Mohon tunggu...
Mirnawati
Mirnawati Mohon Tunggu... Direktur CV Lokal Media Training

Direktur di provider training. Praktisi trading. Sedang mendalami digital marketing dan teknologi masa depan. Percaya bahwa belajar adalah perjalanan seumur hidup. Menulis untuk tumbuh, berbagi untuk menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Seni Mengelola Amarah dan Tekanan Tanpa Merusak Karier

3 Oktober 2025   16:00 Diperbarui: 3 Oktober 2025   14:56 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan kerja modern seringkali terasa seperti medan ujian kesabaran yang tak ada habisnya. Dari tenggat waktu yang mencekik, rekan kerja yang sulit diajak kerja sama, hingga kritik keras dari atasan, situasi-situasi ini dapat dengan mudah memicu reaksi emosional yang intens. Mengelola emosi di tempat kerja bukanlah tentang menekan atau berpura-pura baik-baik saja; ini adalah tentang seni mengenali, memahami, dan merespons emosi negatif secara strategis dan konstruktif.

Kualitas seorang profesional yang matang kini tidak hanya diukur dari kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga dari kecerdasan emosional (EQ). Kegagalan mengelola amarah atau stres dapat merusak reputasi, menghambat promosi, bahkan merusak hubungan baik yang sudah kita bangun bertahun-tahun. Kita harus menyadari bahwa emosi---baik senang, frustrasi, atau marah---adalah bagian alami dari diri. Tantangannya adalah bagaimana mengubah energi emosi yang meledak-ledak menjadi kekuatan yang mendorong resolusi masalah, bukan konflik. Mari kita bedah bagaimana kita bisa tetap tenang, bahkan saat kesabaran kita berada di titik nadir.


Ancaman Tipping Point: Kenali Pemicu Emosi Kita

Setiap orang memiliki batas toleransi atau yang disebut sebagai tipping point. Ketika batasan ini terlampaui, emosi cenderung meledak tanpa kontrol. Langkah pertama dalam pengelolaan emosi adalah kesadaran diri. Kita harus tahu secara spesifik situasi, orang, atau bahkan jam berapa dalam sehari yang paling sering memicu reaksi negatif kita.

  • Identifikasi Pemicu Eksternal: Pemicu ini bisa berupa rekan kerja yang selalu menunda pekerjaan, atasan yang selalu mengubah permintaan di menit terakhir, atau email berisi kritik yang disampaikan dengan nada buruk.

  • Pahami Kebutuhan Emosional yang Terancam: Marah atau frustrasi sering muncul karena kebutuhan dasar kita merasa terancam, misalnya: kebutuhan untuk dihormati, kebutuhan akan kontrol, atau kebutuhan akan keadilan.

  • Peran Stres Fisik: Kelelahan, kurang tidur, dan kelaparan dapat secara signifikan menurunkan ambang batas kesabaran kita. Ketika tubuh lelah, kemampuan otak untuk memproses frustrasi secara rasional juga ikut menurun.

3 Jurus Self-Control Saat Emosi di Ujung Tanduk

Ketika situasi memanas dan Anda merasakan emosi mulai mendidih di dalam diri, waktu adalah kunci. Mengambil jeda singkat dapat mencegah Anda mengucapkan atau melakukan sesuatu yang akan Anda sesali. Tiga jurus self-control yang harus kita praktikkan saat emosi di ujung tanduk adalah:

  1. Teknik "5 Detik untuk Reset Kognitif": Jurus ini adalah cara cepat untuk mengaktifkan kembali bagian otak yang rasional (prefrontal cortex) sebelum amygdala (pusat emosi) mengambil alih. Ketika Anda merasa marah memuncak, segera lakukan jeda singkat. Jeda ini bisa dilakukan melalui langkah-langkah praktis:

    • Ambil Napas Dalam dan Lambat: Tarik napas melalui hidung selama 4 detik, tahan 2 detik, dan buang perlahan melalui mulut selama 6 detik. Ulangi 3 kali. Tindakan ini secara fisiologis memperlambat detak jantung Anda.

    • Label Emosi: Dalam hati, sebutkan emosi yang Anda rasakan ("Saya merasa sangat frustrasi," atau "Saya marah karena merasa tidak dihargai."). Tindakan memberi label ini membantu mengalihkan emosi dari mode reaksi ke mode analisis.

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun