Mohon tunggu...
Nanang Ardianto
Nanang Ardianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hope is a good thing.

Lahir dan tinggal di Surabaya. Sekolah terjauh di Jember.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kalau Ingin Rehat Sejenak dari Drakor, "Alice in Borderland" Bisa Jadi Satu Pilihan

22 Mei 2021   09:10 Diperbarui: 22 Mei 2021   09:26 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Seringkali, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Bahkan sesuatu yang indah seperti cinta. Ingat judul lagunya Queen, "Too Much Love Will Kill You", kan? Terlalu banyak cinta juga bisa membunuhmu setiap saat. Itu yang dikatakan Freddie Mercury.

Jadi, ya percaya saja deh kalau sesuatu itu pasti ada titik jenuhnya. Dan kalau titik jenuh itu terlewati akan membuat kita menjadi malas, kurang suka, atau bahkan muak dengan sesuatu itu.

Nah, dalam kasus saya, itu terjadi pada drama Korea. Selanjutnya saya singkat saja menjadi drakor. Terus terang saya cukup suka dengan drakor, mulai dari tema kerajaan, percintaan, komedi, sampai yang bunuh-bunuhan pun saya juga suka. Lalu kenapa kok bisa jenuh dengan drakor?

Oke saya ceritakan. Begini ceritanya ....

Hilih, berasa seperti kembali ke jaman di mana acara KisMis selalu menghiasi malam Jum'at, wkwkwk.

Oke, balik lagi ke persoalan kejenuhan saya dengan drakor. Minggu lalu, saya yang sedang mengikuti sebuah event literasi bertajuk "Battle", mendapatkan tema menulis songfiction dengan lagu-lagu dari girlband Korea "Twice". Bisakah anda bayangkan bagaimana sulitnya orang seperti saya yang pernah hidup di jaman kejayaan band metal seperti Jon Bon Jovi, Metallica, Powermetal, Iwan Fals, dan juga Rhoma Irama, menulis songfiction berdasarkan lagu dari girlband "Twice"?

Seolah itu belum cukup sulit, saya mendapatkan peran sebagai tukang parkir di tim. Hadeuh, dipikir dari sudut pandang mana pun, tetap saja akan sulit menemukan contoh tukang parkir yang sukanya dengarkan lagu "Twice". Kecuali tukang parkirnya memang dari Korea.

Itulah kenapa minggu ini saya memutuskan untuk rehat dari segala hal yang berbau Korea. Ya, karena memang segala hal yang berbau Korea bagi saya sudah mencapai titik jenuh. Dan, pilihan saya jatuh pada serial Netflix besutan Jepang. Alice in Borderland judulnya.

Saya tahu judul serial ini pertama kali dari seorang teman yang juga penikmat film. Dan, biasanya film yang direkomendasikannya tidak pernah mengecewakan. Begitu juga yang satu ini.

Dari judulnya, pasti anda akan berasumsi serial ini ada kaitannya dengan cerita lawas bertajuk "Alice in Wonderland". Ide awalnya sih memang sama. Tentang seseorang yang bukan siapa-siapa di dunia nyata, kemudian terjebak di dunia lain, dan di dunia ini dia seorang 'hero' dan sangat dibutuhkan. Namun, itu saja persamaannya. Yang lainnya sama sekali beda.

Serial yang dibuat berdasarkan manga dengan judul yang sama karya Haro Aso ini rilis pada 10 Desember 2020. Berkisah tentang Ryohei Arizu, seorang pemuda yang terobsesi oleh video game, hingga kegiatan lainnya terbengkalai. Setiap hari ayahnya selalu membandingkan dengan adiknya yang bisa mendapatkan kerja di perusahaan bonafit.

Merasa tidak kerasan di rumah, dia pergi mengunjungi dua sahabatnya. Lalu entah bagaimana, mereka kemudian terjebak dalam sebuah dunia di mana mereka harus memainkan sebuah permainan bila ingin tetap hidup. Dan dimulailah petualangan itu.

Saya tidak mau spoiler dengan menceritakan tiap episode serial Alice di tulisan ini. Silakan anda menontonnya sendiri. Saya hanya akan menuliskan beberapa alasan kenapa ini bisa jadi salah satu pilihan film bila anda ingin rehat sejenak dari drakor.

Yang paling utama tentu jalan cerita yang sangat sulit ditebak. Seperti trademark film Jepang di genre ini, saya jamin anda akan kesulitan untuk menebak jalan cerita film ini. Dan semakin sulit, apalagi kalau sampai salah menebak, tentu saja penikmat genre film ini -seperti saya- akan semakin suka. Benar kan?

Keberanian sutradara untuk 'mematikan' beberapa karakter pendukung utama di episode awal demi memperkuat penokohan karakter utama juga sangat layak diacungi jempol. Memang sih biasa saja, karena dalam setiap episodenya minimal ada tiga orang yang tewas. Tetapi yang 'dimatikan' ini adalah dua orang sahabat yang masuk ke dunia lain berbarengan dengan Arizu. Rasanya nggak kepikiran sama sekali kalau dua karakter ini akan sekaligus dimatikan.

Oh, iya, satu lagi alasan saya merekomendasikan serial ini kepada anda. Itu adalah Tao Tsuchiya. Keberhasilannya dalam memerankan karakter Yuzuha Usagi -gadis pendaki gunung- merupakan salah satu daya tarik film ini. Adegan berpindah dari satu tingkat ke tingkat yang lain untuk menghindari kejaran sekelompok orang bersenjata, di sebuah apartemen pada episode kedua adalah salah satu favorit saya. Membuat adrenalin berpacu kencang.

Lalu, apakah ini berarti saya tidak akan pernah nonton drakor lagi? Ya nggak lah. Setelah menamatkan Alice in Borderland ini, saya ingin menonton Hyena dan Hot Stove League dulu, hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun