pergulatannya dalam dunia literasi di kelas literasi Ponorogo.

Siapa yang tidak kenal dengan Hernowo, lelaki kelahiran Magelang 12 Juli 1957 itu telah memasarkan namanya melalui buku-bukunya yang menginspirasi banyak pembaca. Meski dibilang tua memulai menciptakan buku, yakni ketika berusia 40 tahun, namun mengenai kualitas tulisannya tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya lelaki yang juga sebagai anggota perintis penerbit mizzan itu mampu membuat buku dalam hitungan cepat dengan kualitas yang baik. Sampai saat ini sudah sebanyak 37 buku beliau berhasil ciptakan. Buku Mengikat Maknasalah satunya,sebagai buku pertamannya yang diterbitkan tepat ketika ulang tahun usianya yang ke 44 tahun, juga sekaligus sebagai salah satu buku best sellertelah memberikan dampak luar biasa bagi pembacannya.

J Sumardianta salah satunya, lelaki penulis buku Mendidik Pemenang Bukan Pecundang ini salah satu dari sekian banyak orang yang telah merasakan manfaat besar buku-buku Hernowo bagi kehidupannya.Dalam acara tersebut beliau datang jauh dari Yogyakarta ke Ponorogo agar bisa menemani Hernowo dalam panggung literasi Ponorogo. Pada kesempatan itu beliau menawarkan diri kepada panitia untuk menjadi moderator saat sesi materi berlangsung. J Sumardianta menyatakan kebangaannya karena bisa memoderatori orang yang diidolakan sejak muda.

“Pak Hernowo ini, saya idolakan lama melalui buku-bukunya. Saya juga salah satu saksi hidup yang merasakan betul pengaruh buku beliau dalam kehidupan”, tuturnya di hadapan 200 peserta SLG.

Selain J. Sumardianta, dalam pertemuan itu yang merasakan betul manfaat buku-buku Pak Her (sapaan akrab Hernowo) adalah Sutejo (Ketua Adat SLG), yang sejak tahun 2000 telah mengoleksi puluhan Buku Hernowo, sekaligus masih menyimpan betul roh kehidupan, juga makna yang mengalir dalam pemikirannya.

“Bukunya Pak Her itu renyah, enak untuk dipahami. Saat saya membaca saya merasakan nyaman, dan enak untuk memahami isinya” tutur Sutejo, dalam forum diskusi nyantai. Selain Mengikat Maknabanyak buku-buku Pak Her lain yang mengipnotis pembaca, diantaranya: Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, Quantum Reading, Quantum Writing, Bu Slim dan Pak Bil Mengobrolkan Kegiatan Belajar-Mengajar Berbasis Emosi, Aku Ingin Bunuh Harry Poter, Tujuh Warisan Berharga, Sepirit Iqra’dan masih banyak lainnya.

Beberapa buku karya Hernowo. Sumber: virala.id
Beberapa buku karya Hernowo. Sumber: virala.id
Pertemuan dengan lelaki yang gila baca itu, merupakan pertemuan yang sangat bermakna. Pasalnya, dari pengembaraannya sebagai seorang editor yang memiliki bacaan yang luar biasa, seorang guru, dosen, juga penulis. Hernowo sebagai salah satu orang penting yang memiliki pemikiran-pemikiran renyah, realis, aktual, bermakna dan mudah untuk dipahami, bagi sema kalangan. Tidak sedikit orang yang membaca bukunya akan menemukan pemaknaan yang mendalam untuk kemudian digali dalam ruang-ruang kehidupan.

Lelaki penggemar film Laskar Pelangi ini membersitkan beberapa hal menarik dari pengalamannya menjadi seorang penulis (a) bahwa beliau menganggap menulis itu bagian dari hidup, (b) dari menulis beliau bisa menemukan kebahagiaan, (c) menulis itu seperti merawat keilmuan, (d) melalui menulis kita dapat mengikat makna lebih dalam, (d) yang terpenting menulis membuat kita  gila baca, (e) menulis itu merupakan puncak tertinggi (f) menulis sama halnya merangkai hal-hal kecil menjadi satu kesatuan yang bermakna.

Lelaki simbahnyapenulis ini memang sangat luar biasa, pengalaman hidupnya yang tidak pernah bermimpi menjadi seorang penulis, lulusan sarjana tekni ITB, namun beliau sangat bersyukur kemudian diajak salah satu sahabatnya untuk merintis mendirikan sebuah penerbitan buku (mizzan), beliau kebagihan sebagai editor yang menuntut untuk membaca bahan-bahan buku yang hendak diterbitkannya. Melalui proses pembacaan itulah yang kemudian memaksa untuk dituangkannya. Dan menulis satu-satunya jalan yang unik untuk menuangkan segala ide dari hasil pembacaannya.

Apa pun dan dari mana pun selalu dapat kita temukan makna di balik perjalanan atau pengalaman kreatif seseorang. Untuk itu, yang unik dari Hernowo adalah bagaimana ia memiliki konsep pemikiran yang kuat mengenai kepenulisannya bahwa Hernowo menyatakan menulis adalah alat untuk mengikat makna yang paling kuat. Sebuah akuan yang simbolis memang, tetapi jika dipahami betul, ternyata mengandung makna yang luar biasa. Sebut saja misalnya, dari salah satu bukunya Tujuh Warisan Berharga.Buku ini merupakan bentuk pengikat sebuah pemaknaan mengenai wasiat seorang ayah kepada anak-anaknya. Sebuah permenungan yang mendalam, buku itu yang diharapkan Hernowo bisa menjadi semacam refensi untuk anak-cucunya kelak meski beliau sudah tiada.

Lelaki berkacamata itu dalam pertemuannya di Ponorogo banyak menelorkan pengalamannya mengenai cara-cara mengikat makna melalui jalan membaca menulis. Pertama,dalam praktik menulis, teknik pemanfaatan buku catatan harian (diary)salah satunya. Buku harian mengandung manfaat yang luar biasa dalam proses menulis, terlebih dalam proses mengikat makna. Berguru pada ungkapan Carnel Bird, (1) catatan harian dapat memberikan perhatian pada diri sendiri, (2) kepada apa yang tengah dirasakan, (3) pada hatimu (paling rahasia), (4) juga bisa menuangkan ke dalam vantasi diri.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun